Suara Kasih: Pelajaran dalam Berkontribusi

 

 

Judul Asli:

Pelajaran dalam Berkontribusi

Membantu tetangga di sekitar rumah tanpa diundang
Insan Tzu Chi terus memerhatikan dan membagikan bantuan untuk korban bencana
Dokter humanis mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan untuk membantu sesama
Membimbing warga setempat untuk turut berkontribusi

Meski Hong Kong adalah kota yang maju, tetapi warga kurang mampu di sana tidak sedikit. Saat insan Tzu Chi ingin mencurahkan perhatian dan mencari tahu apa kebutuhan warga, mereka menerima banyak penolakan. Meski demikian, mereka tidak menyerah sama sekali. Mereka melatih diri bagai Bodhisatwa Sadaparibhuta yang tak pernah merendahkan orang. Inilah yang harus kita teladani. Lihatlah, para relawan Tzu Chi begitu merendahkan hati, bersungguh hati, dan bertoleransi. Ini sungguh adalah metode pelatihan diri yang baik. Setiap orang belajar untuk bertoleransi dan berlapang dada. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Kita juga melihat warga kurang mampu yang dilanda bencana alam, contohnya di Mozambik. Tidak mudah bagi insan Tzu Chi untuk menyurvei lokasi bencana di sana. Daerah yang terdekat dengan Mozambik adalah Afrika Selatan. Jarak antara Afrika Selatan dan Mozambik adalah ratusan kilometer. Di Mozambik, kini ada sepasang suami istri yang baru bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Meski sangat kekurangan tenaga manusia, tetapi mereka sangat bersungguh hati. Semoga benih Tzu Chi yang baru bertunas itu bisa membawa sedikit harapan dan mengerahkan sedikit kekuatan untuk membantu para korban bencana banjir di Mozambik.

Kita juga dapat melihat di Guatemala. Pada bulan November tahun lalu, Guatemala diguncang gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter. Korban bencana pada saat itu sangat banyak. Sebagian besar wilayah Guatemala adalah pegunungan. Akses jalan menuju lokasi bencana sangat sulit dan daerah itu terletak sedikit jauh dari ibu kota. Insan Tzu Chi di Guatemala memang tidak banyak, ditambah lagi banyak jalan yang tertutup oleh tanah longsor. Meski ada hati untuk membantu, namun jalan sangat sulit untuk dilewati. Saya sangat berterima kasih kepada pihak militer setempat. Setiap kali terjadi bencana, jika ada warga yang memerlukan bantuan dan penghiburan batin, mereka selalu memberi tahu insan Tzu Chi. Saat insan Tzu Chi ingin menyalurkan bantuan, pihak militer setempat pasti mengerahkan kendaraan dan tenaga manusia untuk membantu. Kali ini juga demikian.

Saya sungguh berterima kasih atas dukungan dari pihak milter setempat. Pembagian bantuan yang pertama kali diadakan pada tanggal 25 November lalu. Berhubung masih banyak korban bencana yang belum menerima bantuan, maka pada tanggal 20 Januari lalu, kita kembali mengadakan pembagian bantuan. Insan Tzu Chi melakukan survei sebanyak 3 kali dan membagikan bantuan sebanyak 2 kali. Para korban bencana berkata bahwa mereka sangat menderita karena kondisi itu sudah berlangsung selama lebih dari dua bulan. Lihatlah, kondisi hidup mereka sekarang dengan kondisi saat bencana baru terjadi tidak jauh berbeda. Melihat sekelompok besar orang di dunia hidup dalam penderitaan, saya sering berpikir alangkah baiknya jika setiap orang bisa membangkitkan cinta kasih untuk memerhatikan orang yang membutuhkan.

Kita semua hendaknya menjalani pola hidup sederhana. Dengan hidup lebih sederhana, kita bisa memiliki kekuatan lebih untuk membantu orang lain. Karena itu, saya terus mengimbau setiap orang untuk menghimpun sedikit demi sedikit donasi setiap hari. Tanpa memengaruhi kehidupan sendiri, kita bisa membantu banyak orang yang kurang mampu. Jika setiap orang membangkitkan niat baik, maka akan lebih banyak orang kurang mampu yang tertolong.

Kita juga dapat melihat di Indonesia. Bencana banjir di Indonesia kali ini sungguh sangat parah. Dari hari pertama banjir melanda hingga kini, insan Tzu Chi tidak henti-hentinya menyalurkan bantuan. Pemerintah setempat juga turut membantu dengan penuh kehangatan dan ketulusan. Inilah cara untuk menginspirasi masyarakat. Di tengah penyaluran bantuan, sumbangsih tanpa henti dari berbagai pihak telah menginspirasi banyak warga untuk turut membantu. Jadi, dalam menyalurkan bantuan bagi orang lain, dibutuhkan welas asih dan kebijaksanaan. Dengan hati penuh welas asih, kita tidak tega melihat makhluk lain menderita. Selain merasa tidak tega, kita juga harus mengembangkan kebijaksanaan, saling bekerja sama dengan harmonis, dan menghimpun kekuatan untuk membantu sesama. Jika setiap orang bisa membangkitkan cinta kasih dan mengerahkan kekuatan untuk berkontribusi bagi sesama, maka tidak ada yang terasa sulit.

Para staf dan relawan dari Empat Misi Tzu Chi di Indonesia telah bergerak bersama untuk membantu. Mereka semua sangat sibuk dari pagi hari hingga malam hari. Baik relawan maupun staf, semuanya turut membantu dengan penuh semangat selama belasan hari ini. Setiap hari, insan Tzu Chi harus menyiapkan belasan ribu nasi bungkus. Relawan Tzu Chi juga harus menyiapkan barang bantuan dan semua itu sangat sulit untuk didapat. Insan Tzu Chi harus mengatasi berbagai kesulitan dalam membeli dan mengumpulkan barang demi mengadakan pembagian bantuan. Jadi, mereka sungguh berusaha semaksimal mungkin demi menyiapkan makanan dan kebutuhan untuk para korban bencana. Akan tetapi, yang terpenting bukanlah berapa banyak bantuan materi yang kita berikan, melainkan bagaimana membangkitkan cinta kasih dan membimbing warga untuk turut membersihkan lokasi bencana.

Selain DAAI TV Indonesia, banyak media massa setempat yang juga melaporkan bagaimana kebaikan insan Tzu Chi dalam membantu dan membimbing warga setempat. Di antaranya ada dr. Untoro Wibowo yang rumahnya juga tergenang banjir. Dia juga merasa sangat tidak berdaya. Salah seorang temannya yang adalah relawan Tzu Chi berkata padanya, “Daripada berdiam diri dan tidak berdaya, lebih baik keluar untuk turut membantu.” Demikianlah dia dibimbing untuk berpartisipasi dalam baksos kesehatan. Dia bersama dengan anggota TIMA lainnya berangkat ke sebuah rumah susun untuk mengadakan baksos kesehatan di sana. Dari pagi hingga malam, dia duduk di lantai untuk memeriksa para warga di sana. Meski demikian, dia berkata bahwa dia sangat bersyukur karena membantu orang lain adalah hal yang sangat membahagiakan. Dia juga merasakan bahwa bisa berada dalam kondisi aman dan selamat adalah berkah. Setelah turut berkontribusi, dia merasa sangat gembira. Meski sangat lelah, tetapi hatinya dipenuhi rasa syukur.

Dengan mengubah pola pikir, kita bisa bersumbangsih dengan penuh rasa sukacita dan ikhlas. Australia juga dilanda banjir besar. Di seluruh dunia ini, kondisi iklim sungguh ekstrem. Kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus. Semoga empat unsur alam bisa selaras dan dunia bebas dari bencana. Ini semua bergantung pada ketulusan hati kita. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 
 
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -