Suara Kasih: Meringankan Penderitaan Sesama

Judul Asli:

 

  Meringankan Penderitaan Sesama dengan Welas Asih yang Tak Terhingga

 

Bencana gempa di Turki sudah berlalu beberapa hari. Bencana kali ini berjarak 1.600 kilometer dari ibukota. Insan Tzu Chi di Turki sangatlah sedikit. Karena itu, relawan Hu berangkat untuk menyurvei lokasi bersama dengan relawan Yu. Mereka berangkat dengan sebuah organisasi yang bernama Kimse Yok Mu. Organisasi itu adalah organisasi non pemerintah.


Dahulu, saat Tzu Chi memberikan bantuan di Turki, mereka telah menjalin persahabatan dengan Tzu Chi. Saat Taiwan dilanda bencana Topan Morakot, Ketua Pelaksana Kimse Yok Mu juga datang ke Taiwan dan mendonasikan 50.000 dolar AS kepada Tzu Chi.

Pascagempa kali ini, organisasi Kimse Yok Mu bertanya kepada Tzu Chi apakah ingin berangkat ke lokasi bencana bersama mereka. Karena itu, relawan Hu dan relawan Yu berangkat untuk menyurvei lokasi bencana bersama dengan organisasi itu. Cuaca setempat sudah sangat dingin dan masih terus terjadi gempa susulan. Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah juga telah bergerak untuk membantu. Kini barang bantuan yang paling dibutuhkan oleh warga Turki adalah tenda. Selain tenda, Pemerintah Turki juga meminta bantuan berupa rumah tinggal sementara.

Bencana yang terjadi dalam sekejap sungguh membuat orang tak berdaya. Kita tak dapat menghentikan ketidakkekalan. Ketidakselarasan empat unsur alam mengakibatkan bencana terjadi silih berganti. Kita harus mawas diri dan berhati tulus. Pascagempa di Turki kali ini, kita akan melihat dahulu bantuan apa yang diberikan oleh PBB. Kemudian, barulah kita merencanakan program bantuan jangka menengah dan panjang.

Saya sungguh berterima kasih kepada relawan Hu dan relawan Yu yang telah berangkat ke lokasi bencana untuk mengetahui kondisi setempat. Insan Tzu Chi telah meninggalkan jejak langkah di seluruh dunia karena mereka terus bersumbangsih bagi orang yang membutuhkan. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia yang menciptakan berkah bagi masyarakat.  

 

Kita juga dapat melihat pembagian bantuan dana tunai yang ke-7 di Jepang telah berakhir. Penerima bantuan dana tunai berjumlah lebih dari 30.000 keluarga. Kali ini, sebanyak lebih dari 80 insan Tzu Chi Taiwan dan 120 insan Tzu Chi Jepang turut berpartisipasi. Selain itu, lebih dari 100 korban bencana juga turut berpartisipasi dalam pembagian bantuan.

 

Di Kantor Cabang Tzu Chi setempat, telepon terus berdering tanpa henti. Dari lokasi bencana, para warga di lokasi bencana terus bertanya tentang syarat dan dokumen yang harus mereka siapkan untuk mengambil barang bantuan. Enam jalur telepon terus berdering tanpa henti. Beruntung, banyak relawan lokal yang membantu menerima telepon. Dari sana, kita dapat melihat semangat Tzu Chi telah mulai mengakar di Jepang secara perlahan-lahan.

Kita juga dapat melihat kondisi di Filipina. Sejak akhir bulan September, Filipina dilanda 2 badai topan dalam waktu 1 minggu. Provinsi Bulacan telah dilanda bencana banjir selama beberapa hari. Insan Tzu Chi telah berulang kali menyurvei lokasi, dan melakukan pendataan sebelum membagikan bantuan. Insan Tzu Chi tak hanya memberikan bantuan materi, namun juga menggalang Bodhisatwa dunia. Mereka selalu berbagi tentang kisah celengan bambu. “Dana yang digunakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi berasal dari donasi Anda, saya, keluarga, dan teman kita sendiri. Karena itu, saat terjadi bencana, kita dapat menggunakan donasi itu untuk membantu orang,” ujar relawan Tzu Chi.

Meski tengah menghadapi bencana, kita tetap harus mewariskan semangat ini kepada mereka. Banyak pejabat pemerintah setempat yang merasa tersentuh. Pada pertengahan bulan Oktober lalu, gubernur dan walikota Provinsi Rizal berkunjung ke Griya Jing Si. “Terima kasih atas bantuannya.Sudah seharusnya kita saling membantu. Saya menemukan keluarga di Tzu Chi,” ujar gubernur 

 

Melihat kontribusi insan Tzu Chi, ia merasa sangat tersentuh. Karena itu, ia juga turut menggalang dana dari para penerima bantuan Tzu Chi. Sebagai pejabat pemerintah, ia sangat rendah hati. Ia mau turut ikut menghimpun tenaga dan donasi dari banyak orang. Kita juga dapat melihat sebuah alumni Tionghoa di Filipina yang bekerja sama untuk menggalang dana. Mereka berhasil menggalang dana sebesar sebesar 1,4 juta dolar NT (420 juta rupiah).

 

Ada belasan alumni yang bergabung dengan Tzu Chi untuk mengikuti penyaluran bantuan. “Saat insan Tzu Chi berkunjung, kami langsung mengakui misi amal Tzu Chi dan bersedia ikut serta dalam kegiatan pembagian bantuan,” ujar alumni tersebut. Mereka telah memahami bahwa tetes demi tetes donasi dapat menciptakan tenaga yang besar. Mereka pun menggalang dana dengan menggunakan celengan bambu dan menginspirasi orang dengan cinta kasih.

Ini semua sungguh penuh kehangatan. Mereka mengerti untuk rendah hati, bersumbangsih tanpa pamrih, membungkukkan badan, dan berterima kasih. Mereka pasti dipenuhi kedamaian dan sukacita. Intinya, kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membangkitkan cinta kasih setiap orang. Kelak mereka akan terus mencurahkan cinta kasih kepada orang lain. Inilah cara kita menginsirasi setiap orang untuk menciptakan berkah bagi masyarakat.

Contohnya Thailand. Para pengusaha di sana telah mengungkapkan kesediaannya untuk membantu. Beberapa hari ini, insan Tzu Chi Taiwan akan berangkat ke Thailand untuk menyurvei lokasi dan membimbing warga setempat mengenai cara membersihkan lokasi bencana. Mereka juga meminta media massa setempat untuk menginspirasi para pengusaha dan warga setempat agar turut mengulurkan tangan.

Kini Thailand tengah menghadapi bencana yang parah. Karena itu, setiap orang harus saling menginspirasi dan membantu. Bila setiap orang dapat saling membantu, maka perekonomian dan kehidupan masyarakat akan segera pulih. Untuk itu, setiap orang harus mengubah pola pikirnya. Untuk menyelamatkan negara dan masyarakat, kita harus membangkitkan cinta kasih setiap orang. Hal ini sangatlah penting.  

Baiklah. Bodhisatwa sekalian, kita harus bekerja keras untuk membangkitkan cinta kasih setiap orang. Kita harus senantiasa bersyukur saat dalam kondisi aman dan tenteram. Orang yang dalam kondisi aman harus membantu orang yang membutuhkan. Ini sudah merupakan tanggung jawab kita. Dalam kehidupan di dunia ini, kita harus saling membuka hati. Janganlah kita mementingkan keselamatan diri sendiri. Saat setiap orang berada dalam kondisi aman dan selamat, barulah kita dapat memiliki kehidupan yang tenang dan damai. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -