Suara Kasih: Menumbuhkan Kebijaksanaan
Judul Asli:
Mendalami Dharma dan Menumbuhkan Kebijaksanaan Berjalan di tempat dapat merugikan pelatihan spiritual | |||
Selama 6 bulan ini, kalian berlatih dengan susah payah. Meski berlatih dengan susah payah, namun saya yakin Dharma telah meresap ke dalam hati kalian dan meninggalkan kesan yang dalam. Saya yakin kini semakin banyak orang yang memahami Dharma. Dalam lirik adaptasi Sutra kali ini, tertulis bahwa setelah bertobat, kita bertekad untuk melenyapkan kebencian dan kemarahan. Ada orang yang meminta izin kepada saya sebelum melampiaskan kemarahannya. Sebelum melampiaskan kemarahan, sebenarnya mereka masih sadar, lalu meminta izin "cuti" kepada saya. Setelah melampiaskan kemarahan, barulah mereka bertobat. Singkat kata, daripada bertobat setelah melampiaskan kemarahan, bukankah lebih baik jika kalian tidak marah? Dengan demikian, jiwa kebijaksanaan kalian pun akan tumbuh. Bila tidak, kita akan selamanya berjalan di tempat bagaikan hamster yang terus berlari di kandangnya. Begitulah kita terus terperangkap di enam alam dan memupuk karma buruk sehingga semakin lama semakin tebal. Sesungguhnya, akibat kebencian dan kemarahan, kita sering melukai orang lain tanpa disadari. Meski kita tak bermaksud melukai, namun orang lain menyimpannya dalam hati. Karena itu, kini kita harus segera menebarkan cinta kasih di dunia. Kini kita sungguh harus menjaga hati sebaik mungkin serta melenyapkan kebodohan dan kegelapan batin. Janganlah kita terus terbelenggu oleh ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Kita harus lebih banyak mendengar Dharma. Di sini kalian lebih berkesempatan mendengar Dharma. Selain itu, setiap hari saya datang ke rumah kalian sebanyak beberapa kali. Namun, kalian mungkin tidak "membuka pintu". Begitulah, bila kalian tidak menyalakan televisi, saya tidak bisa "masuk". Singkat kata, semoga pementasan Dharma Bagaikan Air kali ini dapat membersihkan noda batin setiap orang. Setelah noda batin dibersihkan, kita akan menjadi sadar. Yang paling mengkhawatirkan adalah kita ternoda oleh ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan tanpa disadari sehingga kita akan terus menciptakan karma buruk. Usai pementasan kali ini, saya berharap kalian menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan noda batin yang dimiliki. Kita sendiri yang paling mengetahuinya. | |||
| |||
Lihatlah, istrinya sungguh berlapang dada.Meski sang suami berkata demikian, ia tetap menjaga keluarganya sebaik mungkin. Hingga kini, barulah ia melepaskan cinta pertamanya. Saya yakin ia tahu bagaimana rasanya mengikhlaskan dan bertobat. Saya yakin sebelumnya kalian juga memiliki banyak kerisauan yang kini telah dilepaskan berkat kegiatan ini. Saya sungguh berharap kalian dapat mendekatkan hati dengan Buddha. Bila tidak melepaskan noda batin, maka kita tak dapat mendekatkan hati dengan Buddha, karena kalian tinggal di tempat yang penuh kejayaan Buddhisme. Saya ingin berbagi dengan kalian bahwa saya berharap kalian sungguh-sungguh kembali pada hakikat Kebuddhaan yang sempurna, cemerlang, dan murni. Kita harus menyadari hakikat murni yang kita miliki. Kita harus terus membasahi batin dengan air Dharma. Janganlah kita bermalas-malasan karena pementasan sudah berakhir. Janganlah demikian. Bila membiarkan lahan batin menjadi kering, maka benih yang kita tabur tak dapat bertunas. Kini kita harus mulai menabur benih dan merawatnya hingga tumbuh. Inilah yang harus kita lakukan sekarang. Kita harus selalu bekerja keras agar benih dapat bertunas dan bertumbuh. Saya sungguh berterima kasih kepada setiap relawan yang menjalani latihan untuk pementasan adaptasi Sutra. "Sekarang kami akan memeragakannya. Yang benar adalah begini. Siang dan malam di empat musim terus berganti, Benar? Namun, pada saat menjalani latihan, kalian menjadi seperti ini(peragaan-Red).Siang dan malam di empat musim terus berganti. Langkah kalian tidak teratur. Saya memegang rupang Buddha, ia memegang bunga. Membangun ikrar bagai Bodhisatwa Ksitigarbha. Lalu kami bilang apa? Kami bilang, kalian mungkin tidak bervegetarian sehingga tidak berani memandang rupang Buddha. Bukan hanya satu orang yang begitu, tetapi seluruh barisan," jelas Ci Yue. | |||
| |||
"Saat latihan, kalian terus mencari tanda yang ditempel di lantai. Kami sangat marah karena setelah hampir 30 menit kalian masih tidak menemukannya. Saat saya berkata, ulang, kalian meninggalkan panggung dengan bingung, lalu saat mulai lagi, kalian masih tetap bingung, masih salah juga, lalu harus mengulang lagi. Saya merasa saya sangat kejam. Namun, saat pementasan, kalian melakukannya dengan benar. Bagaimana kalian melakukannya? Saya sungguh ingin bertanya pada kalian, bagaimana kalian melakukannya? Banyak di antara kalian sudah berusia lanjut. Saya tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Selama enam bulan ini, hanya saat itulah saya meneteskan air mata. Saat berdiri di atas, air mata saya tak berhenti mengalir, padahal ini adalah 2 pementasan terakhir. Kalian sungguh luar biasa.Saya sungguh tak tahu bagaimana memuji kalian. Kalian mendapat nilai 100, bahkan 200. Pementasan kalian sungguh menginspirasi kami," ucap Ci Yue Relawan Tzu Chi, Ci Yue dan Allen memeragakan gerakan tubuh yang benar. Mereka sungguh mengagumkan. Selama masa pelatihan, kita melihat banyak kisah yang menyentuh. Relawan yang berusia lanjut pun tidak menyerah dan tetap teguh pada semangatnya. Mereka mempelajari Dharma dengan penuh ketulusan dan hormat. Mereka berkata bahwa saya meminta mereka untuk menyelami Dharma, karena itu mereka harus melakukannya dengan sepenuh hati meski mengalami keterbatasan gerak. Tadi saya juga mendengar bahwa ada seorang relawan yang terjatuh dari sepeda motornya saat menghindar dari seekor anjing. Akibatnya, ia mendapat 20 jahitan di wajahnya. Keesokan harinya, ia tetap bersikeras untuk mengikuti latihan. Ada pula relawan yang telah berusia lanjut yang bersikeras mengikuti latihan meskipun kakinya merasa sakit. Semangat mereka untuk mendalami Dharma sungguh mengagumkan. Bodhisatwa sekalian, karena kita sudah menghabiskan begitu banyak tenaga dan waktu untuk berlatih dengan susah payah, janganlah kita berhenti begitu saja. Saya sungguh berterima kasih atas sumbangsih kalian yang penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Saya tak dapat mengungkapkan terima kasih saya pada kalian satu per satu, namun pementasan kali ini adalah hadiah saya untuk kalian. Bila menyerapnya ke dalam hati, maka jiwa kebijaksanaan kalian akan tumbuh. Bila tidak, maka kerja keras kalian selama 6 bulan akan sia-sia. Hal ini sangat disayangkan. Saya berharap kalian dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, mengembangkan berkah sekaligus kebijaksanaan. Saya mendoakan kalian. Terima kasih. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. | |||