Suara Kasih: Menyebarkan Benih Kebajikan ke Seluruh Dunia
Judul Asli:
Air dan api yang tidak berperasaan menerjang berbagai tempat di dunia | |||
Kondisi di dunia sungguh tidak aman akibat ketidakselarasan empat unsur alam. Kita dapat melihat kebakaran hutan di Negara Bagian Arizona, Amerika Serikat. Petugas pemadam kebakaran berjuang keras untuk memadamkan api, tetapi api menjalar dengan cepat sehingga menewaskan 19 petugas. Melihat tewasnya para petugas pemadam, saya sungguh merasa tidak tega. Selain itu, kita juga melihat bencana banjir akibat ketidakselarasan unsur air. Dari laporan prakiraan cuaca, kita melihat beberapa hari ini, Badai Rumbia telah menyapu Filipina. Meski Filipina dilanda hujan lebat dan angin kencang, tetapi beruntung semuanya selamat. Akan tetapi, badai tropis tersebut akan menerjang Guangdong pada hari ini. Karena itu, kita harus berdoa dengan tulus semoga badai tersebut tak lagi mendatangkan bencana. Di seluruh dunia ini, kita sering melihat ketidakselarasan unsur air, ketidakselarasan unsur api, dan ketidakselarasan unsur tanah. Apakah kalian masih ingat pada tanggal 27 Februari 2010, Cile diguncang gempa bumi dahsyat yang berkekuatan di atas 8 SR? Saat mendapat informasi itu, kita segera bergerak untuk memahami kondisi di Cile. Sejak saat itulah, kita mengetahui ada pengusaha Taiwan di Cile, lalu mulai bekerja sama dengan mereka. Setelah bekerja sama dengan insan Tzu Chi, para pengusaha Taiwan di Cile mulai menyebarkan benih Tzu Chi di sana. | |||
| |||
Mereka tak hanya mengharapkan bantuan darurat dari insan Tzu Chi, namun juga turut mengulurkan tangan untuk membantu. Inilah perjalanan Tzu Chi di Cile. Belakangan ini, Cile juga diguyur hujan lebat sehingga banyak genting rumah yang rusak. Anggota badan legislatif setempat meminta bantuan kepada insan Tzu Chi agar para korban bencana bisa lebih cepat memiliki tempat untuk menenangkan raga. Mereka meminta bantuan kepada Tzu Chi. Karena itu, insan Tzu Chi segera mendonasikan 500 lembar seng dengan harapan para warga bisa segera memperbaiki genting rumah mereka. Insan Tzu Chi telah mencapainya. Pemerintah setempat sangat memercayai dan menyakini para insan Tzu Chi asal Taiwan ini. Adakalanya, saat ingin memberikan bantuaan, mereka harus menempuh perjalanan sejauh seribu hingga dua ribu kilometer. Pascagempa tahun 2010 lalu, saya bertanya kepada mereka, “Berapa jarak dari lokasi bencanake tempat untuk membeli barang bantuan?” “Mereka menjawab, Membutuhkan perjalanan sekitar 1.000 kilometer.” Saya terkejut karena jaraknya jauh sekali. Ternyata, jika dilihat dari peta, jarak yang membentang dari utara ke selatan ada sekitar 4.000 kilometer. Jadi, Cile adalah negara yang sangat unik. Lihatlah, para insan Tzu Chi tidak hanya membantu para korban bencana, namun juga membantu anak-anak yang menderita lumpuh otak. Mereka mengubah lingkungan anak-anak itu agar menjadi lebih luas. “Gudang ini dibeli dengan menggunakan hasil pendapatan daur ulang. Kami mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, lalu mendonasikannya untuk membantu anak-anak penderita lumpuh otak karena untuk sekarang ini, mereka sangat membutuhkan sebuah gudang,” ujar relawan. Insan Tzu Chi menghimpun sedikit demi sedikit hasil pendapatan daur ulang untuk membantu mereka. Kita juga melihat pada pembagian bantuan musim dingin, para insan Tzu Chi juga melakukan penggalangan Bodhisatwa dunia. Tidak sedikit orang yang mendaftarkan diri untuk menjadi relawan Tzu Chi. Mereka bersedia menerima curahan cinta kasih dari relawan Tzu Chi. Kita juga melihat para anggota Tzu Ching di Johannesburg yang memanfaatkan waktu untuk mencurahkan perhatian di panti asuhan, panti jompo, dan tempat penampungan penderita lumpuh otak. | |||
| |||
Kita juga melihat Christchurch di Selandia Baru. Pascagempa tahun 2010 dan tahun 2011, pasukan tentara Selandia Baru dikerahkan untuk menjaga keamanan tempat itu. Kini, kondisi tempat itu telah pulih kembali. Warga setempat sangat berterima kasih kepada pasukan tentara yang telah membantu mereka memulihkan lokasi bencana. Sesungguhnya, pascagempa di Christchurch, insan Tzu Chi juga terus bergerak untuk memberikan bantuan. Setiap kali melihat kedatangan insan Tzu Chi, para warga setempat selalu merasa sangat tersentuh. Insan Tzu Chi juga telah menggalang Bodhisatwa dunia di sana. Jadi, di mana pun terjadi bencana, kita selalu bisa segera melihat insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi selalu memberikan bantuan dengan penuh ketulusan. Mereka juga telah menginspirasi banyak warga setempat untuk membangkitkan cinta kasih. Inilah cara Bodhisatwa dunia di seluruh dunia menyebarkan benih kebajikan. Selain memberikan bantuan bencana, insan Tzu Chi juga menyebarkan benih kebajikan. Seiring bertumbuhnya benih-benih itu, maka Bodhisatwa dunia juga akan semakin banyak. Insan Tzu Chi di seluruh dunia sungguh perhatian. Mereka memberi tahu orang-orang bahwa akumulasi sedikit demi sedikit donasi bisa menciptakan perubahan besar. Mereka juga berbagi bahwa Tzu Chi bermula dari uang 50 sen yang disisihkan ke dalam celengan bambu setiap hari. Karena itu, kita harus menginspirasi setiap orang agar membangkitkan cinta kasih. Dimulai dari membimbing mereka menghimpun sedikit demi sedikit donasi, hingga mereka membangun tekad luhur untuk menjadi insan Tzu Chi. Ini semua membutuhkan kekuatan cinta kasih. Bodhisatwa menginspirasi semua makhluk juga adalah bentuk Dharma. Terlebih lagi, saat dunia dilanda bencana, kita harus lebih banyak berkontribusi. Sungguh, dunia ini penuh dengan bencana. Kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan, mawas diri, dan berhati tulus. Saat berada dalam kondisi aman dan tenteram, kita harus senantiasa bersyukur. Untuk menunjukkan rasa syukur, kita harus menghormati langit dan menghormati seluruh alam semesta ini. Dengan demikian, barulah kita bisa hidup aman dan tenteram. Karena itu, kita harus senantiasa lebih bersungguh hati.(Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia ) | |||