Suara Kasih: Mewujudkan Tekad Hidup

 

Judul Asli:

 

Mewujudkan Tekad Hidup

 

Menciptakan makna hidup dengan bersumbangsih
Bekerja dengan sukarela dan memperoleh sukacita
Mendengar dan mempraktikkan Dharma
Cinta kasih menciptakan dunia yang damai

Saya sering berkata bahwa pelatihan diri insan Tzu Chi meliputi ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Kita harus menghadapi setiap orang dengan niat yang baik. Tulus berarti murni. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh. Dengan hati yang penuh ketulusan dan kesungguhan, kita memerhatikan para korban bencana. Orang zaman dahulu berkata, “Ketulusan akan membuat langit tersentuh.” Singkat kata, dalam interaksi antarsesama, kita harus tulus dan bersungguh-sungguh.

Setiap kali melihat sumbangsih para insan Tzu Chi yang ditayangkan di Da Ai TV, saya merasa sangat bersyukur dan tersentuh. Sebagian orang berkata, “Tzu Chi sepertinya hanya menolong warga negara lain saja, apakah warga Taiwan sendiri juga diperhatikan?” Kita dapat melihat insan Tzu Chi di Taiwan bagian tengah yang mendatangi dan memerhatikan warga kurang mampu dan sakit. Saat terjadi musibah kebakaran, mereka juga segera menuju lokasi bencana. Di seluruh dunia ini, setiap hari kita dapat melihat sumbangsih insan Tzu Chi  di mana pun mereka berada.

Adanya kehangatan dalam interaksi antarsesama di suatu masyarakat bukankah akan menciptakan keindahan? Bila hubungan antarmanusia sangat dingin, maka kehidupan di dunia ini tak ada maknanya. Karena itu, setiap orang hendaknya bertekad untuk selalu menolong dan memerhatikan sesama.

Belakangan ini, insan Tzu Chi Taiwan tengah mensosialisasikan pertobatan. Saya berharap semua insan Tzu Chi yang telah mendengar tentang kebenaran dapat menyelaminya dengan sungguh-sungguh. Kita tengah berusaha untuk menjadikan Taiwan sebagai ladang pelatihan agar semua orang dapat mendengar,  menyelami, dan mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang harus bertekad untuk menjalankan keinginan ini. Contohnya seperti para dokter dan perawat yang bertekad dan mempersiapkan diri untuk menyelamatkan nyawa semua orang. Para tenaga medis ini senantiasa berjuang demi nyawa sesama. Mereka memanfaatkan kehidupan sendiri demi menyelamatkan hidup orang lain. Inilah misi yang mereka pahami dengan sangat jelas.

Dalam tayangan ini kita melihat beberapa wanita muda dari Sichuan, Tiongkok. Pada tanggal 12 Mei 2008 saat gempa dahsyat mengguncang Sichuan, mereka masih duduk di bangku sekolah menengah. Kini, mereka tengah menimba ilmu di Universitas Sichuan fakultas keperawatan dan akan segera menjadi perawat. Mereka bertekad menjadi perawat karena merasa sangat senang bila dapat menolong orang lain. Saat dapat menyembuhkan penyakit para pasien, mereka merasa sangat gembira. Bekerja keras tentu saja melelahkan, namun mereka memperoleh sukacita. Mereka bersumbangsih dengan sukarela dan memperoleh sukacita darinya.

Setiap kali melihat para insan Tzu Chi yang bekerja keras hingga seluruh tubuh dipenuhi debu, lumpur, dan keringat, saya selalu bertanya apakah mereka merasa lelah. Namun, apa yang selalu mereka jawab? Inilah dialog saya dengan para insan Tzu Chi yang penuh makna dan kebijaksanaan. “Saya melihat mereka bekerja keras, namun mereka dipenuhi sukacita. Tanpa tetesan keringat dari orang-orang yang bersedia bersumbangsih, orang tak akan bebas dari penderitaannya. Dengan bersumbangsih, hidup jadi bermakna. Melalui sumbangsih, kebijaksanaan hidup kita akan bertumbuh. Kebijaksanaan akan bertumbuh bila kita bersumbangsih bagi orang lain,” ucap para insan Tzu Chi.

Lihatlah para relawan di Yordania yang berada sangat jauh dari kita. Kita semua tahu bahwa sejak Februari atau Maret, Timur Tengah dilanda konflik berkepanjangan dan hingga kini masih terus berlangsung. Banyak negara dalam kondisi tak stabil, termasuk Yordania yang dikenal sebagai negara yang cukup damai. Pola pikir warga Yordania terpengaruh sehingga timbullah pertikaian dan masyarakat pun tak dapat hidup tenang. Pada bulan April saat mendengar kabar aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa, saya segera bertanya tentang kondisi warga setempat.

Relawan setempat, Chen Chou Hwa, menelepon saya dan meminta saya agar tidak khawatir. Kondisi setempat memang sedang tak stabil, namun mereka akan menghadapinya dengan cara yang lembut. Jadi, mereka makin giat menjalankan misi. Setiap hari Jumat, mereka mengunjungi warga kurang mampu untuk menghibur serta memberikan bantuan materi dan pelayanan kesehatan. Selama belasan tahun ini, insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa kenal lelah bagi warga setempat.

Karena itu, mereka pun sangat percaya pada perkataan insan Tzu Chi. Pertikaian tak membawa dampak baik bagi siapa pun, justru malah merugikan banyak pihak. Saya sering berkata bahwa cinta kasih dapat membangun kepercayaan.

Sementara itu di Filipina, budaya humanis Tzu Chi telah diterapkan dalam kehidupan warganya. Baksos kesehatan yang diadakan pada tanggal 1 Mei lalu di kompleks Tzu Chi menangani lebih dari 1.700 pasien. Kita tak perlu mengatur para pasien. Mereka tahu harus menuju ke arah mana dan mengantre dengan teratur. Inilah budaya humanis Tzu Chi yang mengajarkan mereka untuk tenang, sabar, dan taat pada aturan. Luar biasa, saya sungguh melihat kebajikan dan kebaikan setiap orang yang terlibat. Seragam apa pun yang mereka kenakan, baik biru, abu-abu, ataupun rompi relawan, semua bersumbangsih sepenuh hati.

Jadi, jika kekuatan setiap orang terhimpun, maka tujuan pasti akan tercapai. Hal ini dikarenakan kepercayaan mereka terhadap insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih selama puluhan tahun. Mereka percaya akan niat baik insan Tzu Chi. Inilah interaksi yang penuh cinta kasih dan kontribusi yang penuh ketulusan. Banyak hal di dunia yang tak dapat terwujud karena kita kurang bekerja keras. Akhir kata, lihatlah dunia ini! Setiap hari ada banyak orang yang bersumbangsih bagi orang yang menderita. Sumbangsih mereka sungguh inspiratif dan penuh kehangatan. Terima kasih banyak. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -