Suara Kasih : Menyucikan Batin

 

Judul Asli:

Menyucikan Batin dan Menghimpun Berkah
 

Bertobat demi mengurangi bencana
Menyucikan batin dan menghimpun berkah
Bodhisatwa dunia ada di berbagai negara
Senantiasa giat membebaskan sesama dari penderitaan

Saat terjadi bencana yang menggemparkan dunia, kita harus memetik pelajaran darinya. Tujuan Buddha datang ke dunia adalah untuk membimbing semua makhluk agar memahami prinsip kebenaran. Kekotoran batin manusia terus berakumulasi. Karena ketamakan, mudah timbul kebencian dan kebodohan. Tiga rintangan tersebut akan menjadi penghalang diri kita untuk melihat prinsip kebenaran sehingga karma buruk terus tercipta dan membentuk lingkaran buruk. Akibatnya, kebijaksanaan kita pun mulai terkikis secara perlahan. Karena itu, segala perbuatan kita akan menjadi tidak bijaksana.

Jadi, bila kebijaksanaan mulai terkikis, maka segala perbuatan kita akan menciptakan karma buruk dan melanggar sila. Karena itu, kini kita harus segera sadar. Buah dari karma buruk kolektif semua makhluk telah menyebabkan terjadinya bencana. Hal ini sungguh memprihatinkan. Karenanya, kita harus segera mengimbau semua orang untuk bervegetarian dan bertobat. Inilah satu-satunya cara untuk meniadakan bencana. Selain itu, kita juga harus menginspirasi semua orang untuk berbuat baik. Karena karma buruk kita telah terakumulasi, kini kita harus segera menciptakan dan menghimpun berkah. Dengan demikian, barulah kita dapat menumbuhkan kebijaksanaan dan menaati peraturan dan sila. Setiap orang harus menaati peraturan dan sila agar dunia dapat bebas dari bencana. Semoga dunia dapat bebas dari bencana. Inilah tujuan kita sekarang ini.

Beberapa hari lalu, saya melihat siaran berita yang melaporkan bahwa pemanasan global tak hanya mengakibatkan peningkatan suhu udara, melainkan juga suhu di bawah tanah. Aliran air di bawah tanah semakin deras sehingga pergeseran lempeng tektonik akan mengakibatkan gempa bumi semakin sering terjadi. Para ahli telah mengeluarkan peringatan tentang hal ini. Lihatlah bencana gempa bumi di Chrischurch, Selandia Baru. Perdana Menteri setempat mengumumkan bahwa mereka akan menggelar doa bersama bagi para korban bencana gempa. Regu penyelamat sungguh telah berusaha keras. Kalian pasti masih ingat pada tanggal 27 Februari tahun lalu, Cile dilanda gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter. Meski bencana ini telah berlalu setahun, namun warga setempat masih mengingatnya dengan jelas.

Bencana ini tak sepenuhnya berdampak buruk. "Kami banyak belajar tentang penderitaan, persahabatan, dan menolong orang lain," kata salah seorang warga. Sungguh, welas asih akan tumbuh saat berada di tengah penderitaan. Saat menyaksikan penderitaan, barulah mereka sadar dan bekerja dengan segenap kemampuan untuk menyalurkan bantuan. Inilah sifat hakiki manusia yang penuh cinta kasih. Karena itu, kita harus senantiasa mempertahankan cinta kasih dalam hati. Kapan pun dan di mana pun, kita harus memanfaatkan cinta kasih ini untuk membantu orang lain.

Janganlah menunggu hingga bencana terjadi baru kita menyadari betapa berharganya kehidupan. Janganlah menunggu hingga penderitaan datang baru kita membangkitkan welas asih. Saat welas asih telah terbangkitkan, kita harus terus mempertahankannya. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus memanfaatkan waktu yang ada dan yang terpenting adalah senantiasa mempertahankan niat naik. Saat welas asih terbangkitkan, kita harus terus mempertahankannya. Untuk itu, kita harus senantiasa bersungguh hati. Gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter yang terjadi di Cile pada tahun lalu adalah awal terjalinnya jodoh Tzu Chi dengan warga setempat. Mereka menyaksikan semangat Bodhisatwa yang merangkul semua makhluk dengan welas asih melalui penyaluran bantuan. Insan Tzu Chi dari beberapa negara segera bergerak. Kontribusi kita telah menginspirasi beberapa warga Tionghoa setempat, seperti Tuan Xie dan dr. Yang sehingga mereka mulai bekerja sama dengan para insan Tzu Chi.

Setelah bekerja sama dengan Tzu Chi, mereka berharap semangat Tzu Chi dapat berakar di Cile. Karena itu, Tuan Xie menyediakan sebuah tempat bagi Tzu Chi untuk dijadikan sebagai kantor penghubung. Pada tanggal 29 Maret tahun lalu, K antor Penghubung Tzu Chi setempat diresmikan. Mereka juga mendirikan TIMA untuk melayani warga kurang mampu. Selain itu, ada pula posko daur ulang. Hasil penjualan barang daur ulang mereka gunakan untuk menjalankan misi amal. Mereka juga telah menggalang donatur setempat. Mereka sangat giat dalam mengemban misi amal dan melakukan kegiatan daur ulang.

Tanggal 26 Februari lalu juga merupakan hari yang bersejarah bagi insan Tzu Chi di Dominika. Pada tanggal 26 Febuari 1999, Kantor Penghubung Tzu Chi di Dominika diresmikan. Badai George yang terjadi pada tanggal 16 Oktober 1998 mengakibatkan kerusakan parah di 8 negara pada saat bersamaan. Pada saat itu, insan Tzu Chi segera mengumpulkan pakaian layak pakai untuk diberikan kepada korban bencana. Mereka mencurahkan cinta kasih kepada orang-orang di negara mana pun. Saat Taiwan dilanda Topan Morakot, warga Dominika juga turut menggalang dana, doa, dan cinta kasih bagi para korban bencana Morakot.

Salah satu staf dari harian Listin Diario diundang untuk mempelajari tentang Tzu Chi. Ia pun menemukan bahwa sejak 1998 Tzu Chi telah berkontribusi di sana dan telah membangun sebuah sekolah di lokasi bekas TPA. Banyak siswa telah lulus dari sekolah ini dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Para siswa tersebut memberi tahu kepadanya tentang segala kegiatan Tzu Chi. Ia pun merasa bahwa kegiatan Tzu Chi sungguh luar biasa terutama kisah celengan bambu dan kegiatan daur ulang. Ia sangat tersentuh karenanya. Jadi, harian ini memuat berita tentang segala kegiatan Tzu Chi.

Intinya, insan Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi akan segera menyalurkan bantuan. Semangat insan Tzu Chi telah menginspirasi banyak warga setempat. Semoga pascagempa di Selandia Baru kali ini, benih Tzu Chi juga dapat bertunas di sana . Intinya, melihat berbagai bencana yang terjadi, kita sungguh harus segera sadar dan mengambil hikmahnya. Ajaran Buddha pada lebih dari 2.000 tahun lalu harus kita praktikkan. Kini kita harus melenyapkan kegelapan batin yang telah terakumulasi sejak dulu dengan segera bertobat. Seperti yang saya katakan kemarin, kita harus menyucikan batin dan jasmani. Kita harus segera melenyapkan kegelapan batin dengan menjalani pola hidup vegetarian. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -