Suara Kasih : Meringankan Penderitaan
Judul Asli:
Meringankan Penderitaan dengan Cinta Kasih dan Kebajikan
Cinta Kasih terjalin antara para dokter dan pasien
Jalinan persahabatan tak mengenal jarak dan bersifat abadi
Senantiasa mawas diri dalam menghadapi segala bencana
Berdoa dengan penuh ketulusan dan cinta kasih
Beberapa hari lalu, RS Tzu Chi Hualien dipenuhi suasana sukacita karena tengah merayakan ultah yang ke-24. Saya sangat berterima kasih kepada para staf senior rumah sakit dan para relawan Tzu Chi yang telah mendukung saya sejak rumah sakit belum dibangun. Setelah rumah sakit dibuka, mereka pun terus menjadi jembatan untuk menciptakan kehangatan antara dokter dan pasien. Kontribusi ini telah berlangsung lebih dari 20 tahun. Saya sungguh berterima kasih.
Sore hari tanggal 17 Agustus lalu, bayi kembar siam “Kakak Beradik Mawar” kembali ke Griya Jing Si. Mereka telah berada di RS Tzu Chi Hualien selama lebih dari 4 bulan dan kini akan kembali ke Filipina. Karena itu, ibunya merasa berat hati. Cinta kasih akan senantiasa ada meski mereka berada jauh dengan kita. Inilah cinta kasih yang penuh kesadaran. Jalan Bodhi sangatlah lapang dan lurus. Cinta kasih insan Tzu Chi di jalan ini tak akan terhalang apa pun. Bayi kembar tersebut telah kembali ke Filipina, kita harus turut berbahagia untuk mereka. Namun, saya berpesan kepada insan Tzu Chi di Cebu bahwa meski mereka telah pulang ke rumahnya, kita tetap harus memerhatikan kehidupan dan gizi bayi kembar tersebut. Kita harus mendampingi dan memerhatikan mereka dalam jangka waktu yang panjang.
Kemarin saya juga menerima sebuah surat dari Turki. Kalian semua pasti masih ingat bencana gempa bumi yang melanda Turki pada 11 tahun yang lalu. Pada saat itu, insan Tzu Chi berangkat ke Turki untuk menyalurkan bantuan. Meski telah berlalu 11 tahun, namun jalinan persahabatan dengan warga di sana tetap ada selamanya. Surat tersebut berasal dari sebuah organisasi amal di Turki yang bernama PASIAD. Pada saat itu, insan Tzu Chi bekerja sama dengan PASIAD untuk menyalurkan bantuan materi dan membangun rumah tinggal sementara bagi para korban bencana gempa di Turki.
Tahun ini, perwakilan dari PASIAD datang ke Taiwan dan mendonasikan dana ke Tzu Chi untuk membantu para korban bencana topan Morakot di Taiwan tahun lalu. Jalinan persahabatan ini sungguh berharga. Mereka mengatakan bahwa inilah persahabatan yang abadi. Para warga Turki tak akan melupakan jasa para insan Tzu Chi yang berada jauh di Taiwan. Melihat rasa syukur para warga Turki, saya juga berharap semoga masyarakat dapat senantiasa hidup saling bertautan dalam lingkaran cinta kasih dan rasa syukur. Dengan demikian, dunia dan masyarakat kita akan menjadi sangat indah. Inilah harapan semua orang.
Karena itu, saya sangat bersyukur. Namun, bencana di dunia masih terus berlangsung. Dari laporan berita Da Ai TV, kita dapat melihat Negara Spanyol, Polandia, dan Meksiko yang dilanda bencana banjir akibat hujan yang sangat deras. Kita juga dapat melihat bencana banjir di Pakistan yang telah berlangsung lebih dari 20 hari masih belum reda dan airnya masih belum surut. Korban jiwa telah mencapai lebih dari 1.000 orang. Kita dapat membayangkan penderitaan yang dialami warga setempat akibat bencana tersebut. "Saat itu, saya tak dapat memegang mereka. Saya melihat mereka meronta-ronta dalam air sekitar 5 kali kemudian menghilang," kata seorang warga.
“Saya melihat kepala mereka mengapung di air. Saya dan suami saya berteriak sekuat tenaga untuk meminta tolong, namun tak ada yang datang menolong kami,” kata salah seorang warga yang selamat. Coba pikirkanlah entah berapa banyak orang yang telah terbawa arus air. Sebanyak lebih dari 20 juta orang kini tak memiliki tempat tinggal dan kelaparan karena tiada air bersih dan makanan. Ancaman terbesar adalah lingkungan mereka yang tidak sehat. Kini di sana ada 3 jenis penyakit yang mewabah, yakni diare akibat air yang tidak bersih dan minimnya sarana kesehatan, infeksi saluran pernafasan akibat kehujanan dalam jangka waktu panjang, dan penyakit kulit terutama pada anak-anak. Bagaimana cara kita membantu mereka? Untuk menyalurkan bantuan di negara ini, sungguh banyak kesulitan yang harus dihadapi.
Ada pula warga setempat yang turut mengajak orang memberikan bantuan. “Negara kami tengah mengalami bencana yang menakutkan. Tuhan telah memberikan banyak kepada saya. Siapa pun yang berkemampuan untuk menolong hendaknya mulai bertindak sekarang,” kata seorang warga. Inilah seruan warga setempat. Meski pembelian barang bantuan telah dimulai, namun untuk menyalurkan bantuan, bukanlah hal yang mudah. Mereka semua berada dalam kondisi kelaparan, dan karena khawatir tidak kebagian makanan, mereka akhirnya saling dorong. Kondisi ini sangatlah berbahaya. Inilah kesulitan yang dialami saat penyaluran bantuan.
Penyaluran bantuan yang dilakukan oleh pihak pemerintah berlangsung lebih tertib, namun hanya diberikan kepada warga yang memiliki kartu tanda penduduk. Entah berapa banyak orang yang bahkan tak sempat menyelamatkan nyawa, bagaimana mungkin sempat mengambil KTP? Banyak orang masih berharap mendapatkan sedikit makanan, namun tetap saja pulang dengan tangan kosong. Kekecewaan dan ketidakberdayaan mereka sungguh membuat kita tidak tega melihatnya.
Jadi, bagaimana kita membantu mereka? Selama beberapa hari ini, kita terus mencari jalan terbaik untuk menyalurkan bantuan kepada mereka berlandaskan welas asih dan kebijaksanaan. Kita juga mengkhawatirkan bencana di tempat yang lebih dekat dengan kita, yakni di Provinsi Sichuan, Tiongkok. Karena bencana gempa bumi tahun 2008, tanah di pegunungan menjadi longgar. Hujan deras kali ini kembali menyebabkan tanah longsor di daerah pegunungan dan mengakibatkan kerusakan yang parah.
Beberapa hari lalu saat hendak menyalurkan bantuan, kita mendapat informasi dari warga setempat bahwa mereka juga membawa barang bantuan ke sana, namun karena rusaknya jalan dan banyaknya orang, mereka pun tak dapat masuk ke lokasi bencana. Saat mengetahui banyaknya orang yang berusaha menyalurkan bantuan, rasa khawatir saya pun berkurang. Namun, bencana kali ini tak kalah dahsyat dari bencana gempa bumi tahun 2008 lalu. Mulanya, para korban bencana akibat gempa bumi telah menempati rumah baru.
Pemerintah setempat telah membangunnya untuk mereka. Namun, kini mereka kembali kehilangan rumah akibat bencana banjir. Longgarnya tanah pegunungan yang mengakibatkan tanah longsor sungguh mempunyai kekuatan yang besar. Kini para warga setempat harus kembali direlokasi. Tentu saja terdapat pula korban jiwa dan korban luka-luka. Jadi, kelak para korban bencana ini masih membutuhkan banyak bantuan. Melihat banyaknya bencana di dunia ini, saya sungguh merasa khawatir. Semoga kita semua senantiasa mawas diri dan berhati tulus. Kita harus senantiasa berdoa dengan tulus karena cinta kasih dan doa yang tulus ini, dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa. Singkat kata, kita harus berinstropeksi diri ketika melihat segala bencana di dunia ini. Kita sungguh harus mengambil hikmahnya.