Suara Kasih: Mewaspadai Badai dan Bervegetaris dengan Tulus
Judul Asli:
Mengenang kembali badai topan yang pernah terjadi | |||
Beberapa hari ini, kita terus mendengar berita tentang Badai Topan Usagi. Ia adalah topan berkekuatan ringan yang berubah menjadi topan berkekuatan sedang, lalu kembali menguat menjadi topan berkekuatan besar. Seiring dengan perubahan intensitas badai, kekhawatiran kita pun semakin meningkat. Hal ini sungguh membuat kita merasa bahwa waktu berjalan begitu pelan. Dahulu, saat berada dalam kondisi aman, kita selalu merasa waktu berlalu dengan cepat. Akan tetapi, seharian kemarin, saya merasa waktu terasa sangat panjang. Ini semua dipengaruhi oleh suasana hati kita yang berbeda dari biasanya. Menurut laporan Badan Meteorologi, Topan Usagi ini adalah topan terbesar kedua dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini karena kekuatan anginnya mencapai tingkat ke-17. Ini membuat saya teringat pada terjangan Topan Haitang dan Topan Longwang pada tahun 2005 lalu yang kekuatan anginnya mencapai tingkat ke-16. Terjangan angin pada waktu itu sangat kuat. Saya ingat pada tahun itu, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Tzu Chi juga terkena dampaknya, banyak pohon yang tumbang, dan lain-lain. Karena itu, begitu mendengar kekuatan angin yang bertingkat ke-17, saya merasa sangat takut. | |||
| |||
Kekuatan angin kali ini mencapai tingkat ke-17. Bayangkanlah, bagaimana mungkin saya tidak khawatir? Badan Meteorologi melaporkan bahwa curah hujan kali ini akan sangat tinggi. Selain angin ribut, curah hujan yang dibawa juga sangat tinggi. Di wilayah Hualien dan Taidong saja, dilaporkan bahwa curah hujan yang dibawa mencapai lebih dari 1.100 mm. Angka ini sungguh mengerikan. Namun untungnya, angin berkekuatan besar ini tidak menghantam daratan. Kita sungguh harus bersyukur. Akan tetapi, di Pulau Luzon, Filipina, angin topan ini telah menyebabkan tanah longsor dan bencana lainnya. Di Taiwan, ada beberapa tempat yang mengalami banjir, tetapi semua orang aman dan selamat. Meski demikian, hujan deras masih terus turun. Oleh karena itu, setiap orang tetap harus meningkatkan kewaspadaan. Jika tidak ada urusan penting, usahakan untuk tetap tinggal di rumah dan jangan melintasi jalan pegunungan. Kita harus menjaga keselamatan dan ketenteraman. Kehidupan yang aman dan tenteram adalah berkah. Asalkan semua orang aman dan tenteram, maka semuanya akan baik-baik saja. Kondisi cuaca seperti ini mengingatkan saya pada kejadian tanggal 7 Agustus 1959. Bencana banjir pada saat itu sangat besar. Saat itu, saya masih muda. Saya yang berada di Fengyuan dapat merasakan dampak bencana di wilayah tengah dan selatan Taiwan. Air banjir menggenangi banyak rumah yang dibangun dari batu bata lumpur. Pada saat itu, di wilayah perkotaan ada banyak rumah yang dibangun dari batu bata lumpur. Di wilayah perkotaan yang padat, banyak rumah yang roboh dan hancur. Jumlah korban jiwa tidaklah sedikit. Lima puluh tahun kemudian, pada tahun 2009, Topan Morakot mengakibatkan banjir di wilayah selatan Taiwan. Insan Tzu Chi bergerak secara besar-besaran. Mereka menumpang kereta api menuju wilayah selatan Taiwan untuk memberikan bantuan. Baik para dosen, pengusaha, seniman, maupun diplomat, semuanya bergerak bersama insan Tzu Chi untuk membersihkan wilayah selatan Taiwan. Mereka juga membawa alat berat, seperti buldoser dan lain-lain. Ketika melewati jalan tol, belasan alat berat tersebut membentuk barisan yang panjang. Bendera Tzu Chi berkibar di sepanjang jalan tol menuju wilayah selatan Taiwan. Kemudian, kita membangun Perumahan Cinta Kasih di Shanlin. Dalam waktu 88 hari, kita telah selesai membangun 700 unit rumah agar para korban banjir dapat menempatinya sebelum Tahun Baru Imlek. Pencapaian ini telah mencetak rekor baru. | |||
| |||
Kita sungguh harus selalu menghormati langit, mengasihi bumi, dan bersyukur. Kita harus senantiasa menghormati langit dan mengasihi bumi. Kini kondisi iklim menjadi sangat ekstrem akibat ulah manusia. Dalam masa penuh bencana ini, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan kesadaran, dan memetik hikmah darinya. Kita sekarang harus memiliki kesadaran. Di dalam kehidupan yang singkat ini, mengapa manusia masih harus menciptakan begitu banyak bencana? Setiap orang hendaknya menjalankan kewajiban masing-masing. Kita hendaknya hidup dalam kesederhanaan dan tidak terlalu boros. Pusaran angin Topan Usagi kali ini berada di atas permukaan laut. Sungguh, kita harus membangkitkan rasa syukur dalam menghadapi badai topan kali ini. Janganlah kita meremehkan topan kali ini dan berpikir bahwa laporan prakiraan cuaca terlalu berlebihan padahal di tempat kita tidak ada angin ribut dan tidak turun hujan. Karena itu, kita mulai mengendurkan kewaspadaan. Janganlah demikian. Kita harus membangkitkan rasa syukur dan memercayai laporan prakiraan cuaca. Kita sangat beruntung karena arah pergerakan topan sedikit menyimpang sehingga kita bisa lebih aman dan selamat. Jadi, kita masih harus terus mawas diri dan berhati tulus. Selain itu, kita juga melihat di Meksiko. Beberapa hari lalu, badai ganda menyebabkan kekacauan di pesisir pantai barat dan timur Meksiko. Sekarang, sebuah badai lain kembali terbentuk. Kini, kondisi di Meksiko sangat menegangkan. Sesungguhnya, kita yang berada di Taiwan juga harus waspada karena di belakang Topan Usagi, kembali terbentuk sebuah badai tropis lain. Saat ini, badai tersebut mengarah ke utara. Apa pun yang terjadi, kita semua harus meningkatkan kewaspadaan, mawas diri, dan berhati tulus. Saya juga berharap semoga semua orang di Jepang bisa selamat. Ini akan lebih baik. Demi keselamatan diri sendiri dan semua orang di dunia, kita semua hendaknya bervegetaris. Bervegetaris merupakan cara terbaik untuk mengurangi bencana alam, juga bisa melindungi bumi, serta mengurangi polusi dan emisi karbon. Oleh karena itu, kita harus berhati tulus. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia) | |||