Suara Kasih: Menyerap Dharma ke Dalam Hati dan Menyebarkan Benih Kebajikan

 

Judul Asli:

Menyerap Dharma ke Dalam Hati dan Menyebarkan Benih Kebajikan

Menumbuhkan sebutir cinta kasih hingga menjadi tak terhingga
Hati anak-anak yang murni dan polos sangat dekat dengan kebijaksanaan Buddha
Para anggota TIMA adalah Bodhisatwa di dunia
Menjaga tekad awal dan lebih giat melatih diri

Puluhan tahun yang lalu, saya berkunjung ke kantor Tzu Chi sebulan sekali. Setiap bulan, saya bisa berkeliling dengan bebas. Kini, kesempatan saya untuk berkeliling semakin lama semakin sedikit. Saya sering mengulas tentang waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia. Di dalam Dunia Tzu Chi, tiga hal ini selamanya terasa tidak cukup. Saya sering berkata bahwa sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga, satu orang harus menggalang banyak Bodhisatwa.

Tadi pagi, saat akan beranjak keluar, di Guandu ada lebih dari 1.000 relawan mengikuti pelatihan calon komite tahun ini. Saat melangkah masuk ke ruangan, saya melihat mereka semua sangat tertib. Tahun ini, mereka akan menjalani pelantikan. Hampir 2.000 orang relawan akan dilantik menjadi anggota komite Tzu Chi. Ini semua berkat kerja keras kalian dalam menggalang Bodhisatwa dunia. Kita harus membimbing relawan yang belum dilantik, dan para relawan tersebut harus membimbing mereka yang belum terinspirasi.

Pagi-pagi sekali, sekelompok anak yang berusia dua tahun, tiga tahun, dan empat tahun memperagakan isyarat tangan di hadapan saya. Mereka sungguh polos dan menggemaskan. Mereka bahkan  menginspirasi orang tua mereka untuk bergabung dengan Tzu Chi. Biasanya orang berkata, “Orang berusia lanjut  membimbing orang yang lebih muda.” Kini kita dapat melihat anak kecil yang menginspirasi orang paruh baya dan anak muda.

Contohnya Bodhisatwa cilik ini. Dia bahkan mengajak ibunya untuk mengikuti bedah buku dan menjadi relawan Tzu Chi. Suatu hari, saat melihat ibunya terus menangis, dia berkata pada ibunya, “Ibu harus sabar dan memiliki tekad yang kokoh. Lihatlah Mahabhiksu Jian Zhen yang gagal ke Jepang lima kali dan berhasil pada kali keenam.” Lalu, dia mulai bernyanyi dan memperagakan perahu Mahabhiksu Jian Zhen yang terombang-ambing akibat ombak. Dia memperagakannya dengan sangat serius. Dia sungguh menggemaskan. Dia masih sangat kecil.

Kali ini, sebelum saya tiba di Taipei, orang tuanya sudah bersiap-siap untuk bertamasya ke Taiwan bagian selatan. Mengetahui saya datang berkunjung, dia berkata kepada ibunya, “Ibu, Kakek Guru sudah datang. Mari kita pergi bertemu Kakek Guru.” Ibunya berkata, “Tetapi kita akan pergi bertamasya.” Dia menjawab, “Bertamasya tidak penting. Bertemu Kakek Guru lebih penting.” Meski masih kecil, tetapi dia memiliki tekad yang kokoh. Saya sungguh merasakan bahwa hati anak-anak yang jernih dan murni sangat mudah terhubung dengan Dharma. Ini sungguh mengagumkan. Jadi, kita sungguh harus menyerap Dharma ke dalam ladang batin.

Di dalam hati setiap orang terdapat sepetak ladang. Kita harus menggarap ladang batin ini dengan baik. Ladang batin ini memiliki ruang yang terbatas, maka janganlah kita membiarkan ia ditumbuhi oleh rumput liar Kita harus menggarapnya dengan baik dan mencabut rumput-rumput liar di dalamnya. Sama halnya dengan hati kita. Kita harus melenyapkan semua kegelapan dan noda batin. Dengan demikian, benih-benih kebajikan baru bisa tertanam di dalam batin kita. Sebutir benih bisa tumbuh menjadi tak terhingga. Sepenggal ajaran baik bisa membimbing kita melihat ajaran yang tak terhingga. Ini semua bergantung pada apakah ladang batin kita ini sudah digarap dengan baik. Baik rumput liar maupun bebatuan, semuanya harus kita cabut dan pindahkan agar ladang tersebut bisa bersih dan subur. Dengan demikian, setiap butir benih kebajikan yang kita tabur akan bertumbuh dan menghasilkan buah yang lebat.

Ini adalah prinsip yang sama. Karena itu, Dharma harus meresap ke dalam ladang batin. Kita harus membersihkan ladang batin ini terlebih dahulu, baru mulai menaburkan benih yang baik. Jadi, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan menaburkan benih kebajikan. Setelah benih yang baik ditabur, ia akan menghasilkan buah yang berlimpah untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Setelah jiwa kebijaksanaan bertumbuh, barulah kita bisa membantu lebih banyak orang menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Sebutir benih tak hanya bisa menghasilkan buah yang berlimpah, melainkan juga bisa mewariskan benih yang tak terhingga. Jadi, setelah mendengar Dharma, kita harus menyerapnya ke dalam hati. Saya juga berharap setiap orang bisa menjaga tekad awal dengan baik. Kita harus menjaga tekad awal dengan baik dan lebih giat melatih diri. Bagaimana cara kita mempertahankan tekad awal dan menjaga hati kita? Kita harus melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan. Kita harus mempraktikkan sila, samadhi, dan kebijaksanaan. Ini sangatlah sederhana. Dengan menaati sila dan meneguhkan pikiran, secara alami kebijaksanaan kita akan bertumbuh sehingga bisa memahami segala kebenaran.

Dengan terjun ke masyarakat, dari hubungan antarmanusia, kita bisa melihat banyak sekali penderitaan dan cinta kasih di dunia. Dengan terjun ke masyarakat, barulah kita bisa merasakan semua itu. Tadi, saya juga bertemu dengan para anggota TIMA dari Taiwan bagian utara. Anggota TIMA di Taiwan bagian utara berjumlah lebih dari 1.000 orang. Mereka sering berangkat dari Taipei ke tempat yang kekurangan sarana pengobatan atau ke tempat yang sarana transportasinya kurang memadai untuk memperhatikan lansia, orang cacat, dan orang yang menderita penyakit serius. Jika ada yang tidak bisa pergi berobat, kita akan pergi ke rumah mereka.

Sekelompok anggota TIMA ini berasal dari Taipei, Taoyuan, Xinzhu, Penghu, dan Kinmen. Mendengar mereka berbagi tentang kasus pasien serta bagaimana mereka menjangkau pasien dan memberikan pengobatan, saya sungguh merasa tersentuh. Melihat itu semua, saya tidak bisa menahan diri untuk meminta maaf kepada mereka. Saya selalu sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi dan anggota TIMA. Akan tetapi, saya sering mengabaikan anggota TIMA karena saya tak punya waktu untuk berbincang dengan mereka. Saya sering melihat para anggota TIMA dan relawan Tzu Chi terjun ke wilayah pedalaman untuk memperhatikan orang yang hidup menderita. Kini, kita sungguh bisa melihat Bodhisatwa di dunia. Mereka semua adalah Bodhisatwa dunia.

Pada zaman Buddha, gambaran Bodhisatwa ideal hanya ada di dalam benak setiap orang. Kini, Bodhisatwa dunia sudah terjun ke tengah masyarakat. Ini juga merupakan semangat inti dari mazhab Tzu Chi. Jadi, jagalah tekad awal dengan baik. Saya berharap setiap orang bisa menjaga pikiran dengan baik. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita harus menjaga tekad awal dan lebih bersemangat melatih diri. Dengan melatih sila dan samadhi, maka kebijaksanaan kita akan berkembang. Dengan begitu, kita akan memahami lebih banyak kebenaran. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -