Suara Kasih: Menyebarkan Cinta Kasih demi Menghentikan Pertikaian



Murid TK diajarkan untuk menghargai berkah
Berbuat baik sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang dimiliki
Menyebarkan benih cinta kasih hingga tumbuh menjadi tak terhingga
Mendambakan masyarakat yang harmonis  dan bebas dari konflik

“Mengapa harus menghemat air? Supaya ada air untuk mandi,” ucap Chen Rui-ci, Murid Pusat Pendidikan Cinta Kasih Tzu Chi.
“Saat mencuci piring, harus menggunakan banyak air atau sedikit air?”  “Sedikit air.”
“Mengapa?”  “Karena kita harus melindungi bumi pertiwi.”
“Saat mencuci piring tidak boleh melakukan apa?” “Tidak boleh bermain air karena bermain air bisa membuat bumi pertiwi jatuh sakit,” Yu En-ting, Murid Pusat Pendidikan Cinta Kasih Tzu Chi.
Lihatlah, pendidikan di sekolah Tzu Chi membuat anak-anak memahami bahwa dalam kehidupan sehari-hari, berbuat baik adalah hal yang tak bisa ditunda. Hidup hemat dan menghargai berkah juga merupakan bagian dari berbuat baik. Kita mengajari mereka cara untuk menjaga kebersihan diri sekaligus harus menghemat air. Kita mengajari mereka memanfaatkan air dengan seefisien mungkin. Inilah yang kita ajarkan kepada mereka. Pendidikan di TK Tzu Chi Malaysia sungguh sangat baik. Guru di sana menggunakan berbagai cara agar anak-anak memahami bahwa air diperoleh dengan tidak mudah. Mereka mengajak anak-anak untuk memikul air. Dengan memikul air, anak-anak menyadari bahwa tidak mudah untuk mendapatkan air. Guru di sekolah Tzu Chi juga membatasi anak-anak hanya boleh menggunakan seember kecil air dalam sehari. Anak-anak harus menggunakan kebijaksanaan mereka untuk menjaga kebersihan hanya dengan seember kecil air.


“Bagaimana cara kamu menggunakan airagar cukup hingga pulang sekolah?” “Setiap kali cukup gunakan sedikit air. Jangan gunakan terlalu banyak. Jika tidak, airnya cepat habis,” ucap Huang Yun-han, Murid TK Tzu Chi. “Tadi kamu menggunakan banyak air?” “Tidak. Kami hanya menggunakan air secukupnya.” Inilah pendidikan tentang kebiasaan hidup sehari-hari yang kita ajarkan kepada anak-anak yang biasa hidup nyaman agar dapat merasakan kehidupan yang sulit. Melihat pendidikan seperti ini, saya merasa sangat terhibur. Namun, dalam kehidupan nyata, sumber daya air sungguh tidak cukup untuk digunakan. Taiwan juga kekurangan sumber daya air. Kita bisa melihat di wilayah Selatan Taiwan mulai terjadi krisis air. Karenanya, dalam kehidupan sehari-hari, kita sungguh harus menghemat air. Saya sering mengimbau setiap orang untuk menghemat penggunaan air dan listrik. Di dunia ini, kita juga bisa melihat dan mendengar orang lain yang hidup menderita. Dibandingkan dengan mereka, kita sangat memiliki berkah. Karenanya, kita harus menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan lebih banyak berkah kembali.

Kita bisa melihat di Zimbabwe, tingkat pengangguran melebihi 80 persen. Kondisi pengangguran seperti itu sungguh membawa penderitaan tak terkira. Mereka juga kekurangan makanan dan hidup dalam kondisi serba minim. Kita bisa melihat insan Tzu Chi telah mulai tersebar di Zimbabwe, dimulai dari Relawan Zhu yang membangkitkan tekad untuk membimbing warga di sana. Kini, sekelompok relawan setempat bersedia untuk berdedikasi dan membantu orang yang membutuhkan. Seorang pengusaha toko roti yang berasal dari etnis Tionghoa melihat insan Tzu Chi berdedikasi dengan sungguh hati sehingga dia pun merasa terinspirasi. Dia menyumbangkan roti kepada Tzu Chi untuk dibagikan kepada warga di sana. Kita bisa melihat anak-anak di sana sangat polos. Ketika insan Tzu Chi membagikan roti kepada anak-anak, anak-anak juga membungkukkan badan mereka. Mereka sangat sopan dan baik. Lihatlah kondisi hidup mereka. Sebaliknya, anak-anak di Taiwan tidak menyadari berkah yang mereka miliki. Meski cukup makan tiga kali sehari, orang tua masih harus membujuk mereka untuk makan. Lihatlah, anak-anak di sana tidak mempunyai makanan. Saat kita membagikan roti kepada mereka, mereka sangat menghargainya.

Kehidupan mereka sungguh menderita. Sama-sama terlahir sebagai manusia, mengapa kondisi kita berbeda? Mengapa mereka bisa terlahir di sana? Itu karena buah karma yang harus mereka terima. Karma yang mereka ciptakan di kehidupan lampau mengikuti mereka hingga ke kehidupan ini. Akibatnya, mereka pun terlahir di tempat yang miskin dan keluarga yang kekurangan. Mereka tidak hanya kesulitan untuk mendapatkan makanan, tetapi juga sulit mendapatkan air minum. Jadi, setiap hari saya menceritakan berbagai kejadian di dunia ini agar semua orang bisa mensyukuri kehidupan sendiri dan tidak bergaya hidup mewah. Kita harus menjalani pola hidup hemat. Uang yang kita hemat dapat digunakan untuk membantu orang yang menderita. Kita juga bisa melihat orang yang kaya batiniah meski hidup kekurangan di Lesotho orang yang kaya batiniah meski hidup kekurangan di Lesotho Warga di sana hidup sangat kekurangan, tetapi mereka bersedia menyumbangkan sedikit makanan mereka. Mereka mengumpulkan 1.000 kg jagung dan menyumbang uang untuk biaya menggiling jagung menjadi tepung yang akan digunakan untuk membantu orang lain. Lihatlah, inilah kekuatan cinta kasih. Mereka tidak perlu menunggu hingga memiliki kekayaan materi. Meski hidup kekurangan, tetapi mereka manjalankan pola makan cukup 80 persen kenyang. Lihatlah, meski hidup serba kekurangan, tetapi mereka sangat kaya batiniah. Ini membuat orang sangat tersentuh. Jadi, di dunia ini, tidak sulit untuk berbuat baik.

Berbuat baik sangatlah mudah. Meski kehidupan mereka sangat sulit dan terkadang hasil panen juga buruk, tetapi asalkan memiliki niat, mereka tetap mampu berbuat baik. Kita harus senantiasa menggunakan rasa syukur dalam berkontribusi bagi orang lain. Inilah berkah di dunia. Kita harus menciptakan berkah dan menghargai berkah. Inilah kebenaran yang harus kita pahami. Kita harus menyerap kebenaran ini ke dalam hati dan berusaha menciptakan masyarakat yang harmonis. Dengan pikiran yang tenang, setiap orang dapat mengembangkan kebijaksanaan, melakukan kewajiban masing-masing, tidak menciptakan kekacauan di masyarakat sehingga masyarakat bisa damai dan tenang dan semua orang dapat hidup harmonis. Jika batin setiap orang selaras, saya yakin kondisi iklim juga akan selaras dengan sendirinya. Jika batin manusia tidak selaras dan orang-orang saling berselisih, maka itu tentu bukanlah berkah bagi negara. Kita bisa melihat di berbagai negara, akibat pertikaian yang tak kunjung reda, maka orang-orang dari segala bidang menjadi tidak bisa menjalankan tugas mereka dengan baik. Inilah yang terjadi jika negara kacau, masyarakat bergejolak, dan pikiran manusia tidak selaras.

Bayangkanlah, bisakah negara yang kacau mendidik insan berbakat yang dapat berdedikasi dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat? Semua ini berawal dari batin manusia yang tidak selaras dan kondisi masyarakat yang kacau. Dalam kondisi seperti itu, orang-orang tidak bisa hidup dengan aman dan tenteram. Dalam waktu yang panjang, kondisi itu tak kunjung membaik. Dalam waktu yang panjang, kondisi itu tak kunjung membaik. Uang negara banyak digunakan untuk menambah kekuatan militer. Jadi, antarsesama sangat sulit untuk hidup damai. Semua ini membawa penderitaan tak terkira bagi manusia. Kehidupan seperti ini bagaikan hidup di rumah yang tengah terbakar. Hidup di tengah bencana akibat ulah manusia dan pikiran manusia yang kacau, sulit untuk menciptakan keharmonisan. Jadi, kita harus menjalani hidup dengan hati yang bersyukur. Semoga masyarakat kita bisa kembali aman, damai, dan sejahtera.

Murid TK diajarkan untuk menghargai berkah

Berbuat baik sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang dimiliki

Menyebarkan benih cinta kasih hingga tumbuh menjadi tak terhingga

Mendambakan masyarakat yang harmonis  dan bebas dari konflik

 

“Mengapa harus menghemat air? Supaya ada air untuk mandi,” ucap Chen Rui-ci, Murid Pusat Pendidikan Cinta Kasih Tzu Chi.

“Saat mencuci piring, harus menggunakan banyak air atau sedikit air?”  “Sedikit air.”

“Mengapa?”  “Karena kita harus melindungi bumi pertiwi.”

“Saat mencuci piring tidak boleh melakukan apa?” “Tidak boleh bermain air karena bermain air bisa membuat bumi pertiwi jatuh sakit,” Yu En-ting, Murid Pusat Pendidikan Cinta Kasih Tzu Chi.

Lihatlah, pendidikan di sekolah Tzu Chi membuat anak-anak memahami bahwa dalam kehidupan sehari-hari, berbuat baik adalah hal yang tak bisa ditunda. Hidup hemat dan menghargai berkah juga merupakan bagian dari berbuat baik. Kita mengajari mereka cara untuk menjaga kebersihan diri sekaligus harus menghemat air. Kita mengajari mereka memanfaatkan air dengan seefisien mungkin. Inilah yang kita ajarkan kepada mereka. Pendidikan di TK Tzu Chi Malaysia sungguh sangat baik. Guru di sana menggunakan berbagai cara agar anak-anak memahami bahwa air diperoleh dengan tidak mudah. Mereka mengajak anak-anak untuk memikul air. Dengan memikul air, anak-anak menyadari bahwa tidak mudah untuk mendapatkan air. Guru di sekolah Tzu Chi juga membatasi anak-anak hanya boleh menggunakan seember kecil air dalam sehari. Anak-anak harus menggunakan kebijaksanaan mereka untuk menjaga kebersihan hanya dengan seember kecil air.
Bagaimana cara kamu menggunakan airagar cukup hingga pulang sekolah?” “Setiap kali cukup gunakan sedikit air. Jangan gunakan terlalu banyak. Jika tidak, airnya cepat habis,” ucap Huang Yun-han, Murid TK Tzu Chi. Tadi kamu menggunakan banyak air?” “Tidak. Kami hanya menggunakan air secukupnya.Inilah pendidikan tentang kebiasaan hidup sehari-hari yang kita ajarkan kepada anak-anak yang biasa hidup nyaman agar dapat merasakan kehidupan yang sulit. Melihat pendidikan seperti ini, saya merasa sangat terhibur. Namun, dalam kehidupan nyata, sumber daya air sungguh tidak cukup untuk digunakan. Taiwan juga kekurangan sumber daya air. Kita bisa melihat di wilayah Selatan Taiwan mulai terjadi krisis air. Karenanya, dalam kehidupan sehari-hari, kita sungguh harus menghemat air. Saya sering mengimbau setiap orang untuk menghemat penggunaan air dan listrik. Di dunia ini, kita juga bisa melihat dan mendengar orang lain yang hidup menderita. Dibandingkan dengan mereka, kita sangat memiliki berkah. Karenanya, kita harus menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan lebih banyak berkah kembali.
Kita bisa melihat di Zimbabwe, tingkat pengangguran melebihi 80 persen. Kondisi pengangguran seperti itu sungguh membawa penderitaan tak terkira. Mereka juga kekurangan makanan dan hidup dalam kondisi serba minim. Kita bisa melihat insan Tzu Chi telah mulai tersebar di Zimbabwe, dimulai dari Relawan Zhu yang membangkitkan tekad untuk membimbing warga di sana. Kini, sekelompok relawan setempat bersedia untuk berdedikasi dan membantu orang yang membutuhkan. Seorang pengusaha toko roti yang berasal dari etnis Tionghoa melihat insan Tzu Chi berdedikasi dengan sungguh hati sehingga dia pun merasa terinspirasi. Dia menyumbangkan roti kepada Tzu Chi untuk dibagikan kepada warga di sana. Kita bisa melihat anak-anak di sana sangat polos. Ketika insan Tzu Chi membagikan roti kepada anak-anak, anak-anak juga membungkukkan badan mereka. Mereka sangat sopan dan baik. Lihatlah kondisi hidup mereka. Sebaliknya, anak-anak di Taiwan tidak menyadari berkah yang mereka miliki. Meski cukup makan tiga kali sehari, orang tua masih harus membujuk mereka untuk makan. Lihatlah, anak-anak di sana tidak mempunyai makanan. Saat kita membagikan roti kepada mereka, mereka sangat menghargainya. 
Kehidupan mereka sungguh menderita. Sama-sama terlahir sebagai manusia, mengapa kondisi kita berbeda? Mengapa mereka bisa terlahir di sana? Itu karena buah karma yang harus mereka terima. Karma yang mereka ciptakan di kehidupan lampau mengikuti mereka hingga ke kehidupan ini. Akibatnya, mereka pun terlahir di tempat yang miskin dan keluarga yang kekurangan. Mereka tidak hanya kesulitan untuk mendapatkan makanan, tetapi juga sulit mendapatkan air minum. Jadi, setiap hari saya menceritakan berbagai kejadian di dunia ini agar semua orang bisa mensyukuri kehidupan sendiri dan tidak bergaya hidup mewah. Kita harus menjalani pola hidup hemat. Uang yang kita hemat dapat digunakan untuk membantu orang yang menderita. Kita juga bisa melihat orang yang kaya batiniah meski hidup kekurangan di Lesotho orang yang kaya batiniah meski hidup kekurangan di Lesotho Warga di sana hidup sangat kekurangan, tetapi mereka bersedia menyumbangkan sedikit makanan mereka. Mereka mengumpulkan 1.000 kg jagung dan menyumbang uang untuk biaya menggiling jagung menjadi tepung yang akan digunakan untuk membantu orang lain. Lihatlah, inilah kekuatan cinta kasih. Mereka tidak perlu menunggu hingga memiliki kekayaan materi. Meski hidup kekurangan, tetapi mereka manjalankan pola makan cukup 80 persen kenyang. Lihatlah, meski hidup serba kekurangan, tetapi mereka sangat kaya batiniah. Ini membuat orang sangat tersentuh. Jadi, di dunia ini, tidak sulit untuk berbuat baik. 
Berbuat baik sangatlah mudah. Meski kehidupan mereka sangat sulit dan terkadang hasil panen juga buruk, tetapi asalkan memiliki niat, mereka tetap mampu berbuat baik. Kita harus senantiasa menggunakan rasa syukur dalam berkontribusi bagi orang lain. Inilah berkah di dunia. Kita harus menciptakan berkah dan menghargai berkah. Inilah kebenaran yang harus kita pahami. Kita harus menyerap kebenaran ini ke dalam hati dan berusaha menciptakan masyarakat yang harmonis. Dengan pikiran yang tenang, setiap orang dapat mengembangkan kebijaksanaan, melakukan kewajiban masing-masing, tidak menciptakan kekacauan di masyarakat sehingga masyarakat bisa damai dan tenang dan semua orang dapat hidup harmonis. Jika batin setiap orang selaras, saya yakin kondisi iklim juga akan selaras dengan sendirinya. Jika batin manusia tidak selaras dan orang-orang saling berselisih, maka itu tentu bukanlah berkah bagi negara. Kita bisa melihat di berbagai negara, akibat pertikaian yang tak kunjung reda, maka orang-orang dari segala bidang menjadi tidak bisa menjalankan tugas mereka dengan baik. Inilah yang terjadi jika negara kacau, masyarakat bergejolak, dan pikiran manusia tidak selaras.
Bayangkanlah, bisakah negara yang kacau mendidik insan berbakat yang dapat berdedikasi dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat? Semua ini berawal dari batin manusia yang tidak selaras dan kondisi masyarakat yang kacau. Dalam kondisi seperti itu, orang-orang tidak bisa hidup dengan aman dan tenteram. Dalam waktu yang panjang, kondisi itu tak kunjung membaik. Dalam waktu yang panjang, kondisi itu tak kunjung membaik. Uang negara banyak digunakan untuk menambah kekuatan militer. Jadi, antarsesama sangat sulit untuk hidup damai. Semua ini membawa penderitaan tak terkira bagi manusia. Kehidupan seperti ini bagaikan hidup di rumah yang tengah terbakar. Hidup di tengah bencana akibat ulah manusia dan pikiran manusia yang kacau, sulit untuk menciptakan keharmonisan. Jadi, kita harus menjalani hidup dengan hati yang bersyukur. Semoga masyarakat kita bisa kembali aman, damai, dan sejahtera.Murid TK diajarkan untuk menghargai berkah
Berbuat baik sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang dimiliki
Menyebarkan benih cinta kasih hingga tumbuh menjadi tak terhingga
Mendambakan masyarakat yang harmonis  dan bebas dari konflik

“Mengapa harus menghemat air? Supaya ada air untuk mandi,” ucap Chen Rui-ci, Murid Pusat Pendidikan Cinta Kasih Tzu Chi.
“Saat mencuci piring, harus menggunakan banyak air atau sedikit air?”  “Sedikit air.”
“Mengapa?”  “Karena kita harus melindungi bumi pertiwi.”
“Saat mencuci piring tidak boleh melakukan apa?” “Tidak boleh bermain air karena bermain air bisa membuat bumi pertiwi jatuh sakit,” Yu En-ting, Murid Pusat Pendidikan Cinta Kasih Tzu Chi.
Lihatlah, pendidikan di sekolah Tzu Chi membuat anak-anak memahami bahwa dalam kehidupan sehari-hari, berbuat baik adalah hal yang tak bisa ditunda. Hidup hemat dan menghargai berkah juga merupakan bagian dari berbuat baik. Kita mengajari mereka cara untuk menjaga kebersihan diri sekaligus harus menghemat air. Kita mengajari mereka memanfaatkan air dengan seefisien mungkin. Inilah yang kita ajarkan kepada mereka. Pendidikan di TK Tzu Chi Malaysia sungguh sangat baik. Guru di sana menggunakan berbagai cara agar anak-anak memahami bahwa air diperoleh dengan tidak mudah. Mereka mengajak anak-anak untuk memikul air. Dengan memikul air, anak-anak menyadari bahwa tidak mudah untuk mendapatkan air. Guru di sekolah Tzu Chi juga membatasi anak-anak hanya boleh menggunakan seember kecil air dalam sehari. Anak-anak harus menggunakan kebijaksanaan mereka untuk menjaga kebersihan hanya dengan seember kecil air.

“Bagaimana cara kamu menggunakan airagar cukup hingga pulang sekolah?” “Setiap kali cukup gunakan sedikit air. Jangan gunakan terlalu banyak. Jika tidak, airnya cepat habis,” ucap Huang Yun-han, Murid TK Tzu Chi. “Tadi kamu menggunakan banyak air?” “Tidak. Kami hanya menggunakan air secukupnya.” Inilah pendidikan tentang kebiasaan hidup sehari-hari yang kita ajarkan kepada anak-anak yang biasa hidup nyaman agar dapat merasakan kehidupan yang sulit. Melihat pendidikan seperti ini, saya merasa sangat terhibur. Namun, dalam kehidupan nyata, sumber daya air sungguh tidak cukup untuk digunakan. Taiwan juga kekurangan sumber daya air. Kita bisa melihat di wilayah Selatan Taiwan mulai terjadi krisis air. Karenanya, dalam kehidupan sehari-hari, kita sungguh harus menghemat air. Saya sering mengimbau setiap orang untuk menghemat penggunaan air dan listrik. Di dunia ini, kita juga bisa melihat dan mendengar orang lain yang hidup menderita. Dibandingkan dengan mereka, kita sangat memiliki berkah. Karenanya, kita harus menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan lebih banyak berkah kembali.

Kita bisa melihat di Zimbabwe, tingkat pengangguran melebihi 80 persen. Kondisi pengangguran seperti itu sungguh membawa penderitaan tak terkira. Mereka juga kekurangan makanan dan hidup dalam kondisi serba minim. Kita bisa melihat insan Tzu Chi telah mulai tersebar di Zimbabwe, dimulai dari Relawan Zhu yang membangkitkan tekad untuk membimbing warga di sana. Kini, sekelompok relawan setempat bersedia untuk berdedikasi dan membantu orang yang membutuhkan. Seorang pengusaha toko roti yang berasal dari etnis Tionghoa melihat insan Tzu Chi berdedikasi dengan sungguh hati sehingga dia pun merasa terinspirasi. Dia menyumbangkan roti kepada Tzu Chi untuk dibagikan kepada warga di sana. Kita bisa melihat anak-anak di sana sangat polos. Ketika insan Tzu Chi membagikan roti kepada anak-anak, anak-anak juga membungkukkan badan mereka. Mereka sangat sopan dan baik. Lihatlah kondisi hidup mereka. Sebaliknya, anak-anak di Taiwan tidak menyadari berkah yang mereka miliki. Meski cukup makan tiga kali sehari, orang tua masih harus membujuk mereka untuk makan. Lihatlah, anak-anak di sana tidak mempunyai makanan. Saat kita membagikan roti kepada mereka, mereka sangat menghargainya.

Kehidupan mereka sungguh menderita. Sama-sama terlahir sebagai manusia, mengapa kondisi kita berbeda? Mengapa mereka bisa terlahir di sana? Itu karena buah karma yang harus mereka terima. Karma yang mereka ciptakan di kehidupan lampau mengikuti mereka hingga ke kehidupan ini. Akibatnya, mereka pun terlahir di tempat yang miskin dan keluarga yang kekurangan. Mereka tidak hanya kesulitan untuk mendapatkan makanan, tetapi juga sulit mendapatkan air minum. Jadi, setiap hari saya menceritakan berbagai kejadian di dunia ini agar semua orang bisa mensyukuri kehidupan sendiri dan tidak bergaya hidup mewah. Kita harus menjalani pola hidup hemat. Uang yang kita hemat dapat digunakan untuk membantu orang yang menderita. Kita juga bisa melihat orang yang kaya batiniah meski hidup kekurangan di Lesotho orang yang kaya batiniah meski hidup kekurangan di Lesotho Warga di sana hidup sangat kekurangan, tetapi mereka bersedia menyumbangkan sedikit makanan mereka. Mereka mengumpulkan 1.000 kg jagung dan menyumbang uang untuk biaya menggiling jagung menjadi tepung yang akan digunakan untuk membantu orang lain. Lihatlah, inilah kekuatan cinta kasih. Mereka tidak perlu menunggu hingga memiliki kekayaan materi. Meski hidup kekurangan, tetapi mereka manjalankan pola makan cukup 80 persen kenyang. Lihatlah, meski hidup serba kekurangan, tetapi mereka sangat kaya batiniah. Ini membuat orang sangat tersentuh. Jadi, di dunia ini, tidak sulit untuk berbuat baik.

Berbuat baik sangatlah mudah. Meski kehidupan mereka sangat sulit dan terkadang hasil panen juga buruk, tetapi asalkan memiliki niat, mereka tetap mampu berbuat baik. Kita harus senantiasa menggunakan rasa syukur dalam berkontribusi bagi orang lain. Inilah berkah di dunia. Kita harus menciptakan berkah dan menghargai berkah. Inilah kebenaran yang harus kita pahami. Kita harus menyerap kebenaran ini ke dalam hati dan berusaha menciptakan masyarakat yang harmonis. Dengan pikiran yang tenang, setiap orang dapat mengembangkan kebijaksanaan, melakukan kewajiban masing-masing, tidak menciptakan kekacauan di masyarakat sehingga masyarakat bisa damai dan tenang dan semua orang dapat hidup harmonis. Jika batin setiap orang selaras, saya yakin kondisi iklim juga akan selaras dengan sendirinya. Jika batin manusia tidak selaras dan orang-orang saling berselisih, maka itu tentu bukanlah berkah bagi negara. Kita bisa melihat di berbagai negara, akibat pertikaian yang tak kunjung reda, maka orang-orang dari segala bidang menjadi tidak bisa menjalankan tugas mereka dengan baik. Inilah yang terjadi jika negara kacau, masyarakat bergejolak, dan pikiran manusia tidak selaras.

Bayangkanlah, bisakah negara yang kacau mendidik insan berbakat yang dapat berdedikasi dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat? Semua ini berawal dari batin manusia yang tidak selaras dan kondisi masyarakat yang kacau. Dalam kondisi seperti itu, orang-orang tidak bisa hidup dengan aman dan tenteram. Dalam waktu yang panjang, kondisi itu tak kunjung membaik. Dalam waktu yang panjang, kondisi itu tak kunjung membaik. Uang negara banyak digunakan untuk menambah kekuatan militer. Jadi, antarsesama sangat sulit untuk hidup damai. Semua ini membawa penderitaan tak terkira bagi manusia. Kehidupan seperti ini bagaikan hidup di rumah yang tengah terbakar. Hidup di tengah bencana akibat ulah manusia dan pikiran manusia yang kacau, sulit untuk menciptakan keharmonisan. Jadi, kita harus menjalani hidup dengan hati yang bersyukur. Semoga masyarakat kita bisa kembali aman, damai, dan sejahtera.
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -