Suara Kasih: Mewariskan Cinta Kasih Tanpa Pamrih

 

 

Judul Asli:

Mewariskan Cinta Kasih Tanpa Pamrih

Setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda
Mewariskan cinta kasih tanpa pamrih ke generasi penerus
Setiap insan Tzu Chi memiliki hati Buddha dan tekad Guru yang sama
Melatih diri dengan baik di negara masing-masing

Saya ingin memberi tahu Master bahwa tahun ini saya sudah mencapai ikrar pertama saya,yaitu dilantik menjadi anggota Tzu Cheng. Ikrar ini sudah tercapai. Ikrar kedua, yaitu saya tengah mempersiapkan pementasan perahu Dharma di Vietnam sejak beberapa bulan yang lalu. Meski pesertanya hanya ada sembilan orang, tetapi kami memiliki tekad yang teguh. Di sini, saya ingin berikrar kepada Master. Saya sudah sangat banyak berkontribusi, tentu saja itu semua adalah mendukung orang lain. Tahun ini, selain harus lebih bekerja keras, saya juga akan turut memikul tanggung jawab. Master, terima kasih. Hari ini saya turut berbahagia untuk insan Tzu Chi Vietnam. Selama belasan tahun ini, tidak mudah bagi mereka untuk mengemban misi Tzu Chi. Mereka selalu mengundang “perhatian” pemerintah setempat. Kini, “perhatian” itu telah berubah menjadi “pendampingan”. Selain mendampingi insan Tzu Chi, pemerintah setempat juga memberikan “perlindungan”. Pemerintah setempat selalu mendampingi insan Tzu Chi untuk bersumbangsih.

Saya merasa ini sangatlah baik. Misi Tzu Chi yang kita emban terbuka bagi setiap orang. Selain itu, kita juga mengajarkan kebajikan tanpa ada niat buruk atau menyimpang. Insan Tzu Chi selalu membimbing setiap orang agar berjalan diarah yang benar. Kita berharap bisa menyucikan hati manusia dan membawa kedamaian bagi masyarakat. Saya yakin sebagian besar negara di dunia bisa menerima cara Tzu Chi dalam bersumbangsih dan memberikan bimbingan di tengah masyarakat. Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi Singapura yang mencurahkan perhatian di rumah tahanan. Dari sini dapat kita lihat ajaran Jing Si dan kontribusi Tzu Chi di tengah masyarakat bisa diterima oleh banyak negara. Pada acara pelantikan kali ini, saya mendengar banyak relawan yang berkata, “Kakek Guru, anakmu sudah kembali.” Kami adalah Bodhisatwa Tzu Ching yang memikul misi Buddha. Kami adalah Bodhisatwa Tzu Ching mewariskan langkah-langkah sejarah Tzu Chi. Mereka sungguh telah memikul tanggung jawab atas dunia.

Sungguh, inilah hal yang paling menggembirakan bagi saya. Mendengar kisah yang dibagikan oleh kalian, saya sungguh merasa tersentuh. Sungguh, pada saat ini setiap tahunnya, kita bisa berkumpul bersama dengan insan Tzu Chi dari berbagai negara. Kita dapat mendengar bagaimana insan Tzu Chi dari negara lain mengemban misi Tzu Chi di negara mereka. Kini sebagian besar dari kalian yang berada di hadapan saya berasal dari negara yang aman. Selain itu, kehidupan kalian juga lumayan baik. Ini semua adalah berkah kalian. Akan tetapi, ada pula insan Tzu Chi yang tinggal di negara miskin dan kehidupan mereka tidak begitu baik. Untuk mengemban misi Tzu Chi di sana, bukan hal yang mudah bagi mereka. Contohnya di Honduras. Saya sering berkata bahwa Bodhisatwa datang untuk menjangkau semua makhluk yang menderita.

Kita dapat melihat Relawan Chang yang telah tinggal di Honduras selama 20 tahun lebih. Pada tahun 1998, Honduras diterjang oleh Badai Mitch sehingga mengalami kerusakan yang parah. Sejak saat itulah, insan Tzu Chi menapakkan kaki di sana untuk membantu. Itulah awal jalinan jodoh relawan Chang dengan Tzu Chi. Saya sangat berterima kasih kepada relawan Chang. Dia seorang diri mengemban misi Tzu Chi di sana. Hingga tahun lalu, saya melihat berita tentang penyaluran bantuan mereka yang berskala besar. Lihatlah anak relawan Chang yang masih begitu muda. Dia baru berusia 20-an tahun. Dia sangat mengagumi ayahnya yang begitu giat berkontribusi. Sebelum menjadi relawan Tzu Chi, mereka berdua sangat jarang berbincang. Sang ayah berkata, “Ada.” “Saya selalu bertanya apakah dia sudah melakukan pekerjaan rumah atau pekerjaan lainnya.” Hanya inilah yang mereka bicarakan. Sepasang ayah dan anak itu sangat jarang berbicara dari hati ke hati. Mereka hanya membicarakan pekerjaan, tak berbicara dari hati ke hati sebagai keluarga. Ini karena mereka tidak punya bahan pembicaraan.

Akan tetapi, setelah bergabung dengan Tzu Chi, mereka menjadi sering berbincang-bincang. Hari itu, saat relawan Chang datang ke Tzu Chi Guandu, saya bisa melihat kesatuan hati dan tekad mereka. Meski jumlah relawan di Honduras tidak begitu banyak, tetapi relawan Chang mendapat dukungan dari keluarga dan anaknya. Ini sungguh baik. Kali ini, banyak relawan dari Malaysia dan Singapura yang kembali untuk dilantik. Tadi kita mendengar relawan dari Malaysia berbagi bahwa anaknya bertanya kepada teman sekelasnya, “Apakah jasad boleh dimakan?” “Tidak boleh.” “Bukankah kalian selalu memakan jasad babi?” Lihatlah kebijaksanaan yang dimiliki anak itu.

Dibutuhkan teladan nyata orang tua untuk bisa membimbing anak-anak dengan baik. Contohnya relawan Chang dari Honduras. Anaknya bisa menjadi dekat dengannya karena telah melihat teladan sang ayah. Anak-anak bisa melihat segala hal yang dilakukan oleh orang tuanya. Mereka juga akan mengikutinya. Dengan menjadi teladan yang baik, barulah kita bisa mewariskan ajaran baik. Jadi, anak kecil di Malaysia tadi telah melihat cinta kasih ayahnya terhadap semua makhluk, bukan hanya terhadap manusia. Kita menjalani pola hidup vegetaris karena tidak tega membunuh hewan. Kita harus mewariskan ajaran baik ini agar bisa diteladani oleh anak-anak. Inilah cara mewariskan ajaran baik. Kalian semua berasal dari negara yang penuh berkah dan telah bervegetaris sebelum kembali untuk dilantik. Tadi, begitu masuk ke sini, saya bertanya kepada anggota TIMA Kaohsiung, “Apakah semua peserta sehat-sehat saja?” dr. Ye berkata. “Semuanya sehat.” Begitu naik ke atas panggung, saya melihat tidak ada peserta yang mengenakan masker. Ini berarti kalian semua sehat-sehat saja. Sungguh, pola hidup vegetaris bisa membuat kita selalu sehat. Sung0guh, ketulusan bisa mendatangkan ketenteraman. Ini bukan rekaan semata.

Sejak tahun lalu, di Australia juga terjadi beberapa kali bencana banjir dan gempa. Akan tetapi, insan Tzu Chi di sana tidaklah banyak. Saya sangat bersyukur karena pasca bencana, banyak orang yang terinspirasi untuk menjadi relawan Tzu Chi. Setelah berkontribusi, banyak dari mereka yang membangun ikrar luhur. Sungguh, Bodhisattva datang untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Pada saat terdapat penderitaan, kita membutuhkan uluran tangan Bodhisatwa. Saya berharap kalian semua bisa menjadi Bodhisatwa dunia yang baik. Lihatlah tiga kakak beradik dari Singapura yang berkata, “Kami resmi menjadi insan Tzu Chi.” Mereka sungguh ramah. Baiklah. Meski berasal dari negara yang berbeda dan berbicara dalam bahasa yang berbeda, tetapi kita bisa berkumpul bersama. Ini karena kita memiliki hati Buddha dan tekad Guru yang sama. Kita harus melatih diri sebaik mungkin. Mengerti? (Mengerti) Baiklah. Semoga kalian bisa membawa ajaran baik ini ke negara masing-masing. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -