Suara kasih : Menyadari Ketidakkekalan di Dunia

Judul Asli:

 

Menyadari Ketidakkekalan di Dunia

      

Menyadari bahwa kehidupan ini tidak kekal
Perahu cinta kasih berlayar untuk menyeberangkan semua makhluk
Mengubah kebiasaan buruk dan menyelami Sutra
Mengenang masa lalu yang bahagia

Lihatlah hujan lebat yang mendatangkan bencana di Cile. Ketahuilah bahwa di Cile sangat jarang turun hujan. Akan tetapi, kondisi iklim yang ekstrem mengakibatkan hujan lebat turun tanpa henti sehingga membentuk sungai kecil. Kondisi setempat sungguh memprihatinkan.

Inilah kondisi iklim yang ekstrem akibat ketidakselarasan 4 unsur alam. Kita dapat melihat siaran berita yang melaporkan tentang kanker paru jenis adenokarsinoma. Tim medis menjelaskan bahwa pasien didiagonisis menderita penyakit jenis adenokarsinoma,sebagian besar dari mereka tak sempat melakukan pengobatan.Jadi, saat tubuh diserang penyakit, kita tak bisa mengendalikannya. Buddha Sakyamunimengajarkan semua makhluk tentang ketidakkekalan, penderitaan,dan kebenaran tentang kekosongan.

Dunia ini tidaklah kekal dan bumi pun rentan. Empat unsur bersifat kosong dan Lima Agregat adalah tanpa inti. Di dalam Sutra Delapan Kesadaran Manusia Agung,Buddha mengingatkan kita untuk tidak melekat pada ketenaran, keuntungan, jabatan, kekuasaan, dan lainnya. Janganlah kita memiliki kemelekatan. Kita harus memahami bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak kekal dan bumi ini pun sangat rentan.

Bukankah belakangan ini kita telah melihat kondisi iklim yang ekstrem di seluruh dunia? Dunia tempat tinggal kita ini terdiri atas pergantian empat musim. Yang paling dikhawatirkan adalah ketidakselarasan empat unsur alam. Bukankah tubuh manusia juga mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati? Bukankah ini sama seperti empat musim yang terus berganti? Akan tetapi, yang paling penting adalah perjalanan hidup kita di antara lahir dan mati.Yang paling mengkhawatiran adalah kita tak memiliki kesadaran dan tak menyadari ketidakkekalan.

Orang sering berkata, “Tidak apa-apa jika tak melakukannya hari ini, masih ada hari esok.” “Tak melakukannya tahun ini tak apa-apa,masih ada tahun depan.” Sesungguhnya, kehidupan manusia tidaklah kekal dan hanya sebatas tarikan napas. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan menyadari ketidakkekalan dapat terjadi kapan saja. Jadi, saat jalinan jodoh yang baik matang dan bertemu dengan sang penyelamat,kita harus sangat bersyukur dan menghormatinya. Kita juga harus berjalan sesuai dengan arah yang ditunjuk oleh sang penyelamat dan memanfaatkannya dengan baik.

Lihatlah salah seorang relawan di Kaohsiung.Berhubung berasal dari keluarga minim,dia datang dari Kepulauan Penghu ke Taiwan dan bekerja sebagai pramusaji di sebuah bar.Saat baru berusia 14 tahun, dia telah terjerumus ke dalam dunia demikian.Dia pun belajar minum alkohol, merokok, dan bermain mahyong. Semua kebiasaan buruk tersebut telah mengakar di dalam dirinya. Setelah menikah,dia sangat tak terbiasa menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga. Berhubung sulit mengubah kebiasaan buruknya,dia pun bercerai dengan suaminya.

Setelah bercerai,dia harus membesarkan kedua anaknya sendiri. Kehidupannya sungguh penuh rintangan.Sang penyelamat dalam hidupnya adalah kakaknya. Kakaknya sangat bersungguh hati membimbingnya untuk mengubah semua kebiasaan buruk. Akan tetapi, itu semua tak mudah baginya. Dia pernah mengikuti kelas pendalaman Sutra untuk memahami ajaran Buddha. Setelah memahami ajaran Buddha, dia pun berhenti minum alkohol dan berjudi. namun sulit baginya untuk berhenti merokok.Dia menghabiskan waktu yang lama untuk berhenti merokok. Saat mengajaknya menjadi ibu Da Ai, saya berkata padanya untuk tidak merokok. Awalnya, dia berhenti merokok. Akan tetapi, saat dalam perjalanan pulang dan melihat tak ada orang di samping, dia pun mulai merokok lagi.

Saat pementasan adaptasi Sutra tahun lalu, sang kakak pun mengajaknya untuk ikut serta dan memintanya untuk bervegetarian. Bervegetarian tak menjadi masalah baginya. Sang kakak menggunakan metode terampil,yakni tak memintanya untuk berhenti merokok, hanya memintanya untuk bervegetarian. Akan tetapi, saat berada di tengah lingkungan Tzu Chi,dia mulai khawatir dengan bau rokok yang menempel di badannya. Di tengah kerumunan orang, dia merasa sangat bersalah. Karenanya, dia bertekad untuk berhenti merokok.

“Sikap saya berbeda saat berada di Tzu Chi dan di rumah. Karenanya, saya pernah sangat membenci diri saya sendiri.Semakin sering pergi ke Tzu Chi, saya semakin membenci diri saya sendiri.Setelah berhenti merokok,saya sangat senang pergi ke Tzu Chi dan selalu pulang dengan sukacita. Saya merasa inilah saya yang sesungguhnya.Saya tak memakai “topeng” lagi. Jadi, kini saya merasa tak ada beban dan tak ada rasa bersalah. Kini saya merasa sangat damai,”ujarnya.

 

Dahulu dia selalu merasa bersalah karena merokok dan merasa sangat menderita karena tak bisa menghentikannya. Akan tetapi, kini dia telah berhenti merokok. Pementasan adaptasi Sutra membuatnya bagaikan bermandikan air Dharma. Dharma bagaikan air yang telah membersihkan semua noda batinnya. Kini dia datang ke Tzu Chi dengan penuh sukacita dan tanpa merasa bersalah. Dia berkata bahwa menjadi bahagia sangatlah mudah.

Sungguh, untuk mendapatkan kebahagiaan dan berkah sangatlah mudah.Hanya saja manusia selalu terjerumus ke dalam lautan nafsu keinginan. Saat orang terjerumus ke dalam lautan nafsu,badan mereka akan menjadi bersih setelah ditarik ke atas. Akan tetapi, jika orang terjerumus ke dalam lumpur nafsu,maka akan sulit untuk menarik mereka keluar. Berhubung lumpur sangat lengket dan lembek, mereka akan terus tenggelam sehingga sulit untuk menyelamatkan mereka. Bahkan saat ditarik ke atas,seluruh badan mereka akan penuh dengan lumpur dan memerlukan waktu yang lama untuk membersihkannya.

“Kamu sedang menggambar asap rokok?” ujar relawan sekaligus ibu sang anak. ”Menggambar Sikap Ibu saat merokok dahulu. Ibu juga menaikkan kaki ke atas meja,”ujar sang anak sembari menggambar. “Jangan menggambar itu. Jika Master melihatnya, Beliau akan merasa sangat kecewa,”ujar ibu.”Saya menggambar ibu dahulu. Lihat kini ibu telah banyak berubah. Dulu ibu memakai sepatu hak tinggi dan menaikkan kaki seperti ini,” ujar sang anak.”Apakah itu?” tanya ibu. “Ibu tengah marah,” ujar anak. Ini adalah Sebelum dan sesudah,” ujar sang anak menunjukkan kedua gambar yang berbeda.

Beruntung, dia bisa segera berubah dan menjadi teladan bagi anak-anaknya.Kini anak-anaknya memiliki teladan yang baik. Asalkan mengubah pola pikir kita, maka bumi dan dunia juga akan ikut berubah. Jadi, menyelami ajaran Buddha, menyerap Dharma ke dalam hati, dan mengikuti pementasan adaptasi Sutra sungguh bisa mengubah kehidupan banyak orang.

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -