Suara Kasih: Mewariskan Semangat Tzu Chi
Judul Asli:
Berdoa Bagi Keselamatan Dunia Meningkatkan makna kehidupan | |||
Saat setiap kali Bodhisatwa naik ke atas panggung untuk dilantik, saya mendoakan kalian di dalam hati. Semoga dari satu benih bisa tumbuh menjadi tak terhingga. Di depan dada para peserta pelantikan terpasang pita bertuliskan 4 kata: Hati Buddha, Tekad Guru. Ya, kita harus memiliki hati Buddha dan tekad Guru. Selama kita mendekatkan hati kita dengan hati Buddha, saya yakin tekad kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa akan sangat kokoh. Karena itu, kita harus memiliki hati Buddha yang penuh dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Saat setiap kali Bodhisatwa naik ke atas panggung untuk dilantik, saya mendoakan kalian di dalam hati. Semoga dari satu benih bisa tumbuh menjadi tak terhingga. Di depan dada para peserta pelantikan terpasang pita bertuliskan 4 kata: Hati Buddha, Tekad Guru. Ya, kita harus memiliki hati Buddha dan tekad Guru. Selama kita mendekatkan hati kita dengan hati Buddha, saya yakin tekad kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa akan sangat kokoh. Karena itu, kita harus memiliki hati Buddha yang penuh dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Setiap hari kita bisa melihat masalah dunia. Berita yang kita dengar setiap hari adalah banyaknya bencana di dunia. Karena itu, setiap hari dalam program Lentera Kehidupan, saya kerap berbagi kepada semua orang tentang negara mana yang tertimpa bencana atau berita apa yang telah saya terima dari berbagai tempat, dan lainnya. Saya harus membagikannya ke seluruh dunia. Semoga setiap orang di dunia bisa segera tersadarkan. Jika bisa segera tersadarkan maka kita bisa berintrospeksi diri. Selama berada di dunia, apakah kita pernah melakukan kesalahan? Apakah kita telah mengembangkan nilai kehidupan kita? Inilah yang harus direnungkan oleh setiap orang agar bisa meningkatkan makna hidup. | |||
| |||
Pada Kilas Balik Tzu Chi Tahun 2011, kita bisa melihat Amerika Tengah. Pada tahun 1998, kita mengetuk hati warga Taiwan untuk membantu warga Amerika Tengah yang dilanda bencana. Saat itu, insan Tzu Chi di seluruh Taiwan bergerak untuk mengumpulkan dana dan pakaian bekas bagi korban bencana. Saat itu sebanyak 60 peti kemas pakaian yang terkumpul dikirimkan melalui jalur laut dan dibagi ke 6 negara di Amerika Tengah. Di tahun itu, kita mulai menyebarkan benih cinta kasih di Honduras, El Salvador, Guatemala, dan Dominika. Kini, di empat negara tersebut telah ada relawan setempat. Salah satunya adalah Tuan Chang. Sekitar tahun 1998, setelah lulus perguruan tinggi, Tuan Chang diutus oleh pemerintah Taiwan untuk bekerja sebagai kepala tim insinyur listrik di Honduras. Saat itu Honduras telah memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan sehingga Departemen Luar Negeri juga membuka kantor kedutaan di sana. Seorang sekretaris yang bernama Cui Hua juga diutus ke sana. Dia adalah anggota Komite Tzu Chi. Usai menyalurkan bantuan pada tahun 1998, beberapa benih ini terus menetap di sana dan mulai memerhatikan warga setempat. Setiap kali terjadi bencana, mereka akan menyalurkan bantuan bagi warga setempat. Jika terjadi bencana yang lebih besar, barulah mereka meminta insan Tzu Chi AS untuk turut bersumbangsih dan membantu. Pascabencana kali itu, perekomomian Honduras tidak kunjung pulih. Karena itu, beberapa pengusaha Taiwan dan pekerja yang diutus oleh pemerintah perlahan-lahan mulai meninggalkan Honduras. Akan tetapi, Tuan Chang terus memikirkan bagaimana cara agar Tzu Chi bisa mengakar di Honduras. Karena itu, dia selalu menggunakan internet guna memahami lebih banyak tentang Tzu Chi. Setiap hari dia selalu mendengarkan ceramah saya terlebih dahulu dan senantiasa berbagi dengan warga setempat tentang semangat dan arah tujuan saya. | |||
| |||
Pada penyaluran bantuan kali ini, ada seorang nenek yang menderita Parkinson sehingga seluruh badannya terus gemetar. Anak dari Tuan Chang juga ikut serta dalam penyaluran bantuan kali ini. Melihat kondisi nenek tersebut, dia tak sampai hati membiarkan nenek itu berjalan ke depan untuk menerima barang bantuan. Dia pun membopong nenek tersebut untuk menerima barang bantuan dan mengantarnya pulang ke rumah. Nenek ini beragama Katolik. Di sana, dia pun terus berdoa. "Pertama, saya ingin bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada kalian semua. Tuhan pasti akan membalas segala perbuatan baik kalian,” katanya. Saat anak muda ini mendengar nenek tersebut berdoa demikian, dia merasa tersentuh dan meneteskan air mata. Sembari menghapus air matanya, dia tetap membopong nenek tersebut. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Setiap Bodhisatwa dunia haruslah memiliki tekad yang kokoh. Lihatlah Tuan Chang, meski berada jauh dengan saya, dia telah menjadi relawan Tzu Chi sekitar 13 tahun lamanya. Dia telah bertekad, meski banyak orang yang dikenalnya telah kembali ke Taiwan, dia harus tetap memikul tanggung jawab ini. Meski menjadi satu-satunya relawan di sana, dia tetap tak putus asa. Jadi, di mana ada niat baik, maka akan ada berkah; di mana ada tekad, maka akan ada kekuatan. Inilah yang harus kita teladani dari Tuan Chang. Dia selalu mengikuti jejak langkah insan Tzu Chi Taiwan dengan sangat dekat. Kini, saatnya kita meneladani semangatnya. Sungguh, kita di Taiwan harus meneladani semangatnya. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.
| |||