Suara Kasih: Menyelami Dharma

Judul Asli:

 

Melnyelami Dharma dan Mewariskan Ajaran Mahayana

 

Air Dharma dapat meredam nafsu duniawi
Melenyapkan kesombongan dan mengubah kebiasaan buruk
Menyelami Dharma dan membangkitkan benih Kebuddhaan
Bertekad untuk mewariskan ajaran Mahayana

Bodhisatwa lansia sungguh mengagumkan. Meski sudah berusia lanjut, tetapi mereka selalu mendengar perkataan saya dan bersikeras untuk berpartisipasi dalam pementasan. Mereka juga berkata, "Master Cheng Yen mengatakan bahwa pementasan ini baru ada sekali dalam 45 tahun, bagaimana mungkin kami tidak memanfaatkan kesempatan ini?" Inilah semangat mereka. Karena saya berkata begitu, mereka pun berusaha untuk melakukannya.

Saya juga mendengar bahwa kali ini para relawan di Fengyuan sangat bekerja keras untuk menggalang lebih banyak relawan di komunitasnya. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Agar ajaran Buddha dapat berkembang, setiap orang harus menyebarkan dan berbagi tentang ajaran Buddha. Setiap orang dapat menjadi Bodhisatwa Samantabhadra yang mempraktikkan ajaran Mahayana dan mewariskan semangat Mahayana. Bodhisatwa Samantabhadra berikrar untuk melindungi Sutra Bunga Teratai dan membabarkan semangat Mahayana. Di mana pun berada, Bodhisatwa Samantabhadra selalu melindungi Dharma.

Jadi, kita juga tengah membabarkan semangat ajaran Buddha untuk menginspirasi lebih banyak orang dan menjangkau wilayah yang lebih luas. Inilah yang terus kita usahakan. Kita juga mendengar kisah dr. Lin yang sangat menarik. "Saya menghabiskan waktu selama 10 tahun untuk menyelesaikan pelatihan di Tzu Chi. Saya tidak berani dilantik karena saya tahu setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya harus berhenti menikmati daging dan makanan laut yang saya sukai. Tahun ini, relawan Tzu Chi berusaha keras untuk bertobat sepenuh hati dan menyelami Dharma. Untuk itu, terlebih dahulu kami harus bervegetarian. Saya ingat suatu hari pada bulan Maret lalu, ibu mertua saya membawa bebek ginseng ke rumah kami. Karena istri saya bervegetarian, jadi saya pun menghabiskannya sendiri. Hukum karma selalu berjalan. Pada malam yang sama, gusi saya bengkak. Kemudian, pada tanggal 6 Maret pagi, saat kebaktian Sutra Bunga Teratai, saya memanfaatkan waktu tersebut untuk bertobat. Saya berkata dalam hati, 'Jika Buddha melindungi saya agar tidak perlu mencabut gigi, maka saya akan bervegetarian.' Kekuatan tekad sungguh luar biasa. Pada siang harinya, gigi saya membaik. Inilah kekuatan hukum karma," tutur dr. Lin

Karena jalinan jodoh untuk menjadi vegetarian belum matang, ia terus mengonsumsi daging dan banyak menjalin jodoh buruk dengan makhluk hidup. Semoga usai pementasan kali ini dan setelah bervegetarian selama 108 hari ia dapat terus bervegetarian. Dengan demikian, ia akan sehat secara fisik dan batin. Kita juga dapat melihat relawan Su Lian. Dahulu ia adalah orang yang berbicara dengan suara keras sehingga melukai hati banyak orang, tetapi saat mendengar ia menderita kanker, banyak orang merasa sedih dan turut mendoakannya. Ini semua karena sebelumnya ia pernah menanam benih cinta kasih.

Setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda. Su Lian memiliki kebiasaan berbicara dengan suara keras. Ia sangat berani dan gigih, hanya saja kurang lemah lembut. Inilah kebiasaannya. Namun, beberapa orang akan berkata, "Mengapa Anda berbicara begitu keras? Apa Anda tidak puas dengan saya?" Mereka berpikir Su Lian merasa tidak puas sehingga ingin mencari masalah. Sesungguhnya, Su Lian tidak bermaksud begitu. Mereka sendirilah yang berpikir bahwa Su Lian ingin mencari masalah. Su Lian hanya berbicara sedikit keras saja. Intinya, masing-masing orang memiliki tabiat yang berbeda. Karena itu kita harus bertobat. Meski terkadang masih bisa marah, tetapi setidaknya sebelum marah kita dapat berhenti untuk merenungkannya

Segala sesuatu berawal dari sebersit niat. Bila kita mempelajari Syair Pertobatan Air Samadhi dan menyerapnya ke dalam hati, maka secara alami saat akan marah Dharma akan menghentikan kita. Setelah berhenti untuk berpikir, emosi kita akan mereda. Kita harus selalu mengingatkan diri sendiri. Bertobat berarti membersihkan noda batin. Dengan bertobat kita dapat membersihkan noda batin. Karena itu, kita memerlukan Dharma. Dharma bagaikan air. Kita harus senantiasa memiliki air Dharma dalam hati. Untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, kita tidak boleh kekurangan air Dharma. Sutra Makna Tanpa Batas berbunyi, "Tetesan embun Dharma meredam nafsu duniawi." Bila tidak ada embun yang membasahi bumi, maka angin akan menerbangkan semua debu. Demikian pula dengan hati manusia. Bila kekurangan air Dharma, maka kita akan sering membangkitkan kegelapan batin. Karena itu, kita membutuhkan air Dharma.

Saya sering berbicara tentang hal ini dan mungkin kalian juga berpikir, "Master Cheng Yen, setiap kali saya datang, Master selalu mengatakan hal yang sama." Bila tidak mengulas hal ini, maka saya tak ada bahan pembicaraan lagi. Sebagai makhluk awam, kita memiliki kegelapan batin. Bila tidak ada kegelapan batin, berarti kalian telah menjadi Buddha dan saya harus memberi hormat kepada kalian. Jika demikian, masih adakah yang perlu saya katakan? Kita semua adalah makhluk awam. Saya sendiri juga adalah makhluk awam, karena itu setiap pagi saya memberi hormat kepada Buddha. Jadi, kita sungguh harus memanfaatkan waktu untuk menyerap Dharma ke dalam hati.

Sebelum mencapai pencerahan, Buddha juga harus menaklukkan tentara Mara. Apa itu tentara Mara? Kesombongan. Kesombongan akan menimbulkan banyak kerisauan.Manusia memiliki banyak kerisauan akibat kesombongan. Bila setiap orang dapat saling mengalah maka akan tercipta hubungan yang harmonis.

Saudara sekalian, saya sering berpikir bagaimana cara membimbing setiap orang agar mempraktikkan Dharma dalam keseharian dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Tetapi, apa yang bisa dilakukan oleh Bodhisatwa bila mereka sendiri memiliki noda batin? Mereka harus segera bertobat dan menyucikan batin. Kita terus berkata ingin menjadi Bodhisatwa dan ingin bersumbangsih, tetapi untuk menjadi Bodhisatwa dunia, kita membutuhkan kebijaksanaan. Apa yang harus kita lakukan? Terlebih dahulu, kita harus melenyapkan kegelapan dan noda batin. Dengan demikian, barulah hakikat Kebuddhaan kita dapat terbangkitkan. Contohnya sebutir bola kristal. Bola kristal yang jatuh ke dalam lumpur akan menjadi kusam dan kotor. Namun, bila kita membersihkannya dengan air maka ia akan kembali bersih dan dapat memantulkan kondisi sekitar.

Di dalam Sutra Bunga Teratai juga ada sebuah perumpamaan seperti ini. Setiap orang memiliki sebutir permata, hanya saja kita tidak menyadarinya. Saya tahu bahwa kalian telah bekerja keras untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Karena adanya begitu banyak relawan, maka sangatlah sulit bagi kalian untuk berada dekat dengan saya. Apa yang harus dilakukan? Saya berpikir bahwa tak apa-apa jika tak dapat berada dekat dengan saya, asalkan kalian dapat menyerap Dharma ke dalam hati. Tahun ini, saya terus mengimbau setiap orang agar bertobat secara mendalam, bervegetarian, menyucikan batin, dan mengubah kebiasaan buruk. Semoga pada tahun ini setiap insan Tzu Chi dapat menyelami Dharma. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -