Suara Kasih: Pemahaman Benar dan Salah

 

Judul Asli:

 

  Pemahaman Atas Benar dan Salah dapat Mengurangi Bencana

 

Polisi lalu lintas yang penuh cinta kasih membantu seorang nenek
Seorang nenek melakukan daur ulang dengan penuh rasa syukur
Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga
Menginspirasi dan menggalang Bodhisatwa dunia

Lihatlah berbagai bencana yang terjadi di dunia. Di Kamboja, hujan deras mengakibatkan bencana banjir di wilayah yang luas. Kini perdana menteri Kamboja telah mengumumkan pembatalan Festival Air yang akan dilangsungkan pada bulan November. Ia meminta maaf kepada seluruh umat Buddha yang merayakan festival ini dan berkata bahwa Festival Air tahun ini akan dihentikan. Ini karena ia ingin fokus dan berusaha segenap tenaga untuk membantu para korban bencana. Saya merasa keputusannya sangat bijaksana. Saya sangat mengagumi perdana menteri ini karena ia lebih mementingkan penderitaan yang dialami oleh warganya. Saat terjadi bencana, kita harus memetik hikmah darinya.

Dalam era sekarang diperlukan pemahaman atas benar dan salah. Berbagai bencana yang terjadi bermula dari bencana batin manusia yang tak berwujud. Karena itu, kita harus bisa membedakan yang benar dan salah. Bila sesuatu tak boleh dilakukan, kita harus segera menghentikannya dan tak terus menciptakan karma buruk. Di dunia ini, bila setiap orang bisa sadar serta bisa membedakan yang benar dan salah, maka bencana pun akan berkurang. Bila tidak, segala bencana yang terjadi sungguh membuat orang semakin khawatir. Dalam masa penuh bencana diperlukan pembinaan welas asih agung. 

Dari siaran berita Da Ai TV, kita dapat melihat banyak kisah warga Taiwan yang menghangatkan hati. Contohnya, seorang polisi lalu lintas. Setiap hari ia berdiri di perempatan untuk mengatur lalu lintas dan melindungi warga agar bisa menyeberang jalan dengan aman. Setiap hari ia melihat seorang nenek yang mendorong sebuah troli.Barang daur ulang di dalam troli lebih tinggi dari nenek tersebut.Polisi itu pun berinisiatif membantu nenek mendorong troli agar ia bisa menyeberang jalan dengan aman. Untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, nenek itu selalu memberikan buah kepada polisi tersebut. 

Polisi itu berkata, “Saya tak boleh menerima pemberian dari orang lain.” Namun, nenek itu bersikeras untuk memberikannya. Karena khawatir dirinya akan melanggar peraturan, ia pun mencari tahu kondisi kehidupan nenek itu. Ternyata kehidupan nenek itu sangat baik. Namun, nenek itu tetap ingin bersumbangsih bagi dunia dengan melakukan daur ulang. Ia selalu mendonasikan pendapatan dari daur ulang untuk membantu orang lain.

“Saya menggunakannya untuk menolong orang lain. Saya sendiri makan dengan sederhana. Asalkan ada taoci dan kecap, saya sudah bisa makan dengan kenyang,” ujar nenek itu. Kontribusi nenek itu sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Kerja keras polisi dalam melindungi masyarakat dan menjalankan tugasnya sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Selain di Taiwan, saya juga sering mengulas tentang insan Tzu Chi di Malaysia. Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih. Kini kita sering mendengar dan melihat kontribusi insan Tzu Chi di Malaysia. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi segera bergerak untuk membantu. Budaya humanis Tzu Chi di Malaysia sungguh menjadi teladan bagi negara lain.

Lihatlah, Ji Zhuan dan keluarganya di Penang. Pada tahun 1993 lalu, sekelompok relawan Malaysia yang berjumlah 18 orang kembali ke Taiwan. Saat itu, Ji Hang yang memimpin kelompok itu. Di antara 18 relawan itu, ada istri Ji Zhuan yang akhirnya dilantik menjadi anggota komite. Nama Dharmanya adalah Ci Xin. Saat berkunjung ke Taiwan, ia juga mengajak ibu dan adiknya. Setelah memahami tentang Tzu Chi, mereka bertiga pun dilantik menjadi anggota komite dalam waktu yang berdekatan. Setelah itu, suami Ci Xin dan adik iparnya juga dilantik menjadi anggota komite. Mereka sekeluarga adalah Bodhisatwa. Kehidupan dan usaha mereka juga berjalan dengan sangat baik. 

 

Contohnya Ji Zhuan. Ia memiliki usaha konstruksi yang sukses. Namun, sejak bergabung dengan Tzu Chi, ia selalu hidup rajin dan hemat. Ia selalu memperbaiki barang yang rusak agar bisa digunakan kembali. Ia selalu menggunakan barang yang telah diperbaiki berulang kali hingga barang tersebut tak bisa diperbaiki lagi. Ia sungguh hemat. “Penerima bantuan Tzu Chi semakin banyak. Mereka semua membutuhkan bantuan dana. Mengapa kita tidak hidup hemat dan mendonasikan uang kita untuk membantu orang yang membutuhkan?” ujar Ji Zhuan. Sebagai insan Tzu Chi, ia ingin membantu lebih banyak orang. Karena itu, ia merasa melakukan daur ulang sangatlah penting.

 

Saya terus menggalakkan pelestarian lingkungan. Karena itu, ia menyediakan sebidang tanah untuk dijadikan sebagai posko daur ulang edukatif. Saat mulai melakukan kegiatan daur ulang, ada beberapa tetangga yang tak bisa menerimanya. Namun, ia merasa selama hal itu benar, maka lakukan saja. Ia tidak khawatir dengan kritikan orang lain. Ia sangat bersungguh hati dalam menjelaskan kegiatan daur ulang ke setiap warga di komunitasnya. Para tetangganya pun memahami kerja kerasnya dan menyadari bahwa sumber daya alam sungguh terbatas. Menghemat energi dan mengurangi emisi karbon adalah misi banyak orang di dunia.

Karena itu, selain memberi dukungan, kini para warga di komunitasnya juga berpartisipasi dalam daur ulang. Demikian pula dengan keluarganya. Inilah cara kita menginspirasi lebih banyak orang. Di dunia ini, tiada hal yang tak bisa dilakukan. Asalkan ada niat, tiada hal yang tak bisa dilakukan. Segala sesuatu bermula dari sebersit niat. Lihatlah Ci Xin dan Ji Zhuan. Sepasang suami istri itu mendedikasikan diri dengan penuh kesungguhan hati meski mereka memiliki kehidupan yang baik. Ibunya telah berusia 80 tahun, namun masih sangat giat.

”Master Cheng Yen berkata bahwa tiada waktu lagi. Kami membutuhkan donasi dari orang-orang untuk membantu orang yang membutuhkan. Selama masih mampu, kita harus bersumbangsih. Kita sendirilah yang menerima manfaat dari sumbangsih kita,” ujarnya. Meski sudah berusia 80 tahun, namun ia sangat bersungguh hati. Dahulu, ia hanya melantunkan Maha Karuna Dharani tanpa memahami ajaran Buddha. Kini ia sangat mendalami Dharma. Ia sangat bersungguh hati untuk mendalami Sutra Makna Tanpa Batas, Syair Pertobatan Air Samadhi, dan lainnya.

Insan Tzu Chi di Malaysia terus bekerja keras untuk menginspirasi lebih banyak orang dan mengalirkan aliran jernih agar batin setiap orang dapat tersucikan dan kekuatan mereka bisa bertambah. Saya sungguh tersentuh melihatnya. “Saya berikrar untuk terus bersumbangsih hingga napas terakhir dan menginspirasi lebih banyak orang untuk bergabung dengan Tzu Chi,” ujar relawan. Keluarga mereka sungguh mengagumkan. Melihat mereka begitu mendedikasikan diri, saya sungguh merasa tersentuh. Mereka juga terus mensosialisasikan pola hidup vegetarian demi melindungi kesehatan. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Baiklah. Singkat kata, waktu terus berlalu tanpa henti. Melihat keluarga yang penuh berkah itu, saya sungguh merasa bahagia dan mendoakan mereka dengan tulus. 

 

 

 

 
 
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -