Suara Kasih: Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan
Judul Asli:
Senantiasa Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan Neraka dunia tercipta karena karma buruk kolektif | |||
Beberapa hari lalu, Jepang kembali diguncang gempa bumi. Setiap kali terjadi gempa, semua orang pasti merasa sangat ketakutan. Akan tetapi, kita juga melihat pemerintah Jepang akan menggunakan sebagian anggaran bantuan tsunami untuk membiayai perburuan ikan paus. Di dalam ajaran Buddha dikatakan bahwa karma membunuh sangatlah berat. Meskipun baru dilanda bencana, namun mereka masih kembali menciptakan karma lagi. Dahulu mereka telah banyak membunuh hewan laut, kini mereka masih mengalokasikan anggaran sebanyak 2.3 miliar yen untuk kembali menciptakan karma buruk. Saya sungguh merasa mengapa manusia tak takut dengan karma. Bahkan hingga kini pun, gempa bumi masih terus terjadi di Jepang. Saya sungguh mengkhawatirkan mereka. Saat Jepang dilanda bencana bertubi-tubi, insan Tzu Chi dari 39 negara dikerahkan untuk mengumpulkan dana sedikit demi sedikit demi program penyaluran bantuan di sana. Akan tetapi, saat program bantuan baru selesai, kita dapat melihat mereka kembali menciptakan karma. Melihat mereka, saya sungguh merasa pilu. | |||
| |||
Sementara ini, dia tak memiliki pekerjaan yang tetap dan hidup tak menentu. Jadi, dia berharap insan Tzu Chi bisa membantunya. Saat itu, dia sangat kurus dan hitam. Yang terlihat hanya matanya saja. Ia selalu berjalan dengan terhuyung. Jadi, saat itu, dalam waktu kurang lebih 1 bulan, saya terus mendukungnya untuk tetap bersemangat. Saya berkata padanya, ”Tunggulah hingga kesehatanmu pulih, saya akan mengenalkan pekerjaan untukmu sebagai kuli bangunan (Tzu Chi sebutannya seniman bangunan-red). Dengan begitu, kamu baru memiliki penghasilan dan bisa mendedikasikan diri sebagai relawan,” kata seorang relawan. ”Saya sungguh berterima kasih atas dukungan mereka terhadap saya. Mereka telah membimbing saya untuk berjalan di arah yang benar,” ujar pria itu. ”Apakah Anda merasa tersentuh?” tanya relawan. “Ya,” jawabnya. “Awalnya apakah Anda berpikir beginilah kehidupan?”tanya relawan lagi. “Saya berpikir untuk jalani apa adanya,” jawabnya. Lihatlah Relawan Cui Yu di Taizhong. Meski berjualan mi di pinggir jalan, namun dia bisa menginspirasi orang lain. Tadi kita telah Shun Qing yang kehilangan semangat hidup dan menganggap dirinya tak berguna, insan Tzu Chi sangat bersungguh hati dalam membimbing dan mendukung Shun Qing. Insan Tzu Chi mendukungnya memulihkan kesehatan Shun Qing, serta mencarikan pekerjaan untuknya. Kini, dia bekerja sebagai seniman bangunan. Relawan Cui Yu mendukung seorang pria yang memiliki keterbatasan dalam bergerak untuk melakukan daur ulang. Pasien yang menderita sakit tulang belakang tak dapat bergerak dengan bebas. Akan tetapi, tangan dan otak mereka masih berfungsi dengan baik. ”Berhubung kami melakukan daur ulang pada malam hari, saya pun mendukungnya untuk ikut serta,”kata Cui Yu.“Tangan saya lebih pendek dibanding orang lain. Jika menggunakan penjepit, saya juga bisa melakukan daur ulang dan mengubahnya menjadi emas. Saya bisa menjadi orang yang sangat berguna. Saya bisa menjadi relawan daur ulang. Saya sangat senang karena bisa menjadi orang yang berguna. Kini, saya bisa melakukan banyak hal,”pria tersebut. Meskipun duduk berada di kursi roda, namun dia bisa menjadi Bodhisatwa berkursi roda dengan membantu melakukan daur ulang dan menjadi teladan bagi orang lain. Lihatlah seorang pedagang mi tak hanya mengenyangkan perut pembeli, namun juga memberikan makanan spiritual bagi batin mereka dengan menggunakan Dharma agar setiap orang bisa memahami prinsip kebenaran. Tetap bertutur kata lembut dan memaafkan meski berada di pihak yang benar. Saya merasa perkataan ini sangat bagus. Saya merasa perkataan ini sangat bagus. Karena itu, saya menulisnya di sini agar bisa berbagi dengan orang lain dan saya juga bisa mengingatnya. Saya yakin ada banyak orang yang melihatnya. | |||
| |||
Jika selalu bertutur kata baik, maka segala perbuatan kita juga akan baik. Yang terpenting adalah kita harus selalu berpikiran baik. Pikiran baik ini harus dari dalam hati. Dengan berpikiran baik, barulah kita bisa memahami Dharma yang luar biasa. Buddha mengajarkan kita untuk lebih memaknai kehidupan dan membimbing kita berjalan di arah yang benar. Karena sudah bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus melakukan segala hal dengan sukacita serta membawa diri ke dalam kolam jernih yang penuh dengan Dharma. Selain membersihkan kotoran batin, Dharma juga membimbing kita untuk menaati sila dan berbuat baik. Selain itu, kita juga bisa menginspirasi orang lain untuk berbuat baik. Dengan demikian, dunia akan penuh dengan orang baik. Kita harus menjadi Bodhisatwa dunia yang selalu berbuat kebajikan untuk membantu orang lain. Lihatlah, lihat bagaimana seorang penjual kue di jalanan bisa menginspirasi banyak orang. Bahkan semangkuk mi juga mengandung Dharma serta mengembangkan kebijaksanaan para pelanggannya. Tepi jalan juga merupakan ladang pelatihan yang bisa digunakan untuk menciptakan kebaikan. Saat Bodhisatwa dunia bertekad, di mana-mana merupakan ladang pelatihan. Karena itu, untuk berbuat kebajikan, kita tak boleh mengajak orang berada saja, namun mengajak orang yang rela bersumbangsih. Jika seseorang itu sangat berada dan rela bersumbangsih, maka dia adalah orang yang berada yang kaya spiritual. Kita harus mendoakan mereka. Singkat kata, semoga dunia ini penuh dengan Bodhisatwa dunia dan di mana-mana adalah ladang pelatihan diri. Semoga kita semua bisa menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Jika semua makhluk bisa menciptakan kebaikan, maka Tanah Suci di dunia akan tercipta. Jika semua makhluk berbuat kejahatan, maka akan tercipta neraka bagi dunia. Karena itu, surga ataupun neraka tergantung kepada karma yang diciptakan manusia. Karlena Amelia.
| |||