Suara Kasih: Pemutaran Roda Dharma

 

Judul Asli:

     

Kejayaan Buddhisme dan Pemutaran Roda Dharma

 

 

Mengadakan upacara pemandian rupang Buddha
Air Dharma menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Waspada akan badai topan yang akan melanda
Berdoa bagi keselamatan semua orang di dunia

Pada tanggal 8 Mei lalu kita memperingati 3 hari raya sekaligus. Upacara pemandian rupang Buddha yang pertama diadakan di Aula Jing Si di Hualien pada pagi hari. Kita melakukannya dengan penuh ketulusan, kerapian, dan keindahan. Kita harus tahu bahwa formasi yang rapi ini adalah hasil dari latihan  dan kerja keras semua orang. Ini merupakan pelatihan diri karena semua orang harus saling beradaptasi agar tercipta keindahan kelompok. Mereka bergerak dengan teratur  tanpa bicara. Sungguh indah dan membuat orang tersentuh melihatnya.

Hari Waisak adalah hari raya yang sangat penting bagi umat Buddha. Upacara yang kita adakan sungguh menampilkan kejayaan Buddhisme dan pemutaran roda Dharma. Pada tanggal 8 Mei pukul 9 pagi, Fo Guang Shan mengadakan upacara pemandian rupang Buddha di depan istana kepresidenan yang dihadiri oleh lebih dari 10 ribu orang. Lihatlah betapa rapinya mereka.

Dharma Drum Mountain juga mengadakan upacara ini di Dr. Sun Yat-sen Memorial Hall dengan diiringi tabuhan genderang. Sungguh tersentuh melihatnya. Bagaimana dengan Tzu Chi? Tzu Chi membuat aliran jernih air Dharma bagai mengalir di Chiang Kai-shek Memorial Hall. Para bhiksu/bhiksuni dari berbagai wihara memimpin upacara ini dengan rapi dan khidmat sehingga ketulusan hati semua orang terinspirasi. Saya sungguh berterima kasih kepada para bhiksu/bhiksuni Sangha, presiden Taiwan, para pejabat pemerintah dan duta dari berbagai negara, personel militer dan pemadam kebakaran, serta para pengusaha dan masyarakat umum yang turut hadir di Chiang Kai-shek Memorial Hall. Upacara berskala besar ini sungguh membutuhkan kerja keras dari banyak pihak. Saya sungguh berterima kasih kepada para anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi yang merencanakan dan menyiapkan upacara ini. Selama beberapa hari mereka bekerja keras di bawah teriknya matahari. Mereka rela berkeringat demi menyiapkan upacara di Chiang Kai-shek Memorial Hall dan demi membentuk formasi yang indah. Formasi bunga teratai dan daun bodhi melambangkan Tanah Suci di dunia, sedangkan altar yang bundar melambangkan kesatuan hati semua insan Tzu Chi.

 

Kita semua yang tinggal di bumi ini hendaknya dapat bersatu hati. Semoga semua orang di seluruh dunia dapat memiliki hati yang sama. Inilah harapan kita semua. Ada juga formasi daun bodhi dan angka 45. Formasi bundar dan panjang yang mereka bentuk juga sangat indah. Untuk membentuk formasi demikian, tak boleh kurang seorang pun. Partisipasi setiap orang telah membentuk formasi yang benar, bajik, dan indah. Semua orang mengekspresikan ketulusan hatinya dengan berhimpun bersama guna berdoa untuk memperingati Hari Waisak dan Hari Ibu.

 

 

Saya bersyukur kepada seluruh insan Tzu Chi dan semua orang berhati baik yang berhimpun dan berpartisipasi sehingga formasi indah dapat terbentuk. Salah satu dari ketiga hari raya  yang diperingati setiap tahun adalah Hari Ibu. Namun,  yang terpenting adalah kita harus bersyukur atas budi luhur ibu setiap hari. Cara balas budi yang paling baik adalah melalui tindakan nyata, yakni dengan melakukan hal-hal bermakna yang menguntungkan orang lain. Inilah cara kita membalas budi ibu. Kita juga berterima kasih kepada Buddha, Yang Maha Sadar di Alam Semesta, yang menumbuhkan jiwa kebijaksanaan semua makhluk.

Ajaran Buddha diwariskan terus-menerus sehingga jiwa kebijaksanaan kita berkembang dan kita dapat berjalan di Jalan Kebenaran. Jadi, kita harus berterima kasih kepada Buddha. Yang terpenting adalah menyelami Dharma dan mempraktikkannya dalam keseharian. Kita juga memperingati Hari Tzu Chi Sedunia. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi seluruh dunia yang memiliki cinta kasih universal. Ini karena kita memiliki semangat Buddha untuk menyebarkan benih cinta kasih ke seluruh penjuru dunia. Kita berharap hutan bodhi dapat tumbuh subur dan setiap orang menjadi Bodhisatwa dunia yang mempraktikkan welas asih dan kebijaksanaan secara bersamaan. Cinta kasih universal tak memandang perbedaan suku dan bangsa. Dengan kebijaksanaan, mereka membimbing sesama untuk melenyapkan kegelapan batin. Setiap orang hendaknya giat melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan.

 

Jiwa kebijaksanaan kita bertumbuh berkat ajaran Buddha. Karena itu, kita harus bersyukur atas sebab dan kondisi ketiga hari raya ini. Kita sungguh harus menghargai peringatan 3 hari raya ini setiap tahunnya. Upacara pemandian rupang Buddha di Taichung juga sangat indah. Sementara peringatan Hari Waisak di Changhua, Tainan, Kaohsiung, dan Pingtung juga sangat spesial. Kita sangat berterima kasih kepada para staf Da Ai TV dan relawan dokumentasi yang mendokumentasikan momen ini menjadi sejarah Tzu Chi. Perayaan Waisak juga diadakan oleh RS Tzu Chi di Hualien, Taipei, Taichung, Dalin, Yuli, dan Guanshan.

 

 

Upacara pemandian rupang Buddha  yang diadakan di luar ruangan berlangsung dengan rapi dan indah. Saya berterima kasih kepada para tim medis dan staf rumah sakit yang memiliki semangat Tzu Chi. Upacara berlangsung dengan khidmat di luar ruangan. Mereka juga membawa rupang Buddha ke setiap kamar rawat inap agar para pasien pun dapat ikut ambil bagian dalam upacara ini. Saya sangat berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi yang mempraktikkan budaya humanis Tzu Chi. Saya berharap budaya humanis dan air Dharma dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia. Kita harus berdoa dengan lebih tulus lagi Dengan hati penuh syukur, kita berdoa agar hati manusia tersucikan, masyarakat hidup harmonis, dan unsur alam dapat berjalan selaras sehingga bencana di dunia dapat berkurang.

Perayaan Waisak sungguh luar biasa. Semua orang bersatu hati dan bersukacita. Namun, kita tetap harus meningkatkan kewaspadaan. Semoga topan berkekuatan ringan dapat membawa curah hujan yang cukup tanpa mendatangkan bencana. Untuk itu, kita harus berdoa dengan tulus, meningkatkan kewaspadaan, dan memerhatikan kondisi terbaru.

 

 
 
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -