Suara Kasih: Penuh Rasa Syukur
Judul Asli:
Master Cheng Yen melakukan perjalanan dengan penuh rasa syukur | |||
Saya sungguh bersyukur. Pada perjalanan kali ini, saya beranjak keluar dengan perasaan tidak tenang karena saya sangat khawatir apakah saya bisa kuat berdiri untuk melantik satu per satu relawan pada saat acara Pemberkahan Akhir Tahun. Apakah saya bisa berjalan selangkah demi selangkah dengan mantap selama perjalanan saya? Sungguh, setiap kali kaki melangkah, saya selalu dipenuhi rasa syukur. Saya bisa terus berjalan maju dengan langkah yang mantap. Karenanya, saya sangat bersyukur. Saya bersyukur dalam setiap langkah saya. Selama perjalanan itu, saya merasa tersentuh oleh banyak hal. Pada tanggal 31 Desember 2012, saya mulai melakukan perjalanan. Tempat tujuan saya yang pertama adalah Yilan. Di sana, saya melihat pementasan yang sangat khidmat. Para anggota Tzu Cheng dan komite yang baru dilantik juga sangat menyerap Dharma ke dalam hati. Para anggota komite senior terus memberikan pendampingan dengan penuh kesungguhan hati. Melihat atmosfer yang begitu khidmat dan damai, saya sungguh merasa mereka tengah memutar roda Dharma. Saya sungguh merasa tersentuh. Setelah dari Yilan, saya melanjutkan perjalanan ke Guandu. Saya juga melihat banyak insan Tzu Chi di sana. Saat berjalan masuk ke kantor Tzu Chi Guandu, saya kembali merasa tersentuh. Melihat saya kurang sehat, mereka sangat mengkhawatirkan kenyamanan saya, karenanya mereka meninggikan kursi dan meja agar saya lebih leluasa. Dari ini, saya bisa merasakan bahwa mereka sangat bersungguh hati dan menaruh perhatian pada kenyamanan saya. Saya sungguh berterima kasih dan merasa tersentuh. Setelah dari Guandu, di setiap tempat yang saya kunjungi, para insan Tzu Chi sangat mengkhawatirkan kenyamanan saya. Mereka semua sangat bersungguh hati. Ini semua sangat membuat saya bersyukur. Mereka memerhatikan setiap hal dengan sangat cermat dan penuh kesungguhan hati. Saya sungguh merasa tersentuh. | |||
| |||
Banyak dokter, perawat, para staf rumah sakit yang menjalani pelantikan. Saya sangat tergugah melihatnya. Yang lebih membuat saya tersentuh adalah berhubung di RS Tzu Chi Xindian tidak ada tempat untuk mendirikan panggung yang luas, maka mereka membuat sebuah panggung kecil di tempat yang datar di ruang bawah tanah. Para dokter, profesor, kepala rumah sakit, wakil kepala rumah sakit, dan para kepala departemen, semuanya duduk di barisan depan dengan membawa alas duduk sendiri. Saat tiba giliran mereka naik ke panggung, mereka memindahkan sendiri alas duduk mereka dan mengosongkan tempat untuk mementaskan lagu “Jalankan Ikrar”. Demi mewujudkan pementasan ini, setiap dokter telah berlatih dengan keras hingga lutut mereka lebam dan terluka. Meski demikian, mereka tetap bernyanyi dengan suara lantan dan berusaha untuk mengadakan pementasan itu. Saya sungguh merasa tersentuh. Selain itu, saya juga melihat beberapa profesor yang telah berusia lanjut, seperti Profesor Huang, Profesor Liao, dan beberapa profesor lainnya ikut berpartisipasi dalam pementasan itu. Formasi perahu Dharma mereka juga sangat bertenaga. Hingga usai upacara pelantikan, saat menyalakan pelita untuk berdoa bersama, saya melihat mereka semua berlutut di atas lantai yang dingin dan keras. Saya berpikir, “Lutut mereka pasti sangat sakit.” Dengan lutut yang sudah lebam dan terluka, bagaimana boleh mereka berlutut lagi di atas lantai yang keras dan dingin seperti itu? Karena itu, saya mengingatkan pembawa acara untuk tidak berbicara terlalu banyak. Saat naik ke atas panggung, saya juga mengingatkan diri sendiri untuk berbicara dengan singkat. Meski berbicara dengan singkat, saya tetap harus menyampaikan doa saya. Melihat mereka berlutut di sana, saya sungguh merasa tersentuh, namun juga merasa tidak tega. Banyak sekali hal yang membuat saya tersentuh. Demikian pula dengan insan Tzu Chi di Taichung. Demikian pula dengan insan Tzu Chi di Taichung. Saya juga melihat para dokter di RS Tzu Chi Taichung sangat bersungguh hati. Mereka menjalani latihan dengan penuh kesungguhan hati. Ribuan kata-kata tak mampu mengungkapkan segala hal yang saya lihat dan dengar selama perjalanan 20 hari lebih ini. Kemarin, saya sudah kembali ke Hualien. Akan tetapi, saya tetap sangat bersyukur. Sebelum mulai melakukan perjalanan, saya sangat khawatir apakah saya mampu berjalan dan berdiri dengan mantap. Hingga akhirnya, saat berada di Zhanghua, suara saya mulai serak dan hilang. Selama dua sesi upacara itu, saya kesulitan untuk berbicara. Akan tetapi, hingga dua hari yang lalu, suara saya kembali pulih seperti semula. Saya sungguh bersyukur karena bisa pulang dengan selamat. | |||
| |||
Banyak sekali terima kasih dan rasa haru yang tak sempat saya ungkapkan. Akan tetapi, saat memandang ke seluruh dunia, yang paling membuat saya khawatir sekarang adalah bencana banjir di Indonesia. Insan Tzu Chi Indonesia telah bergerak untuk menyalurkan bantuan selama berhari-hari. Bencana ini sungguh mengkhawatirkan. Pagi hari tadi, pukul 3.47 waktu Taiwan, Jepang diguncang gempa bumi berkekuatan 5,2 skala Richter. Kita sungguh harus senantiasa mawas diri dan berhati tulus. Di Inggris, Perancis, dan Jerman, terjadi badai salju yang mengakibatkan gangguan transportasi darat dan udara. Bahkan ada orang yang mati kedinginan. Inilah kondisi di Eropa. Kita juga dapat melihat tayangan penuh kehangatan. Meski cuaca di Inggris sangat dingin, tetapi insan Tzu Chi London tetap mengadakan upacara Pemberkahan Akhir Tahun dan acara doa bersama bagi seluruh dunia. Saya juga sangat tersentuh oleh insan Tzu Chi di Taiwan. Saya melihat laporan berita tentang sepasang ibu dan anak yang tinggal di rumah yang bocor. Selama lebih dari sebulan ini, insan Tzu Chi bekerja keras demi merenovasi rumah tersebut agar sepasang ibu dan anak yang berpenghasilan rendah ini bisa tinggal di rumah yang nyaman. Lihatlah, mereka membuat sup onde saat memasuki rumah baru. Kasus seperti ini sudah banyak terdapat di Taiwan. Insan Tzu Chi adalah Bodhisattva dunia yang selalu melenyapkan penderitaan makhluk hidup. Kisah yang menyentuh seperti ini bisa kita dengar dan lihat setiap hari. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou ) | |||