Suara Kasih: Menyadari Benih Kebuddhaan dalam Diri dan Menjernihkan Batin Manusia

 

Judul Asli:

Menyadari Benih Kebuddhaan dalam Diri dan Menjernihkan Batin Manusia

Menyadari hakikat kebuddhaan dalam diri dan menjernihkan batin manusia
Jangan terlena oleh kebiasaan buruk dan melakukan hal yang mendatangkan penyesalan
Meski anak-anak berusia muda, tetapi memiliki kesadaran yang cemerlang
Berpikiran dengan jernih untuk membedakan yang benar dan salah

Lihatlah insan Tzu Chi di Taiwan dan luar negeri selalu mencurahkan perhatian kepada para narapidana di lembaga pemasyarakatan. Ini karena insan Tzu Chi berharap para narapidana bisa bertobat, dan bisa membedakan yang benar dan salah setelah mereka bebas nanti. Oleh karena itu, insan Tzu Chi terjun ke lembaga pemasyarakatan untuk berbagi dengan para narapidana bahwa berbuat kesalahan bukanlah hal yang menakutkan, yang menakutkan adalah tidak mau berubah. Selama masih mau berubah, maka kesempatan untuk memulai hidup baru sangatlah besar. Untuk itu, ada kalanya insan Tzu Chi memberi mereka buku Kata Renungan Jing Si atau majalah bulanan Tzu Chi. Banyak narapidana yang mengubah diri setelah membacanya.

Di sebuah lembaga pemasyarakatan di Taiwan ada seorang napi bernama Bapak Chen. Dia pernah membaca majalah bulanan Tzu Chi saat berada di lembaga pemasyarakatan. Namun, entah kenapa selama hampir 2 bulan lamanya, dia tidak menerima majalah bulanan Tzu Chi. Karena itu, dia meminta keluarganya untuk memesan majalah bulanan Tzu Chi dan mengirimkannya ke lembaga pemasyarakatan. Dari majalah bulanan Tzu Chi, dia melihat Kata Renungan Jing Si dan lain-lain. Dia juga berbagi dengan teman-teman di selnya. Dengan demikian, mereka bisa saling memberi semangat. Meski yang bisa kami lakukan di sini terbatas, tetapi kami bisa mengubah tabiat buruk kami dan melakukan kebaikandengan menolong orang lain. Di lembaga pemasyarakatan, saya kebetulan bertemu dengan Bapak Chen. Melihat dia menyumbangkan perangko kepada Tzu Chi, saya merasa tersentuh. Karenanya, saya mulai ikut menyumbangkan perangko dan berdana kepada Tzu Chi.

Mereka bertobat atas kesalahan di masa lalu dan saling memberi semangat untuk mengubah diri. Saat berada di lembaga pemasyarakatan, mereka juga membuat kerajinan tangan. Uang hasil penjualan kerajinan tangan mereka gunakan untuk membeli perangko dan mendonasikannya kepada Tzu Chi. Di dunia ini, banyak orang yang kelaparan dan dilanda bencana.

Meski donasi kami sangat kecil, yakni hanya sebesar 50 atau 100 dolar NT, tetapi saat insan Tzu Chi menggunakannya untuk menolong orang di seluruh dunia, kami tahu bahwa bantuan itu juga mengandung cinta kasih kami. Ini merupakan bentuk pertobatan kami karena kami telah melakukan banyak perbuatan buruk. Setiap kali menyumbang perangko, dia akan mendapatkan tanda terima. Di dalam setiap tanda terima donasi, tertera Kata Renungan Jing Si. Hal yang paling dia nantikan adalah menerima tanda terima donasi yang bertuliskan Kata Renungan Jing Si. Inilah yang telah menginspirasinya.

Kita juga telah menyaksikan seorang anak di Malaysia yang bernama Fan Yuan-en. Saat dia berusia 6 bulan, setiap kali orang tuanya tengah menonton ceramah saya di Da Ai TV, dia juga akan menontonnya dengan diam. Dia akan duduk di sana dan semakin lama semakin bergerak maju mendekati TV. Dia menontonnya dengan penuh konsentrasi. Sekarang, dia sudah hampir berusia 4 tahun. Dia selalu mengikuti kedua orang tuanya berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi. Dia juga bisa memberi hormat kepada Buddha dan lain-lain. Di rumah, jika kedua orang tuanya sedang sibuk, dia akan menyalakan TV sendiri karena dia tahu jam tayang ceramah saya. Saat saya berceramah, dia mendengarnya dengan sepenuh hati. Kita juga melihat Universitas Yale melakukan sebuah penelitian tentang pikiran dan perilaku bayi.

Mereka menyajikan sebuah pertunjukan boneka kelinci berkaus jingga dan berkaus hijau kepada bayi yang sedang mencoba membuka sebuah kotak. Kemudian, ada seekor kucing tetapi tetap tidak bisa membukanya. Kelinci yang berkaus hijau pun menolong kucing tersebut membuka kotak, sementara itu kelinci berkaos jingga malah mengganggu dan menutup kotak itu kembali. Penelitian itu bertujuan untuk mengetes apakah bayi bisa menilai yang baik dan buruk. Hasil penelitian itu menunjukkan bayi yang berusia 3 bulan, meski belum bisa mengambil barang dengan tangan sendiri, tetapi mereka terus memandangi boneka kelinci berkaus hijau. Dengan tatapan yang sangat bersahabat, mereka terus memandangi kelinci berkaus hijau. Bayi yang berusia 6 bulan juga bisa membedakan yang baik dan buruk. Terhadap boneka kelinci yang baik,mereka akan menyayangidan memeluknya, sedangkan terhadap kelinci yang nakal, mereka sedikit menjauhinya. Ketika kedua boneka kelinci memberi biskuit kepada bayi-bayi itu, sebagian besar bayi menerima biskuit dari boneka kelinci berkaus hijau karena ia baik hati dan penuh cinta kasih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para bayi lebih memilih menerima yang baik hati.

Meski usia mereka masih kecil, tetapi pada dasarnya sifat hakiki manusia adalah bajik dan murni. Para bayi itu memilih yang baik dan menghindari yang jahat. Orang yang berbuat baik akan disukai oleh orang lain. Oleh karena itu, jika kita melakukan kebajikan dan mengasihi orang, maka kita akan selamanya dikasihi oleh orang lain. Inilah yang telah dibuktikan lewat penelitian tersebut. Buddha juga mengajarkan kita bahwa saat meninggal, kita tidak membawa apapun kecuali karma kita. Segala perbuatan dan kebiasaan kita sesungguhnya tersimpan di dalam pikiran kita.

Sebagai makhluk awam, kita memiliki kesadaran yang menyimpan semua karma yang kita perbuat. Karma yang kita perbuat di kehidupan lampau akan menentukan arah hidup kita. Jika kita melakukan kejahatan di masa lalu, maka tabiat buruk ini akan terbawa hingga ke kehidupan sekarang sehingga kita akan cenderung membangkang dan tidak mengasihi diri sendiri. Jika kita melakukan kebajikan, maka di kehidupan sekarang, kita akan berada di sekitar orang yang baik hati. Oleh karena itu, kita harus segera memahami prinsip kebenaran dan melakukan kebajikan. Kita harus mengikis karma buruk dan tak lagi menciptakan karma buruk baru. Jika pernah melakukan kesalahan, kita harus bertobat dan berintrospeksi.

Akhir-akhir ini, saya mendengar bahwa banyak orang yang mendengar ceramah pagi. Mereka sangat tekun dan bersemangat untuk memahami kebenaran hidup. Meski cuaca sangat dingin, semua orang tetap tekun dan bersemangat serta sudah berkumpul sebelum fajar. Di beberapa tempat, ada lebih dari 100 orang yang berkumpul untuk mendengar ceramah pagi. Intinya, kita harus sering mendengar Dharma untuk membina batin agar kita dapat lebih memahami bagaimana cara menghilangkan noda batin, kegelapan batin, dan tabiat buruk yang kita miliki di masa lalu. Dengan lebih banyak menyerap ajaran baik, kita dapat menumbuhkan kebijaksanaan sehingga bisa membedakan yang benar dan salah. Dengan demikian, barulah bisa tercipta masyarakat yang harmonis. Oleh karena itu, Bodhisattva sekalian, kita benar-benar harus percaya bahwa di dalam kesadaran kedelapan tersimpan segala perbuatan kita setiap hari. Segala perbuatan dan kebiasaan kita, semuanya akan tersimpan di dalam kesadaran kedelapan. Benih karma kita akan tersimpandi dalam kesadaran kedelapan.

Karena itu, setiap hari, sebelum berbicara atau melakukan sesuatu, kita harus terlebih dahulu memikirkannya dengan baik. Kita harus memperhatikan perkataan yang kita ucapkan dan perbuatan yang kita lakukan. Bodhisattva sekalian, bayi yang masih kecil saja memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan jahat, apalagi kita sebagai orang dewasa. Gadis cilik di Malaysia saja begitu tekun mendalami Dharma, apalagi orang seusia kita. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik untuk mempelajari Dharma. Selama sesuatu itu benar, maka lakukan saja. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -