Suara Kasih : Meringankan Penderitaan

Judul Asli:
Meringankan Penderitaan Sesama dan
Bervegetarian

Dunia membutuhkan insan berhati mulia. Dengan demikian, warga kurang mampu dan orang sakit dapat memperoleh pertolongan. Bayi kembar siam Lea dan Rachel yang kita pisahkan beberapa tahun lalu, adalah bayi dari Filipina. Saat itu para dokter dari TIMA Filipina bergabung dengan para dokter dari Rumah Sakit Tzu Chi di Hualien.

Para dokter dari Filipina terlebih dahulu melakukan pemeriksaan dan mengirim hasilnya ke Taiwan untuk evaluasi. Para dokter dari Taiwan pun langsung menuju Filipina untuk lebih lanjut memahami kondisinya. Mereka bekerja sama menjalankan estafet cinta kasih dan membawa bayi kembar tersebut ke Hualien. Kedua bayi kembar siam tersebut kini telah duduk di bangku sekolah dasar. Mereka amat manis. Mereka memiliki jalinan jodoh yang baik sehingga bertemu dengan penyelamat hidupnya. Karenanya, mereka dapat tertolong.

Kini, tim misi amal di Filipina kembali menemukan pasien bayi kembar siam. Setelah melalui evaluasi dari tim misi pengobatan, kedua bayi tersebut pun dibawa ke Taiwan. Kali ini tim dokter dari Taiwan dan Filipina kembali bekerja sama. Relawan Tzu Chi pun terus mendampingi mereka karena ibu dari bayi tersebut memiliki kendala bahasa. Meski dapat sedikit berbahasa Inggris, namun ia tak dapat berkomunikasi dengan lancar dan merasa asing di negeri orang. Karenanya, dua orang insan Tzu Chi Filipina mendampinginya selama di Taiwan. Insan Tzu Chi terus mendampingi mereka hingga operasi pemisahan selesai, bahkan hingga evaluasi lengkap, yang membutuhkan waktu sekitar 4 bulan. Hingga pulih secara keseluruhan, barulah mereka diperbolehkan pulang.

Bagi kedua bayi tersebut beserta keluarganya, insan Tzu Chi dan tim medis merupakan penyelamat yang datang dan mengubah kehidupan mereka. Untuk itu, saya sangat berterima kasih kepada sekelompok besar Bodhisatwa dunia yang bersatu menghimpun kekuatan.  

Kita juga melihat seorang ibu bernama Marites Baldonado. Sejak kecil ia menderita polio. Ia juga menderita penyakit gondok. Karenanya, ia menjadi rendah diri. Suaminya bekerja sangat keras. Ia bekerja serabutan dan memperoleh upah 140 peso sehari atau sekitar 100 dolar NT (Rp30.000). Selain mereka berdua, masih ada tiga orang anak. Kehidupan mereka sungguh sulit. Karena keadaan fisiknya yang kurang normal dan pembengkakan pada lehernya, sang istri pun merasa rendah diri dan tidak berani keluar rumah. “Saya merasa para tetangga menertawakan saya dan mengatakan leher saya semakin besar. Karenanya, saya berkata pada suami saya agar kami pergi saja dari sini,” kata Marites.


Suaminya pun tak berdaya karena hanya berpenghasilan 140 peso sehari dan harus menyokong lima anggota keluarga. Tempat mereka tinggal pun dipinjamkan orang, tanpa air maupun listrik. Dengan kondisi hidup seperti ini, bagaimana ia mampu mengobati istrinya? Setelah kasus ini ditemukan oleh insan Tzu Chi, insan Tzu Chi memutuskan untuk membantunya. Mendengarnya, suami istri ini sangat gembira.

Namun, suaminya merasa bahwa insan Tzu Chi telah banyak membantu. Karenanya, ia merasa harus membayar sendiri biaya perjalanan ke rumah sakit. Ia tak ingin memberatkan insan Tzu Chi. Karenanya, ia bekerja lebih giat lagi, bahkan meminjam uang dari orang lain untuk menutupi biaya transportasi.

Insan Tzu Chi membawanya ke rumah sakit untuk ditangani seorang dokter. Jalinan jodoh memang tidak terbayangkan. Saya pun sangat bersyukur dr. Leh mengembangkan TIMA Filipina dan telah membimbing banyak dokter muda. Selama belasan tahun ini, di mana pun baksos kesehatan diadakan, beliau selalu hadir. Meski kini beliau menderita sakit, beliau masih memiliki 3 orang anak yang ketiganya juga merupakan dokter. Yang tertua, dr. Frederick Leh, Yang tertua, adalah yang kini mengoperasi Marites dan mengangkat tumornya yang lebih besar dari kepalan tangan. “Bagi kami, membantu para pasien ini sangatlah bermakna, karena kami sungguh-sungguh mengubah kehidupan mereka.” kata Frederick Leh  

Tim dokter saat menjalani operasi Marites.TIMA Filipina telah membimbing banyak dokter muda untuk menjadi dokter yang penuh kasih dan berjiwa Bodhisatwa.

Selesai operasi, Marites harus tinggal untuk pemulihan karena dr. Leh khawatir lukanya terinfeksi jika tanpa perawatan yang baik. Karenanya, dr. Leh menyarankan agar ia tinggal di Filipina beberapa hari hingga lukanya benar-benar pulih.

Saya juga berterima kasih kepada para suster Katolik yang turut merawat Marites. Insan Tzu Chi dan para suster tersebut juga sering saling membantu. Contohnya, Tzu Chi juga menyalurkan bantuan rutin bagi mereka. Mereka pun menyediakan akmomodasi bagi pasien Tzu Chi yang perlu tinggal sementara di Manila. ”Meski memiliki keyakinan agama yang berbeda, kita memiliki cinta kasih yang sama. Saya sangat berterima kasih kepada Master Cheng Yen. Jika bukan karena beliau, masalah kami mungkin tak terselesaikan. Terima kasih juga atas bantuan berasnya. Ini sangat membantu kami. Sejak pergi ke Manila, beras di rumah kami semakin berkurang karena suami saya tidak bekerja,” ujar Marites.

”Kalian membantu istri saya berobat, bagaikan mengangkat semua beban saya. Saya sangat berterima kasih. Baik dr. Leh yang meneruskan misi ayahnya maupun kerja sama Tzu Chi dengan para suster Katolik, merupakan sebuah keindahan di dunia,” ungkap suami Marites.  


Intinya, Bodhisatwa dunia tidak membedakan agama, terus mewariskan semangat cinta kasih. Dengan demikian, barulah orang-orang yang menderita memiliki kesempatan untuk ditolong. Belakangan ini kita sering mengingatkan orang untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Kemarin, pada pagi hari waktu Taiwan, tepatnya pukul 03.40 siang waktu setempat, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter mengguncang Baja California, Meksiko. Kekuatan gempa tersebut terasa hingga di Los Angeles.

Lihatlah, ketika satu daerah diguncang gempa, daerah lain turut merasakannya. Jadi, hidup di bumi yang sama, kita harus sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan. Dalam kehidupan ini, manusia harus mengendalikan dirinya. Semua bencana berawal dari manusia dan perbuatannya dalam hidup. Karenanya, belakangan ini kita selalu menekankan agar semua orang bervegetarian.

FAO (Food and Agriculture Organization) telah mengeluarkan pernyataan bahwa di bumi ini, satu orang pengonsumsi daging menghabiskan lahan untuk produksi daging yang sama dengan luas lahan yang dibutuhkan untuk menghidupi 20 orang vegetarian.

Bodhisatwa sekalian, semua makhluk berbagi karma buruk kolektif. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menjaga kesehatan pribadi sekaligus menjaga ketenteraman dunia. Intinya, dalam keseharian, kita harus sungguh-sungguh berintrospeksi, bersikap rajin dan hemat. Dengan demikian, barulah dunia akan damai. 

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -