Suara Kasih : Menyucikan Hati Manusia

 

Judul Asli:

Menyucikan Hati dan  Menghimpun Berkah
 

Mengenang kembali awal berdirinya Tzu Chi
Tzu Chi berdiri dari himpuan tetes demi tetes sumbangsih dan di tengah berbagai kesulitan
Untuk menyelamatkan dunia harus dimulai dari menyelamatkan hati manusia
Bersama-sama menyalurkan bantuan dan menciptakan karma baik

”Saat menjalani kamp Jing Si pada tahun 2003, saya merasa tak semua warga masyarakat mengejar ketenaran dan keuntungan. Banyak dari mereka yang memiliki niat baik dan bersumbangsih tanpa pamrih sebagai relawan Tzu Chi. Saya sangat terkesan, karena itu setelah kembali ke rumah, saya segera mendaftarkan diri untuk menjadi anggota Tzu Cheng dan mulai menjalani pelatihan,” kata seorang relawan kita yang telah menjadi Tzu Cheng.

”Saat itu ada yang bertanya kepada saya, ’Anda adalah seorang bos besar, apa yang Anda lakukan di Tzu Chi?’ Saya menjawab, ’Banyak hal yang bisa dilakukan. Saat Tzu Chi mengadakan kegiatan, kita memerlukan bantuan banyak orang untuk mendekorasi tempat, melakukan daur ulang, dll. Kita dapat berdana atau berkontribusi sesuai kemampuan kita.’ Kemudian orang tersebut berkata kembali, ’Tetapi saya tidak punya waktu. Menurutmu apa yang dapat saya bantu?’ Maka saya menjelaskan, ’Jika tidak memiliki waktu, anda dapat berdana.’ ’Kalau begitu, saya akan mendonasikan 270 juta rupiah,’ kata orang itu,” begitu kata relawan itu bercerita.

Saat melihat orang baik melakukan hal baik, kita sungguh bersukacita dan tersentuh. Dengan perasaan tersentuh dan penuh sukacita, kita dapat menginspirasi orang-orang di sekitar kita untuk turut berbuat baik. Lihatlah, semua berawal dari satu niat yang penuh sukacita dan rasa syukur.

Cerita di atas merupakan kisah Relawan Li. Ia bergabung dengan Tzu Chi setelah mengikuti kamp Jing Si. Banyak orang yang masih tidak tahu apa yang dilakukan oleh Tzu Chi. Mereka hanya mendengar dari orang lain dan mereka langsung memercayainya. Setiap kali kita mengadakan kamp Jing Si bagi para pengusaha, insan pendidikan, dll, saya mendengar beberapa peserta berkata, “Setelah mengikuti kamp dan tahu tentang Tzu Chi, saya mendapat pemahaman yang berbeda dengan yang saya dengar sebelumnya.” Saya bertanya, “Apa yang Anda dengar sebelumnya?” Mereka menjawab, “Saya mendengar bahwa Tzu Chi adalah organisasi yang sangat kaya.” Setiap kali mendengar hal ini, saya selalu bersyukur atas doa orang-orang bagi Tzu Chi. Jika banyak orang mendoakan kita, kita akan memiliki lebih banyak berkah.

Banyak orang tidak menyadari bahwa pada 45 tahun yang lalu, Tzu Chi berdiri di tengah masa-masa yang sulit. Apa yang kami lakukan pada 45 tahun  lalu? Kami memulainya dari nol. Kami memerhatikan seorang lansia yang tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana di sebelah pasar. Di dalam rumah ini tinggal seorang lansia berusia 80-an yang berasal dari Tiongkok. Setelah perang dunia II usai, ia datang ke Taiwan untuk mencari suaminya, namun suaminya telah meninggal. Ia sendiri tidak dapat kembali ke Tiongkok lagi. Jadi, lansia ini pun menetap di Hualien. Namun, ia mulai jatuh sakit karena usianya dan tidak ada orang yang memerhatikannya.

Jadi, pada bulan pertama Tzu Chi berdiri, kami membantu lansia tersebut. Kami tidak memberikan uang kepadanya karena ia tak dapat keluar rumah untuk berbelanja. Ia bahkan kesulitan untuk pergi ke kamar kecil. Karena itu, kami meminta seseorang untuk memasak dan mempersiapkan segala sesuatu baginya. Inilah misi amal yang kami lakukan pada bulan pertama Tzu Chi berdiri.

Karena Tzu Chi baru berdiri, bagaimana cara kami memerhatikan orang yang membutuhkan? Pada bulan pertama itu, seperti yang kalian ketahui, sebanyak 30 orang ibu rumah tangga menyisihkan uang 50 sen setiap hari. Karena uang yang terkumpul setiap bulan tidak mencukupi, jadi kami mulai menjahit sepatu bayi untuk menutupi kekurangannya. Setelah membantu lansia tersebut, banyak orang mulai mengajukan kasus kepada kami. Saat membantu warga yang kurang mampu, kami mendapati banyak orang yang sakit, karena itu kami mulai mengadakan baksos kesehatan. Karena merasa baksos kesehatan tidak cukup, kami mulai berpikir untuk membangun rumah sakit.

Kita bekerja keras selama belasan tahun. Pada tahun ke-20 Tzu Chi berdiri, kita telah membangun Rumah Sakit Tzu Chi. Seiring waktu berjalan, kita mulai membangun beberapa rumah sakit dan sekolah. Ini semua berkat tetes demi tetes sumbangsih banyak orang. Dengan menghimpun sumbangsih banyak orang, barulah kita dapat membangun rumah bagi warga tak mampu, membangun rumah sakit bagi orang sakit, dan membangun sekolah bagi anak-anak. Kita bahkan juga dapat membantu orang-orang yang membutuhkan di seluruh Taiwan.

Beberapa orang berkata, “Kami hanya tahu keberadaan Tzu Chi, namun tak tahu bahwa Tzu Chi membantu orang lain.” Sungguh, saat kita merasa telah melakukan hal yang benar, lakukanlah saja! Penyaluran bantuan kepada korban bencana dari Taiwan hingga ke seluruh dunia terus kita kembangkan. Contohnya, bencana banjir yang terjadi di Australia. Di tempat penampungan korban bencana di Brisbane, kita mendirikan sebuah posko. Saat perdana menteri Australia datang, ia melihat kita tengah membagikan selimut, kartu debit, serta barang-barang kebutuhan sehari-hari. Jadi, ia tahu bahwa kita membagikan barang bantuan yang sangat berguna.

Saat melihat selimut Tzu Chi, ia berkata bahwa kualitasnya sangat baik. Relawan kita pun menjelaskan kepadanya bahwa dengan mendaur ulang botol plastik, kita dapat menghasilkan selimut seperti ini. Ia sangat terkejut dan serasa tak percaya. Di posko Tzu Chi, ia mengajukan banyak pertanyaan kepada kita. Ia sangat berterima kasih atas kontribusi kita.

Beberapa hari yang lalu, kita mulai menyalurkan barang bantuan yang sangat dibutuhkan oleh para korban bencana. Kali ini, saya juga sangat berterima kasih kepada perusahaan penerbangan Eva Air yang membantu kita mengirimkan 5.000 helai selimut. China Airlines juga membantu kita mengirimkan barang bantuan secara gratis. Karena itu, kita mengirimkan lagi 5.000 helai selimut beserta obat-obatan dan rompi relawan. Inilah para pengusaha yang turut membangkitkan cinta kasihnya untuk membantu orang yang membutuhkan. Berkat bantuan mereka, meski negara Australia sangat jauh, kita tetap dapat segera menyalurkan bantuan.

Saya sangat berterima kasih atas barang bantuan yang berasal dari Taiwan. Untuk penyaluran bantuan kali ini, para insan Tzu Chi di Taiwan harus mendukung insan Tzu Chi di Australia karena bencana kali ini sangatlah besar. Kita harus mendukung insan Tzu Chi di Australia karena mereka masih harus menapaki perjalanan yang sangat jauh. Selain Australia, beberapa hari ini insan Tzu Chi di Brasil juga bekerja sangat keras. Dunia ini sungguh penuh dengan bencana. Kita baru memulai tahun yang baru. Namun, kita telah mulai menyalurkan bantuan bagi para korban bencana di Australia dan Brasil.

Saudara sekalian, tetes demi tetes sumbangsih insan Tzu Chi kita gunakan untuk membantu orang-orang di berbagai negara di dunia. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi akan pergi ke sana untuk bersumbangsih. Dengan menghimpun cinta kasih dan sumbangsih setiap orang, kita dapat membantu banyak orang yang membutuhkan. Karena itu, saya sungguh bersyukur. Para Bodhisatwa sekalian, bersyukur, mawas diri, dan berhati tulus sangatlah penting dan bermula dari satu niat. Buddha berkata bahwa kita semua menanggung buah dari karma kolektif, baik karma buruk maupun karma baik. Jika menciptakan karma baik, maka kita akan memiliki berkah dan keselamatan. Sebaliknya jika menciptakan karma buruk, maka akan banyak bencana yang terjadi dan kita tidak akan hidup aman dan selamat.

Semoga kita dapat bersama-sama menciptakan karma baik dan menanam berkah bagi dunia. Dengan demikian, kita akan senantiasa selamat. Hal ini harus dimulai dari hati. Menyucikan batin manusia adalah harapan dan tujuan saya selama puluhan tahun ini. Jika batin manusia tidak tersucikan, maka dunia tak dapat diselamatkan. Untuk menyelamatkan dunia, kita harus menyucikan batin manusia terlebih dahulu. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -