Suara Kasih: Mewariskan Inti Sari Sutra Bunga Teratai

 

Judul Asli:

Mewariskan Inti Sari Sutra Bunga Teratai

Mewariskan inti sari Sutra Bunga Teratai
Mendengar dan mempraktikkan Dharma guna mengembangkan berkah dan kebijaksanaan
Berusaha keras untuk merekrut satu juta Bodhisatwa
Menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan memahami kebenaran tentang penderitaan

 

“Setelah mengikuti kegiatan bedah buku, saya baru merasa saya mulai berkembang perlahan-lahan,” kata seorang relawan lanjut usia dalam tayangan. “Demi mengubah naskah hidup saya, saya sangat giat mengikuti kegiatan bedah buku. Ada orang yang merasa malu untuk datang karena mereka tidak bisa membaca. Saya selalu berkata kepada mereka, ’Tidak perlu merasa malu.’ ’Semakin belajar, kita akan semakin bisa,’” kata seorang yang lain. Lalu bersama-sama, semua relawan dalam tayangan bedah buku itu mengatakan, ”Kami suka membaca Sutra. Kami lebih suka mempraktikkan Sutra. Kami paling suka membaca Sutra Makna Tanpa Batas.”

Di atas panggung, seorang relawan yang mempresentasikan tentang bedah buku berkata, ”Dari tayangan tadi, bisa terlihat di kelas bedah buku kami banyak lansia yang sudah berambut putih dan tidak mengenal huruf. Namun, tanpa memedulikan status sosial dan latar belakang, mereka semua berkumpul bersama untuk mendalami Sutra Makna Tanpa Batas, menghimpun niat baik, menjalin jodoh baik, dan mempertahankan jalinan jodoh Dharma ini dari kehidupan ke kehidupan.”

Relawan itu bertanya pada nenek yang berdiri di sebelahnya, “Bodhisatwa, berapa usia Anda tahun ini?”
Nenek itu menjawab, “Tahun ini saya berusia 81 tahun.”
”Semangat apa yang membuat Anda mengikuti kegiatan bedah buku usai menjadi relawan ladang berkah?” tanyanya lagi.
”Mengikuti kegiatan bedah buku membuat hati saya sangat gembira. Saya bisa mengembangkan berkah sekaligus kebijaksanaan. Mari kita memanfaatkan jalinan jodoh ini dan bersama-sama mengikuti bedah buku. Mari.. mari.. ikut,” jawab nenek itu tulus dan mengundang tawa semua hadirin.

Kemudian, berganti seorang relawan bercerita di panggung, ”Ada sebuah Kata Renungan Jing Si berbunyi, ‘Untuk mengubah orang lain, kita harus terlebih dahulu mengubah diri sendiri.’ Kata Renungan Jing Si ini menyadarkan saya. Saya langsung bertobat pada saat mendengarnya. Saya tidak akan berkeluh kesah lagi. Saya menerima musuh saya dan menganggap mereka bagai keluarga saya. Saya bertekad tahun depan, saya akan mengikuti pelatihan relawan dan menjadi murid Master yang baik. Saya akan membimbing diri sendiri sekaligus membimbing orang lain serta menjadi penyelamat bagi orang lain.” Dilanjutkan sepasang relawan menyatakan, ”Dengan membangun niat baik, kita akan berjalan ke arah yang benar. Dengan membangun ikrar baik, kita akan memiliki kekuatan untuk bersumbangsih.”

Demikianlah dalam acara kemarin, melihat kelompok demi kelompok Bodhisatwa berbagi di atas panggung, saya sungguh merasa gembira. Setiap hari, satu-satunya harapan saya adalah setiap orang bisa menyucikan hati dengan menggunakan Dharma. Untuk menyucikan hati manusia, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati. Ajaran Buddha harus meresap ke dalam hati. Dimulai dari Jalan Bodhisatwa di dunia, kita membimbing mereka untuk mendalami ajaran Jing Si, yakni giat mempraktikkan jalan kebenaran. Dengan giat mempraktikkan jalan kebenaran, kita akan lebih memahami penderitaan di dunia. Kini bencana terjadi silih berganti di dunia. Karenanya, kita harus lebih tekun dan bersemangat mendalami Dharma. Meski kita berada di Taiwan, tetapi jika tidak tekun mendengar Dharma, maka Dharma tetap tidak akan meresap ke dalam hati kita. Saat saya memberikan ceramah di Hualien, orang-orang di seluruh dunia bisa mendengarnya. Jika kalian yang berada di Taiwan tidak menyerap Dharma ke dalam hati, kelak mungkin kalian harus mengundang orang dari luar negeri untuk datang berbagi Dharma dengan kalian. Apakah kalian bersedia membiarkan Taiwan yang merupakan tempat lahirnya Tzu Chi kelak harus mengundang orang dari luar negeri untuk datang berbagi Dharma di sini? Jika tidak mau, maka kalian harus giat.

Kita harus mewariskan ajaran Jing Si dan mendalami mazhab Tzu Chi. Ajaran Jing Si adalah pelatihan ke dalam diri. Praktik mazhab Tzu Chi adalah mengajak orang-orang untuk menerapkan ajaran Buddha di tengah umat manusia. Dahulu, kita selalu terjun ke tengah masyarakat untuk bekerja demi semua makhluk. Misi saya adalah bekerja demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Namun, awalnya, kita terus bekerja demi semua makhluk hingga pada akhirnya kita bisa memberi tahu orang-orang bahwa kita adalah organisasi Buddhis. Sebagai umat Buddha, kita harus menerapkan ajaran Buddha saat terjun ke masyarakat. Buddha datang ke dunia untuk membabarkan Dharma dan membimbing semua orang untuk berkontribusi bagi sesama. Inilah harapan Buddha yang terbesar.

Selama lebih dari 40 tahun ini, Tzu Chi selalu bekerja demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Tzu Chi bermula dari sebuah organisasi kecil. Dimulai dari organisasi kecil itu, semakin lama semakin banyak orang yang terinspirasi untuk bergabung karena semakin banyak orang yang merasakan ketenangan secara fisik dan batin. Karena itulah, banyak orang yang meyakini bahwa ajaran Buddha harus dipraktikkan dalam keseharian. Banyak orang yang bisa menerimanya. Inilah praktik mazhab Tzu Chi.

Karena itulah, pada saat Tzu Chi berulang tahun yang ke-40, saya mengumumkan berdirinya mazhab Tzu Chi. Kita membutuhkan waktu selama 40 tahun, sebelum secara resmi membuka mazhab Tzu Chi. Tentu saja, saya juga mengimbau orang-orang untuk mendalami ajaran Jing Si. Ajaran Jing Si harus terus diwariskan. Tanpa pewarisan ajaran Jing Si, maka mazhab Tzu Chi tidak akan bertahan lama. Karena itu, mulai sekarang kita harus bekerja keras untuk mewariskan ajaran Jing Si dan mempraktikkan mazhab Tzu Chi. Hari ini saya telah melihat usaha keras kalian untuk mewariskan ajaran Jing Si dan mendalami mazhab Tzu Chi.

Dalam merekrut relawan baru, kita harus membimbing mereka hingga mendalami mazhab Tzu Chi. Karena itu, saya berharap setiap orang bisa bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Kita harus memiliki semangat misi.

Selain itu, kita juga harus memperhatikan saudara se-Dharma kita. Janganlah kita hanya merekrut relawan di luar, tetapi tidak memperhatikan saudara se-Dharma di sekitar kita. Tidak boleh begitu. Kita semua harus saling bersyukur. Berkat kerja sama antara dia, Anda, dan saya, barulah kita bisa melakukan banyak hal. Dengan saling memperhatikan dan saling bersyukur, barulah Jalan Tzu Chi bisa bertahan selamanya. Jadi, kita sungguh harus mencurahkan perhatian bagi para saudara se-Dharma serta saling memberikan pendampingan. Kita harus saling menyemangati untuk mendalami Dharma. Setiap pagi, saya selalu mengulas tentang Sutra Bunga Teratai. Saya berharap bisa berbagi inti sari Sutra Bunga Teratai dengan kalian agar bisa diterapkan pada kehidupan masyarakat masa kini serta bisa membantu kita melenyapkan noda batin. Karena itu, setiap orang hendaknya saling menyemangati, saling memperhatikan, dan saling mendampingi untuk mendengar Dharma.

Saya juga berharap para relawan Tzu Chi Taiwan bisa meneladani relawan Tzu Chi Malaysia untuk merekrut satu juta Bodhisatwa. Satu juta Bodhisatwa yang saya maksud adalah anggota komite, bukan donatur. Kita sudah memiliki jutaan donatur. Bodhisatwa yang saya maksud adalah anggota komite. Kini jumlah relawan yang sudah dilantik masih kurang dari sepersepuluh populasi Taiwan. Setiap orang dari kalian bisa merekrut 9 orang lagi. Tadi saya melihat seorang relawan yang bisa merekrut puluhan relawan baru. Asalkan ada niat, maka tak ada yang sulit untuk dilakukan. Kita juga melihat seorang relawan daur ulang yang sangat menggemaskan. Demi bertemu dengan saya, setiap hari dia sangat giat melakukan daur ulang. Akhirnya hari ini dia bisa bertemu saya secara langsung. Ini bukan pertama kali dia bertemu dengan saya, sesungguhnya puluhan tahun lalu, dia sudah pernah bertemu dengan saya. Dia selalu mengingat saya di dalam hatinya. Kalian semua sungguh melihat saya dengan menggunakan mata hati. Setiap hari, dia melakukan daur ulang dengan penuh sukacita dan menyerap Dharma ke dalam hati. Dia mendengar ceramah dengan hati penuh sukacita. Saya sungguh bersyukur melihatnya.

Persamuhan Dharma di dalam hati kita semua tidak akan berakhir selamanya. Ia sama seperti pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar yang tidak akan berakhir selamanya. Kesadaran dan kebijaksanaan Buddha sangatlah luas dan agung, perahu cinta kasih pun telah mulai berlayar mengarungi lautan Dharma. Buddha telah menyadari segala kebenaran di alam semesta ini. Saat batin-Nya menyatu dengan segala kebenaran di alam semesta, kebijaksanaan Beliau sungguh luas dan tiada batas. Kesadaran dan kebijaksanaan Buddha sungguh luas tiada batas bagaikan samudra. Kini perahu Dharma kita telah berlayar. Lihat formasi lautan Dharma yang begitu rapi. Kekompakan suara dan gerakan tubuh ini menandakan hati setiap orang telah bersatu. Ini semua sungguh menunjukkan kesatuan hati setiap orang.

Sungguh, di tengah lautan kesadaran dan kebijaksanaan Buddha, perahu Dharma kita telah berlayar. Perahu cinta kasih Tzu Chi telah bergerak mengarungi lautan Dharma. Perahu cinta kasih itu bukan hanya satu, tetapi ada banyak perahu lainnya, baik besar maupun kecil, yang bergerak mengarungi lautan Dharma untuk menolong semua makhluk yang hidup menderita di dunia. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia dan menyucikan hati manusia. Kekuatan baik di dunia harus lebih besar dari kekuatan buruk agar tercipta masyarakat yang harmonis.(Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -