Suara Kasih: Pelayanan Medis bagi Masyarakat

 

 

Judul Asli:

Memberikan Pelayanan Medis bagi Masyarakat

Para dokter menyelamatkan kehidu pandengan penuh kesulitan
Tim medis RS Tzu Chi mempraktikkan keyakinan dan tekad Mahabhiksu Jian Zhen
Meningkatkan pelayanan medis dan melindungi pasien dengan cinta kasih
Menggerakkan perahu Dharma dan memiliki hati Buddha

 

Lihatlah formasi perahu Dharma oleh para dokter RS Tzu Chi Taipei. Sungguh, sebagai seorang dokter, mereka harus tahu bahwa sejak memilih profesi sebagai dokter, mereka harus berusaha menyelamatkan kehidupan. Mereka harus membangun tekad sebagai dokter. Tekad seorang dokter yang tak tergoyahkan sangatlah penting. Pada kehidupan di tengah keduniawian ini, adakalanya manusia berjalan menyimpang dan timbul noda batin di dalam hati. Akan tetapi, lihatlah para dokter di RS Tzu Chi. Setelah bergabung dengan Tzu Chi dan memahami kisah Mahabhiksu Jian Zhen, mereka juga membangun dan mempertahankan semangat seperti mahabhiksu Jian Zhen dalam mewujudkan misi sebagai dokter humanis.

Kita juga melihat di tengah formasi perahu itu terdapat kepala rumah sakit, wakil kepala rumah sakit, dan profesor. Mereka berdiri di tengah formasi perahu Dharma. Profesor senior itu bernama Huang Si-cheng. Meski usianya sudah tidak muda, dia tetap menjalani latihan bersama sekelompok dokter muda. Dia bangun dan berlutut seperti mereka. Meski banyak di antara mereka yang lututnya sudah terluka dan lebam, tetapi Profesor Huang tetap bersikeras untuk berlatih. Inilah teladan nyata. Inilah bimbingan lewat tindakan nyata. Dia mewariskan keteladanan di tengah para praktisi medis agar mereka bisa sungguh-sungguh memahami semangat misi kesehatan dan prinsip kebenaran. Demi membangun keteladanan bagi dokter lain, dia sangat merendahkan hati.

Melihat dokter senior dan dokter muda saling bekerja sama dengan harmonis, saya sungguh merasa tersentuh dari lubuk hati terdalam. Tadi siang, saya juga mendengar mereka berbagi bahwa seluruh staf rumah sakit sangat sibuk selama tahun lalu. Selain melakukan persiapan akreditasi, mereka juga menghadapi kurangnya tenaga keperawatan. Saat itu, pemerintah juga menetapkan sebuah kebijakan baru, yaitu harus ada perawat dalam jumlah tertentu, baru pihak RS boleh menerima pasien rawat inap. Hal ini mengakibatkan ruang gawat darurat di beberapa rumah sakit penuh hingga kamar rawat inap pasien tidak cukup untuk menampungnya. Karena itu, tahun lalu, setiap orang sangat tegang dan khawatir. Selain itu, RS Tzu Chi juga mempersiapkan akreditasi. Para perawat berbagi tentang perjalanan mereka selama tahun lalu dengan sangat lincah. Kelincahan itu telah menghilangkan kepenatan mereka.

Mendengar laporan mereka, saya sungguh bisa merasakan bahwa mereka telah mengatasi banyak kesulitan. Mereka juga berusaha membantu pasien agar merasa lebih nyaman dan aman. Mereka mengembangkan berbagai alat untuk melindungi para pasien. Mereka melakukan semuanya demi pasien. Mereka sungguh perhatian. Jika dipikir-pikir, dokter, perawat, dan seluruh staf medis di RS Tzu Chi adalah Tabib Agung. Mereka adalah Bodhisattva yang membantu saya melakukan apa yang tak bisa saya lakukan. Mereka membantu saya memerhatikan, mengasihi, dan menghibur para pasien. Saya sungguh merasa tersentuh.

Di antaranya, ada seorang pasien yang menderita kanker mulut di kedua sisi rongga mulutnya. Dokter spesialis THT RS Tzu Chi menjalankan operasi untuknya dari pukul 7 pagi hingga pukul 7 malam untuk mengambil tumor tersebut. Kemudian, dokter spesialis bedah plastik kita kembali melanjutkan operasi untuk pasien tersebut dari pukul 7 malam hingga pukul 3 subuh. Saya sangat berterima kasih kepada dr. Lu. Usai menjalankan operasi bedah plastik, dia kembali membuka praktik pada pagi hari. Sesungguhnya, setelah beristirahat kurang dari dua jam, dia harus kembali membuat praktik bagi pasien. dr. Lu sering berkata kepada kami bahwa dia biasanya menjalankan operasi dari malam hingga subuh. Dia berkata bahwa pada saat menjalankan operasi, para tim medis dan dokter bagai tengah mengganti hidup mereka sendiri dengan pasien. Berdasarkan pertimbangan agar tim dokter bedah plastik tidak selalu bekerja sepanjang malam, kami berdiskusi dengan dr. Lu bagaimana jika tim dokter spesialis THT yang menjalankan operasi pada malam hari. Artinya, tim kami yang bekerja pada malam hari, kemudian pada pagi harinya, tim bedah plastik bisa melanjutkan operasi untuk pasien yang bersangkutan.

Lihat, inilah kekuatan cinta kasih dan kerja sama yang harmonis. Bukanlah mereka bagaikan satu keluarga? Para dokter saling mengasihi, saling memerhatikan, dan saling memuji. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Pagi hari ini, anggota TIMA dari Taiwan bagian utara juga datang berbagi. Baksos kesehatan yang mereka adakan telah menginspirasi banyak rumah sakit besar untuk turut terjun ke desa terpencil. Anggota TIMA berkata kepada saya bahwa jika ada pasien atau lansia yang tak bisa keluar untuk berobat, mereka berencana untuk lebih sering mencurahkan perhatian dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah.

Inilah yang tengah mereka rencanakan. Selain itu, bagi pasien yang mengalami keterbelakangan mental, mungkin akan sulit untuk menjalankan pemeriksaan gigi. Pasien yang menderita lumpuh otak sangat sulit untuk berdiam diri. Karenanya, para dokter gigi dari TIMA mengusulkan bahwa mereka ingin pergi ke tempat penampungan atau panti jompo untuk mencurahkan perhatian bagi mereka.

Tadi pagi, saya juga mendengar banyak dokter humanis yang memiliki kesatuan tekad. Baik yang membuka klinik sendiri maupun yang bekerja di rumah sakit besar, mereka semua memiliki satu tekad yang sama, yaitu memberikan pelayanan medis bagi masyarakat. Saya sungguh merasa tersentuh. Setiap umat manusia tidak bisa hidup tanpa pelayanan medis. Masyarakat kita membutuhkan dokter. Kita harus berterima kasih kepada para dokter. Dengan cinta kasih yang dimiliki, para dokter juga memberikan pelayanan medis di luar rumah sakit. Tekad mereka sungguh teguh dan tak tergoyahkan. Mereka selalu bersedia untuk terjun memberi pelayanan kepada pasien. Mereka benar-benar mempraktikkan keyakinan dan tekad mereka. Ini sungguh luar biasa. Ini adalah keteguhan Mahabhiksu Jian Zhen. Pada acara Pemberkahan Akhir Tahun belakangan ini, setiap hari saya bisa melihat perahu Dharma dan pementasan “Jalankan Ikrar”. Itu semua sungguh membuat saya tergugah. Ini membuktikan bahwa kalian telah menyerap Dharma ke dalam hati. Semoga kalian mempertahankan ketulusan ini. Semoga kalian tidak sebatas menyanyikannya dan mementaskannya untuk saya. Tidak hanya demikian. Saya hanya memiliki satu harapan, yaitu semoga kalian bisa menyerap Dharma ke dalam hati, mengingatnya ke dalam hati, selalu mengingatnya di dalam hati, serta mempraktikkannya lewat tindakan.

Jadi, ajaran Buddha harus dipraktikkan dalam keseharian, dan kita semua hendaknya bertekad menjadi Bodhisattva. Semoga kita bisa memahami Dharma hingga seluas samudera. Kita harus membabarkan Dharma hingga ke seluruh dunia. Bodhisattva sekalian, kalian telah bersumbangsih bagi seluruh dunia, bagaimana cara saya membalas budi kalian? Dengan Dharma. Saya berharap setiap orang memiliki Dharma di dalam hati. Saya lebih berharap setiap orang memiliki hati Buddha dan tekad Guru di dalam hati. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 

 
 
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -