Suara Kasih: Mewujudkan Kehidupan yang Bermakna

 

Judul Asli:

Mewujudkan Kehidupan yang Bermakna

Manusia menentukan jalan hidupnya sendiri
Cinta kasih dari Silent Mentor bersifat abadi
Menulis naskah kehidupan yang indah
Mewujudkan kehidupan yang bermakna

Bodhisattva dunia terus berkontribusi bagi dunia ini. Di dunia ini terdapat banyak hal yang menakjubkan. Alam semesta ini sangatlah luas. Akan tetapi, kesadaran manusia juga dapat dikembang luaskan. Itu sama seperti yang dilakukan Buddha, yakni mengubah nafsu dan pengetahuan manusia awam menjadi kebijaksanaan. Manusia tidak bisa memandang terbuka terhadap segala materi di dunia ini sehingga di hatinya timbullah kemelekatan serta ketamakan akan nama dan keuntungan. Semua itu timbul dari kesadaran pikiran kita. Jadi, dalam hidup ini, manusia memiliki nafsu dan ketamakan yang tak terbatas. Sebanyak apa pun materi yang ada, tetap tidak mampu memenuhi nafsu keinginan manusia. Jadi, tujuan kita mempelajari ajaran Buddha adalah untuk memahami dengan jelas kebenaran dari ruang, waktu, serta interaksi antar manusia. Karena itu, sering dikatakan bahwa selain memahami kekosongan, kita juga harus memahami eksistensi ajaib.

Tujuan kita mempelajari ajaran Buddha adalah untuk memahami bahwa segala materi di dunia pada akhirnya akan kembali pada kekosongan. Akan tetapi, kita harus memahami dengan jelas bahwa di balik kekosongan ada eksistensi. Contohnya, jika kita berbuat baik, maka benih perbuatan baik ini akan tertanam dalam kesadaran kedelapan kita. Akan tetapi, manusia masih memiliki kekotoran batin dan menanam benih buruk. Akibatnya, benih yang tertanam ini pun berbuah dan membuat manusia terombang-ambing dalam kelahiran kembali. Manusia menulis naskah kehidupannya sendiri. Ada yang kehidupannya sangat panjang, ada juga yang sangat pendek. Panjang atau pendek, baik atau buruk, semua itu merupakan hasil dari naskah hidup yang kita tulis di masa lalu. Contohnya, Silent Mentor dalam program simulasi bedah kali ini, bukankah membuat orang merasa kagum?

Lihatlah Relawan Liu yang sudah berumur 88 tahun. Berhubung putra beliau, Ji Yu, juga adalah insan Tzu Chi, maka Ji Yu memahami bahwa berbakti bukan berarti hanya menemani di sisi orang tua, tetapi juga harus membimbing ayahnya agar dapat memahami Dharma, menyerap Dharma ke dalam hati, serta menggarap ladang batin agar bisa memperkaya batin sendiri. Berkat kesungguhan hatinya, akhirnya sang ayah bergabung dengan Tzu Chi di usia 80 tahun lebih. Beliau menjadi relawan penerjemah bahasa Jepang di Da Ai TV. Kita juga melihat Relawan Chen Qiu-jiang. Dia adalah insan Tzu Chi dari Tainan. Semasa hidupnya, dia sangat bertekad. Dia merupakan seorang insinyur.

Setelah bergabung di Tzu Chi, dia sangat yakin terhadap misi Tzu Chi. Dia memiliki sebidang lahan yang sangat indah di Xinying. Lahan itu terletak di dalam kota dengan akses transportasi yang mudah. Dia berharap bisa memberikan tanah tersebut kepada Tzu Chi untuk dijadikan sebagai lahan pelatihan insan Tzu Chi. Jadi, selama 10 hingga 20 tahun ini, sudah banyak orang yang terbimbing berkat tanah seluas 1 hektare yang disumbangkan olehnya itu.

“Master mengatakan bahwa setiap detik jangan dilalui dengan sia-sia. Kita harus memanfaatkan setiap waktu. Kita sendirilah yang menulis naskah untuk kehidupan yang akan datang. Setiap lembaran kisah kehidupan ditulis oleh kita sendiri. Semua yang kita hadapi di kehidupan ini merupakan hasil dari perbuatan kita pada kehidupan lampau. Jadi, apa yang kita lakukan di kehidupan ini, itulah yang akan menentukan kehidupan kita di masa mendatang,” ucap Chen Qiu-jiang (Tahun 2012), Insan Tzu Chi. Saya mengetahui bahwa dia menderita kanker. Saya memberi tahu dia, “Kamu harus banyak istirahat.” Dia menjawab, “Tambah sehari berada di Tzu Chi, maka jiwa kebijaksanaan saya ikut bertumbuh sehari.” “Bukankah Master bilang begitu?” Saya membalas, “Akan tetapi, kamu juga harus menjalani kemoterapi dan terus bertahan.” Dia menjawab, “Pasti.” Jadi, meski sangat kurus, tetapi dia masih berbicara dengan penuh energi. Setelah meninggal, dia juga mendonorkan tubuhnya untuk pendidikan medis. Itu sungguh membuat orang merasa tersentuh.

Selain itu, salah satu Silent Mentor lain adalah Yi-jun. Dia merupakan ibu pendamping mahasiswa Tzu Chi. Dia kembali ke Hualien lebih awal untuk mengikuti acara ramah tamah relawan pendamping. Hidup ini sungguh tidak kekal. Pagi-pagi, dia mengalami serangan jantung. Saat di antar ke RS, dia tetap tidak bisa diselamatkan. Seolah-olah dia telah merencanakan semuanya. Dia kembali sendiri ke Hualien untuk melatih diri dan mendengar Dharma bersama yang lain sambil menunggu waktunya tiba. Di dalam kopernya, dia menyiapkan banyak makanan yang akan disajikan saat berkumpul dengan anak-anak.

Begitu juga dengan Zhou Gua. Dia memanfaatkan setiap waktu. Seumur hidupnya, dia menjalani kehidupan yang kerasdan selalu melakukan pekerjaan beratdari muda hingga tua. Sebelum Tzu Chi memulai program daur ulang, dia telah mulai mengumpulkan barang daur ulang sebagai salah satu sumber pemasukan. Jadi, dia telah memulai kegiatan daur ulang lebih awal walaupun demi memenuhi kebutuhan hidup. Namun, saat Tzu Chi mulai menggagas pembangunan RS dan sekolah, dia pun bergabung dengan Tzu Chi. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga beragama Kristen. Kesungguhan hati dan ketekunannya membuat sang majikan sangat senang. Ketika dia akan pension karena usianya sudah tua, majikannya memberinya 1 juta dolar NT. Dia pun mendonasikan uang itu kepada Tzu Chi. Dia sangat gembira.

Lihatlah, dia mendorong kereta daur ulang di tanjakan yang curam. “Jalan ini sangat curam. Kadang-kadang, kereta saya sulit didorong karena terlalu berat. Tidak mudah untuk mendorong kereta ke atas. Setiap orang yang kemari tidak dengan banyaknya nyamuk di sini,” ucap Zhou Gua, Insan Tzu Chi (Tahun 2010). Sungguh banyak kisah yang membuat orang merasa tersentuh. Sayangnya, kehidupan ini tidaklah kekal. Puluhan tahun di alam manusia tidak sampai satu hari di alam surga. Manusia hanya dapat hidup beberapa puluh tahun di dunia ini. Jadi, berbicara mengenai materi di alam semesta ini, tubuh manusia juga merupakan bagian darinya. Akan tetapi, demi materi ini, pikiran manusia dapat bergejolak sehingga menciptakan kebaikan dan kejahatan di dunia. Namun, kita bisa melihatinsan Tzu Chi menggunakan tubuh mereka untuk melakukan kontribusi besar bagi bumi dan umat manusia tanpa kenal lelah dan tanpa keluh kesah. Di akhir hidup mereka, mereka mendonasikan tubuh mereka bagi dunia medis dan mahasiswa kedokteran untuk mempelajari misteri tubuh manusia dan menciptakan berkah bagi dunia. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -