Suara Kasih: Menyerap Dharma ke Dalam Hati

.
 

Judul Asli:

Giat Melatih Diri dan Menyerap Dharma ke Dalam Hati

      

Mencurahkan perhatian di lokasi bencana dan menghimpun kekuatan masyarakat
Mensosialisasikan kegiatan daur ulang di Kepulauan Samoa
Mementaskan adaptasi Sutra dengan bersemangat dan penuh kegigihan
Giat melatih diri dan menyerap Dharma ke dalam hati

 

Kita dapat melihat Kolombia dilanda badai tornado yang sangat jarang terjadi dan sangat besar. Akibatnya, lebih dari 100 orang mengalami luka-luka. Melihat ketidakkekalan akibat bencana ini, saya sungguh merasa sedih.

Kita juga melihat Kuba. Minggu lalu, Kuba diguyur hujan lebat selama empat hari berturut-turut yang mengakibatkan terjadinya banjir. Usai warga membersihkan rumah mereka, tanggal 2 Juni lalu kembali turun hujan lebat yang mengakibatkan meluapnya air sungai. Warga di seluruh desa sangat ketakutan dan segera mengevakuasi diri. Mereka baru saja mengalami bencana dan baru selesai menata kembali rumah mereka. Akan tetapi, hujan lebat kembali mengguyur dan mendatangkan bencana banjir di sana. Penderitaan mereka sungguh tak terhingga.

Sebaliknya, di tempat yang juga kekurangan, kita masih dapat melihat kehangatan, seperti di Guatemala. Tanggal 28 Mei lalu, insan Tzu Chi Amerika Serikat berangkat ke Guatemala untuk mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Mayoritas warga Guatemala adalah umat Katolik. Akan tetapi, kita juga mengadakan upacara pemandian rupang Buddha di sana sekaligus memperingati Hari Ibu serta berbagi dengan setiap orang mengenai Hari Tzu Chi.

Guatemala adalah negara miskin. Tidak mudah bagi anak-anak di sana untuk mengenyam pendidikan. Setiap kali insan Tzu Chi berkunjung ke sana, mereka selalu mendukung pendidikan anak-anak dengan memberi bantuan alat tulis, makanan bergizi, dan lain-lain. Kali ini, pemerintah setempat juga meminta Tzu Chi agar membantu mereka membangun sekolah bagi anak-anak. Akhirnya, sekolah tersebut selesai dibangun. Pada tanggal 28 Mei lalu, sekolah tersebut diresmikan. Kita dapat melihat anak-anak yang sangat menggemaskan. Saya berharap sekelompok anak-anak itu dapat memiliki masa kecil yang bahagia dan bisa mengenyam pendidikan.

Tanggal 2 Juni lalu, seorang anggota komite dari Amerika Serikat kembali ke Griya Jing Si. Relawan bernama Debra itu kembali dan berbincang-bincang dengan saya. Saya berkata, Saya sudah melihat perjalanan kalian ke Samoa dari siaran Da Ai TV. Sungguh penuh kehangatan. Dia berkata bahwa warga setempat sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Selain itu, banyak orang merasa sangat luar biasa saat melihat ada organisasi yang bersumbangsih tanpa pamrih.

Pada saat itu, insan Tzu Chi berangkat dari Amerika Serikat menuju Samoa untuk menyurvei lokasi bencana dan memberikan bantuan. Demi berterima kasih kepada Tzu Chi, beberapa warga setempat khusus datang ke Taiwan dan menyatakan terima kasih kepada saya. Selain berterima kasih, mereka juga meminta kita untuk membantu membangun kembali pulau tersebut. Dalam kunjungan kali itu, saya berbagi dengan mereka bahwa cara terbaik untuk memulihkan perekonomian mereka adalah dengan melakukan daur ulang. Ini karena mereka menghadapi masalah sampah yang sangat besar. Berhubung ada banyak turis di sana, sampah yang tercipta juga sangat banyak. Botol plastik yang ada di sana sungguh sangat banyak. Karenanya, dalam kunjungan mereka kali itu, saya terus menekankan pelestarian lingkungan dan cara melakukan daur ulang.

Setelah kembali ke Samoa, mereka segera mempraktikkannya. Debra berkata bahwa mereka sangat mendengar nasihat saya. Setelah kembali, mereka segera melakukan daur ulang. Mereka mulai memilah barang daur ulang dan mengumpulkan botol-botol plastik. Mereka bahkan berbagi dengan pengusaha setempat mengenai konsep daur ulang. Nasihat-nasihat saya sungguh telah dipraktikkan oleh mereka. Kali ini, saat insan Tzu Chi Amerika Serikat kembali berkunjung ke Samoa, mereka membawa selimut dan barang hasil daur ulang lainnya untuk ditunjukkan kepada warga setempat. sudah melihat barang hasil daur ulang, tetapi masih banyak warga setempat yang belum melihatnya. Kali ini, insan Tzu Chi kembali ke sana untuk berbagi dengan warga setempat tentang bagaimana insan Tzu Chi Taiwan melakukan daur ulang.

Konsep pelestarian lingkungan Tzu Chi di Taiwan telah tersebar ke seluruh dunia dan dipahami oleh banyak orang. Karena itu, saat melihat serat sintetis yang diolah dari botol plastik dan produk-produk DA AI Technology, warga setempat berkata bahwa  semua itu sungguh luar biasa. Kita dapat melihat mereka telah bergerak untuk memilah barang daur ulang. Lihat, itulah cara memulihkan perekonomian. Saya sungguh bersyukur melihatnya.

Saya juga sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Amerika Serikat yang berangkat ke negara lain untuk memberi bantuan. Selain itu, mereka tidak lupa untuk berbagi tentang ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi yang berasal dari Taiwan. Karena itu, orang-orang di negara mana pun mengetahui semangat ajaran ini berasal dari Taiwan. Jika ingin mendalaminya, mereka akan datang ke  Taiwan. Semua itu sungguh membuat orang tersentuh. Inilah makanan spiritual. Mereka bisa membawa makanan spiritual ini kembali ke negara masing-masing dan mulai memulihkan perekomonian mereka. Melihat kontribusi insan Tzu Chi di Taiwan, saya juga sangat berterima kasih. Sejak tahun lalu, setiap orang terus menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Inilah yang terus kita dengungkan. Persamuhan Dharma di Puncak Gunung Nasar tidak akan pernah berakhir.

Kita dapat melihat seorang anak kecil berusia 5 tahun yang memperagakan isyarat tangan dengan baik. Saat melihatnya, saya tidak bisa menahan diri untuk memintanya mengajarkan saya bahasa isyarat tangan. “Saya suka ke Jalan Meishu Timur 8 untuk mengikuti kelas bedah buku,”jawabnya.

”Bagaimana cara kamu belajar isyarat tangan?”
”Adakalanya, saya mendengar dari CD. Adakalanya, saya melihat dari komputer.”

 

Ibunya pun berkata, ”Yang lebih hebatnya lagi, saat saya lupa dengan lirik lagu, dia akan membantu saya menyanyikannya. Lalu, dia terus mengajar saya berulang kali. Kini dia bahkan menguasai gerakan kelompok besar.”

Lihatlah, ekspresinya lebih baik dari orang dewasa. Ekspresi dan gerakannya sangat baik. Dia baru berusia 5 tahun. Demikian pula dengan seorang relawan yang telah berusia 84 tahun. Ia berkata, ”Gagal satu kali, saya coba yang kedua kali. Gagal yang kedua kali, masih ada ketiga kali. Kita harus memiliki kegigihan dan kesabaran. Inilah yang diajarkan Master kepada kita. Selagi masih ada kekuatan, saya harus turut berpartisipasi.”

Lihat, dia enggan kalah dengan usianya. Jiwanya tetap muda selamanya. Sesungguhnya, baik orang tua maupun anak muda, setiap orang memiliki sifat hakiki yang murni dan setara dengan Buddha. Pepatah berbunyi,  “Belajar dari kehidupan lampau.” Anak kecil tadi membawa benih Tzu Chi dari kehidupan lampau. Jika tidak, bagaimana dia bisa belajar dengan begitu cepat? Jadi, kita sungguh harus meyakini bahwa segala sesuatu tidak dapat dibawa serta, hanya karma yang terus mengikuti.

Karma adalah benih. Benih karmalah yang membawa kita ke kehidupan-kehidupan berikutnya. Benih adalah sebab. Segala sesuatu yang kita temui sekarang adalah buah dari benih yang kita tanam. Jadi, kita harus mempersiapkan benih dan kondisi untuk masa mendatang dengan sebaik mungkin. Ini juga merupakan makanan spiritual kita. Kita harus senantiasa  menyucikan batin kita dan senantiasa membabarkan Dharma di tengah masyarakat. Dengan demikian, saya yakin dari kehidupan ke kehidupan kita akan berjalan di jalan ini dengan damai dan berkumpul dengan banyak orang baik. Himpunan berkah dari banyak orang akan menciptakan kedamaian bagi masyarakat dan menjauhkan dunia dari bencana. Untuk itu, kita harus senantiasa bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Lourencia Lou.
 
 
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -