Suara kasih : Merangkul Semua Orang dengan Cinta Kasih

 

Judul Asli:

Merangkul Semua Orang dengan Cinta Kasih Universal

Gedung sekolah baru di Haiti berdiri dengan kokoh
Baksos pengobatan mata berlangsung dengan penuh kehangatan
Merangkul semua orang dengan cinta kasih universal
Menciptakan keharmonisan di masyarakat lewat sumbangsih antarsesama

 

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Setiap hari saya merasa jadwal saya sangat padat. Hari saya dipenuhi suka dan duka. Yang membuat saya merasakan sukacita adalah melihat perkembangan teknologi telah membantu kita membabarkan Dharma di dunia sehingga setiap orang bisa dibimbing untuk berjalan maju menuju arah yang benar. Ini adalah hal yang menggembirakan.

Para staf budaya humanis Tzu Chi selalu melaporkan kebenaran dan membimbing ke arah yang benar, berusaha membabarkan ajaran benar di dunia agar bisa dipahami oleh setiap orang. Jejak langkah insan Tzu Chi ada di seluruh dunia, contohnya di Haiti. Melihat kondisi di Haiti, hati saya merasa sangat pilu. Pascagempa Haiti tahun 2010 lalu, banyak tempat yang hancur dan rusak parah. Penderitaan para warga Haiti masih bisa kita lihat hingga sekarang.

Belakangan ini, sebuah badai tropis menerjang Haiti dan menghancurkan tenda pengungsian para korban bencana. Dahulu, saat Haiti dilanda bencana, insan Tzu Chi pernah berangkat ke sana untuk menyalurkan bantuan. Lihatlah banyak rumah warga yang roboh akibat badai tropis.Saat insan Tzu Chi memungut potongan batu bata di lokasi bencanadan mencoba meremasnya dengan tangan, potongan batu bata itu hancur seketika. Pantas saja, badai tropis bisa langsung mendatangkan bencana; saat terjadi guncangan, bangunan di sana menjadi rata dengan tanah. Ini karena bahan bangunan yang mereka gunakan terlalu sederhana.

Kini kita membantu membangun kembali tiga gedung sekolah yang awalnya didirikan oleh Kongregasi Biarawati Santa Anna. Ketiga sekolah itu dibangun pada saat yang bersamaan. Melihat struktur baja berdiri dengan kokoh di atas tanah, hati saya merasa sangat tenang.Meski mereka adalah biarawati Katolik, kita tetap harus membantu mereka dengan penuh rasa syukur karena mereka telah membantu kita memerhatikan warga Haiti yang sulit terjangkau oleh kita. Kita harus menganggap semua orang di dunia bagai satu keluarga. 

Saat ada orang yang mengasihi, menjaga, dan membantu orang yang menderita,tak peduli agama pun yang dianut oleh mereka, kita harus tetap berterima kasih kepada mereka. Jika setiap orang bisa memiliki hati penuh syukur dan memiliki cinta kasih yang sama, maka himpunan kekuatan cinta kasih kita akan bisa membantu orang yang membutuhkan. Meski menganut keyakinan yang berbeda,tetapi berkat satu cinta kasih universal yang sama,anak-anak Haiti bisa hidup tenteram dan bisa mendapat pendidikan yang baik. Jika demikian, orang berbakat di Haiti juga akan bertambah. Dengan adanya banyak orang berbakat, maka Haiti akan ada harapan.

Jika setiap anak tumbuh besar di tengah lingkungan yang baik dan menerima pendidikan penuh cinta kasih,bukankah kelak masyarakat Haiti akan penuh dengan harapan? Jadi, pendidikan adalah proyek harapan. Dengan adanya pendidikan, barulah kehidupan Haiti bisa membaik. Singkat kata,keamanan dan kestabilan di dalam suatu negara sangatlah penting.

Di dalam kehidupan masyarakat,janganlah kita saling bertikai. Lihatlah insan Tzu Chi merangkul semua orang di dunia tanpa membedakan kewarganegaraan dan keyakinan. Pada kehidupan di dunia ini,kita semua adalah satu keluarga. Kita hendaknya hidup berdampingan dengan alam, senantiasa menunaikan kewajiban, saling bersyukur dan menghomati.Cinta kasih seperti inilah yang bisa membawa kebahagiaan bagi umat manusia.

Lihatlah pergolakan di beberapa negara akibat perbedaan pandangan. Jika kita selalu menyimpan dendam masa lalu, maka kehidupan kita akan penuh kesulitan. Saya sering berkata bahwa saat kaki yang satu menapak,kaki yang lain harus melangkah. Orang Taiwan sering berkata, "Dendam harus dilepaskan, bukan diperkuat." Dengan demikian, segala sesuatu akan berlalu. Kita harus hidup pada saat ini. Ketenteraman dan keselamatan pada saat ini adalah berkah bagi kita.

Kini media massa bisa membuat hati manusia bergejolak. Melalui siaran Da Ai TV, kita bisa melihat bagaimana manusia saling mencurahkan cinta kasih universal untuk melenyapkan berbagai rintangan. Bukankah itu semua mendatangkan ketenteraman dan keharmonisan bagi kita?  

Tadi kita telah melihat tayangan di Indonesia. Insan Tzu Chi di Indonesia bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengadakan baksos kesehatan di desa yang minim sarana pengobatan. Para anggota TIMA mengadakan baksos kesehatan mata bagi warga kurang mampu agar mereka yang hidup di tengah kegelapan bisa kembali melihat cahaya. Bukankah itu semua sangat baik? Meski para pasien itu tidak ada hubungan dengan kita,tetapi kita semua yang hidup di atas bumi yang sama bagaikan satu keluarga.

Orang yang hidup kesulitan tidak mampu menanggung biaya pengobatan. Akan tetapi, jika ada orang yang bersedia bersumbangsih dan membantu, maka orang kurang mampu tersebut akan bisa memperoleh bantuan dan mengobati penyakitnya. Tindakan saling membantu ini sungguh sangat indah. Saat membantu orang lain, kita tidak pernah bertanya, "Apa marga Anda?", "Apa warga negara Anda?". Tidak pernah.

Kita memperlakukan semua orang dengan setara serta penuh kehangatan dan cinta kasih.Asalkan bermanfaat bagi orang lain,kita tidak perlu membedakan keyakinan. Semua orang adalah sama. Jika setiap orang memiliki pandangan seperti ini, bukankah kehidupan kita akan damai dan harmonis?

Untuk menciptakan kehidupan yang bahagia, kita harus menyelaraskan hati. Dalam keseharian, kita harus hidup rajin dan hemat. Dengan tidak hidup boros dan konsumtif,secara alami kita akan memiliki kekuatan lebih untuk membantu orang lain. Setelah penerima bantuan bisa mandiri, maka kekuatan di masyarakat akan bertambah. Karena itu, kita tidak perlu membedakan ras ataupun keyakinan. Tidak perlu.

Intinya,cinta kasih universal adalah harapan terbesar bagi dunia. Selain bersumbangsih tanpa pamrih,kita juga harus dipenuhi rasa syukur. Inilah yang harus kita usahakan. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -