Suara Kasih: Pembimbing Bagi Sesama

 

Judul Asli:

 

Menjadi Pembimbing Bagi Sesama

 

Batin manusia mudah tercemar oleh nafsu duniawi

Membina moral yang baik dan berjalan di jalan yang benar

Mempraktikkan Empat Sifat Luhur Hati yang selaras akan mendatangkan kebahagiaan

Dalam kehidupan ini, kita harus belajar dan terus belajar hingga usia tua sekali pun. Bahkan setelah meninggalkan bangku sekolah, kita masih tetap belajar. Namun, apa yang kita pelajari bila arahnya tidak benar dan mengandung perspektif yang salah, ini akan membuat kita tersesat. Saat terlahir di dunia ini, kita telah mulai bergelut dalam ketidaktahuan dan kekotoran batin. Apalagi setelah hidup selama puluhan tahun, diri kita terkontaminasi oleh banyak kebiasaan buruk.

"Saat bangun pagi, jika merasa dingin, saya berkeinginan untuk tidur lagi. Supaya bersemangat dan badan hangat, saya terus mengunyah pinang dan menjadi bergantung padanya, "kata seorang relawan mengenang masa-masa dulu. "Saat ia mengantar koran, saya melihat ia menguyah pinang dan merokok. Ia melakukan kedua hal itu. Ia adalah siswa saya waktu SMP dulu. Tentunya saya berharap ia dapat mengarah ke hal yang benar. Kemudian saya punya ide untuk memberinya buku Kata Perenungan Jing Si," kata salah seorang guru. Lihatlah Tuan Lin dari Changhua, Taiwan. Dulu ia punya kebiasaan yang buruk, namun ia mau berubah dan sekarang telah memulai kehidupan barunya.

Jadi, belajar adalah proses yang tak pernah berakhir dalam hidup ini. Guru juga harus berterima kasih pada siswa karena menginspirasinya dalam hal mengajar sehingga kebijaksanaan guru terus berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus membimbing satu sama lain. Dalam Sutra Makna Tanpa Batas bukannya juga dikatakan demikian? Kita mau orang lain bisa menjadi guru kita. Setiap orang bisa menjadi  guru atau pembimbing bagi orang lain maupun diri kita sendiri. Inilah mengapa dalam dunia ini kita harus senantiasa  saling berterima kasih dan menghormati satu dengan yang lainnya. Itulah sebabnya mengapa kita harus belajar setiap hari. Sungguh, kita harus terus belajar tanpa henti. Setiap guru membimbing siswanya menuju jalan yang benar. Guru harus menanamkan pemikiran yang benar kepada setiap siswanya agar mereka memiliki pandangan yang benar.

 

 

Pendidikan tak hanya membekali para siswa dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan. Tak hanya itu. Yang terpenting adalah membina moral mereka dan mengajarkan prinsip kebenaran. Ini harus dimulai dari sekolah dasar dan terus berlanjut hingga di perguruan tinggi.

Moralitas berbicara tentang karma apa yang ingin kita ciptakan. Karma baik ataukah karma buruk? Semuanya bergantung pada pengajaran guru. Bila sang guru mengajar dengan benar, maka kelak pekerjaan apa pun yang dilakukan oleh para siswanya, maka mereka pasti akan berhasil. Asalkan mereka giat bekerja dan menjalani hidup dengan jujur, maka mereka tak akan berjalan menyimpang.

Saudara sekalian, praktisi Buddhis harus memiliki welas asih dan kebijaksanaan. Dengan penuh cinta kasih, kita membuka jalan yang mulus bagi semua orang. Saya sering berkata agar semua orang membuka jalan dengan penuh cinta kasih. Bila jalanan mulus, maka orang yang berjalan di atasnya  akan selamat. Saya berharap semua orang dapat berjalan di Jalan  bodhi yang lapang ini. Karena itu, kita harus membuka jalan dengan penuh kesungguhan, inilah semangat cinta kasih dalam membuka jalan yang mulus. Kita juga harus  membangun jembatan dengan penuh welas asih. Kita harus membimbing warga kurang mampu  untuk berdana karena mereka juga memiliki  cinta kasih dan welas asih yang hakiki.

Lihatlah Kota Marikina di Filipina. Banyak relawan setempat yang merupakan korban bencana banjir 2 tahun lalu. Pascabencana,  ribuan orang bergabung dengan Tzu Chi. Pada bencana banjir kali ini, sebagian dari mereka terkena dampaknya. Namun, mereka tetap mengesampingkan urusan pribadi demi bergabung dalam tim penyaluran bantuan. Inilah kesetaraan cinta kasih  yang mereka miliki.

 

Saya sering berkata tentang welas asih yang tidak membedakan, setiap orang pasti mampu melakukannya. Kita merasa sangat senang melihat hal ini. Kita juga harus membangun jembatan yang menghubungkan hati manusia agar kehidupan keluarga dapat harmonis. Dengan penuh welas asih, kita membangun jembatan batin agar semua orang dalam masyarakat maupun negara dapat hidup harmonis dan akrab satu sama lain. Lalu, kita harus menggunakan kebijaksanaan untuk membangun tempat tinggal yang aman.

Lihatlah, setelah tertimpa bencana, kita membantu warga yang kehilangan tempat tinggal. Kita menghibur serta membantu mereka dan hidup yang stabil. Untuk membangun tempat tinggal bagi mereka, kita memilih daerah yang aman agar mereka dapat hidup dengan tenang.  Kita juga harus menggunakan pemahaman yang mendalam untuk menciptakan hidup yang damai. Bersumbangsih juga berarti mengembangkan kesadaran dalam hati karena kita berkontribusi tanpa memperhitungkan berapa banyak yang telah kita kerjakan. Inilah semangat dalam membangun jembatan batin. Berkat kontribusi kita, orang dapat hidup damai dan tenang. Kita sungguh senang melihatnya. Kita tak memperhitungkan berapa banyak uang yang kita donasikan, berapa banyak tenaga yang kita kerahkan, atau betapa lelahnya kita saat ikut serta dalam proyek pembangunan. Kita tak memperhitungkannya. Kita hanya ingin melihat korban bencana hidup dengan tenang sekarang.

Inilah kebijaksanaan  dan pemahaman yang mendalam. Kebahagiaan kita adalah saat melihat mereka dapat hidup dengan tenang dan selamat. Jadi, semangat cinta kasih, welas asih, kebijaksanaan, dan pemahaman yang mendalam berbicara tentang pembukaan jalan serta pembangunan jembatan batin dan perumahan. Hal ini membuat hati kita  merasa tenang dan bahagia. Inilah yang harus kita pelajari  dalam kehidupan ini. Dengan demikian, hati kita akan bebas dari noda batin.

 

 
 
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -