Suara Kasih : Pertemuan Para Bodhisatwa

 

Judul Asli:

Pertemuan  yang Bagaikan
Sidang Para Bodhisatwa
 

Insan Tzu Chi dari 10 negara berkumpul bersama dan berbagi tentang Dharma
Pertemuan para insan Tzu Chi bagaikan sidang Bodhisatwa di Bukit Grdhrakuta
Giat mengemban dan mengembangkan misi Tzu Chi
Mewariskan misi-misi Tzu Chi yang telah berakar

 

Insan Tzu Chi di Indonesia sungguh mengikuti jejak langkah Tzu Chi Taiwan dengan rapat. Mereka telah mengemban misi amal, kesehatan, pendidikan, budaya humanis, dan Delapan Jejak Dharma. Kita dapat melihat mereka mengemban misi Tzu Chi dengan penuh ketulusan dan berlandaskan pada pandangan, keyakinan, serta pikiran yang benar.

Cara mereka menjalankan misi Tzu Chi sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Mereka melakukannya dengan empat sifat luhur. Yang pertama adalah cinta kasih. Dengan hati penuh cinta kasih, mereka mengemban misi dengan tanpa penyesalan. Dengan hati penuh cinta kasih, mereka membantu orang-orang yang hidup dalam penderitaan melalui misi amal. Demi membantu para korban bencana, mereka menempuh bahaya dan melalui berbagai kesulitan untuk dapat tiba ke lokasi bencana.

Dari tayangan ini kita dapat melihat sekelompok besar pengusaha yang selalu terjun ke lokasi bencana untuk menyalurkan bantuan setiap kali bencana terjadi. Mereka bersumbangsih dengan rendah hati dan penuh rasa hormat. Melihat kerendahan hati dan rasa hormat mereka, saya sungguh tersentuh. Mereka sungguh Bodhisatwa dunia. Mereka tak pernah menganggap dirinya berjasa, melainkan selalu memberi tahu orang bahwa mereka hanya melakukan hal-hal yang diajarkan oleh saya. Inilah keyakinan, kerendahan hati, dan ketulusan hati mereka. Saya tidak tahu bagaimana melukiskan sekelompok besar Bodhisatwa ini. Mereka mempraktikkan cinta kasih dengan membantu orang yang membutuhkan melalui misi amal. Mereka juga mempraktikkan welas asih dengan memberikan pelayanan medis bagi warga yang hidup dalam kondisi minim.

Di Kota Singkawang terdapat satu keluarga dengan empat anggota yang semuanya menderita katarak. Sang suami menderita katarak di salah satu matanya. Sang istri menderita katarak di kedua matanya dan tak dapat melihat wajah suami serta anak-anaknya selama belasan tahun. Kedua anaknya pun tak pernah melihat orang tuanya. Karena itu, tim medis Tzu Chi membantu mereka melalui tiga kali operasi katarak.

 

Ada juga sebuah kasus di wilayah Sulawesi, di mana sering terjadi ketegangan antara pemerintah dan warga setempat. Salah satu pejabat pemerintah berkata kepada Sugianto Kusuma, salah satu relawan Tzu Chi bahwa ia ingin menolong warga setempat, namun warga tak memercayainya. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan.

Sugianto menyarankannya untuk membantu transportasi warga yang ingin berobat. Bagaimana cara Anda memperlakukan rakyat akan menentukan tingkat kepercayaan yang Anda dapatkan dari rakyat. Jadi, pihak pemerintah pun mengirimkan pesawat militer untuk membawa 72 pasien beserta ratusan keluarganya untuk berobat gratis di Jakarta. Sungguh, misi kesehatan merupakan praktik dari welas asih.

Selain welas asih, ada keseimbangan batin. Keseimbangan batin adalah mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Dengan pengetahuan, kita hanya berpikir cara mencari uang dan cara memanfaatkan kemampuan kita. Akibatnya, kita akan terus merusak bumi dan mencemari udara tanpa kita sadari. Ajaran Buddha bertujuan untuk membantu orang mengubah pengetahuan duniawi menjadi kebijaksanaan, agar manusia memperoleh pengetahuan menyeluruh, pengetahuan alami, dan pengetahuan tanpa rintangan.

Berikutnya adalah sukacita. Sukacita adalah membangkitkan kebijaksanaan (Hui) orang-orang melalui nilai budaya humanis. Keseimbangan batin adalah membimbing orang untuk mengubah pengetahuan duniawi menjadi kebijaksanaan (Zhi) melalui misi pendidikan. Kita harus membimbing orang menggunakan kebijaksanaannya yang murni untuk membedakan hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang tak boleh dilakukan. Inilah tujuan misi pendidikan. Sukacita adalah membangkitkan kebijaksanaan hakiki (Zhi Hui) yang sama dengan Buddha dalam diri manusia. “Hui” adalah kebijaksanaan yang tidak membedakan. “Zhi” adalah kebijaksanaan untuk membedakan segala sesuatu. Sedangkan “Hui” bersifat tidak membedakan.

Saya sering berkata kepada kalian untuk memandang setara dengan penuh welas asih. Pandangan kesetaraan ini berasal dari kebijaksanaan murni (Hui). Karena itu, kini kita dapat melihat Para insan Tzu Chi tak pernah membedakan orang dari kondisi ekonomi maupun status sosial. Cinta kasih para insan Tzu Chi sangatlah setara. Bukankah ini adalah pandangan kesetaraan penuh welas asih? Inilah nilai dari budaya humanis. Misi budaya humanis bertujuan untuk membantu orang kembali pada hakikat murni dengan melenyapkan kegelapan batin.

Kalian telah mempraktikkan ini semua. Kalian semua adalah Bodhisatwa dunia. Karena itu, saya sungguh gembira melihatnya. Rapat pengurus Tzu Chi beberapa hari ini mengingatkan saya tentang pembabaran Sutra Bunga Teratai di Bukit Grdhrakuta dengan banyak Bodhisatwa berkumpul bersama. 28 November lalu, selama satu hari insan Tzu Chi dari Indonesia memberikan laporan kegiatan mereka.

Ketua pelaksana Tzu Chi dari Amerika Serikat pun mengajukan pertanyaan. “Pertanyaan saya yang pertama berkenaan dengan kekurangan kami, Tzu Chi di Amerika Serikat. Saya ingin bertanya bagaimana cara mengajak lebih banyak pengusaha untuk berpartisipasi di dalam Tzu Chi. Pertanyaan yang kedua, dengan adanya para pengusaha yang memimpin, apakah di belakang kalian memiliki banyak orang yang turut membantu? Inilah yang ingin saya tanyakan kepada insan Tzu Chi Indonesia, bagaimana cara mengajak lebih banyak orang untuk turut berpartisipasi?”

Lalu Sugianto Kusuma yang mewakili Tzu Chi Indonesia pun menjawab, “Pada tahun 1998 lalu, di Indonesia terjadi sebuah kerusuhan yang sangat besar. Setelah itu, Indonesia juga mengalami krisis ekonomi. Lalu, pada tahun 2002, Jakarta dilanda bencana banjir besar. Master Cheng Yen berkata kepada kami untuk berbagi dengan cinta kasih. Saya pun berbagi tentang petunjuk dari Master Cheng Yen ini dengan para pengusaha Indonesia dengan mengunjungi mereka satu per satu. Bagaimana caranya? Mengingat kondisi saat itu, saya berkata kepada mereka bahwa jika kita dapat membantu warga kurang mampu, sesungguhnya kita berarti juga membantu diri kita sendiri. Mengapa begitu? Karena dengan membantu warga kurang mampu, kondisi masyarakat akan lebih aman dan damai. Dengan begitu, permasalahan sosial pun akan berkurang. Pemikiran inilah yang kami bagikan kepada pengusaha setempat. Mereka pun sependapat dan bersedia untuk bekerja sama. Mereka pun merasa terhormat karena dapat bekerja sama memikul tanggung jawab.

Liu Su Mei, selaku Ketua Tzu Chi Indonesia menambahkan, “Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi di Indonesia. Mereka tidak berpikir bahwa dengan bergabungnya para pengusaha, mereka tak perlu lagi turut bersumbangsih. Sebaliknya, mereka menganggapnya sebagai nilai tambah. Mereka senantiasa menjaga hati mereka, tidak menyia-nyiakan waktu, dan terus melangkah maju. Saat Master Cheng Yen memberikan tugas, kami akan mendiskusikannya bersama. Setelah mengambil keputusan kami akan bekerja untuk mencapai tujuan tanpa ada yang merasa keberatan. Tzu Chi di Indonesia senantiasa memegang prinsip keharmonisan. Terima kasih.”

Setelah mendengar jawaban dari Tzu Chi Indonesia, relawan Tzu Chi Amerika mengucapkan, “Kami harus belajar dari Tzu Chi Indonesia tentang cara mengajak lebih banyak pengusaha untuk berpartisipasi dan menginspirasi mereka untuk bersumbangsih dengan lebih rendah hati serta dapat bekerja sama dengan setiap orang. Tzu Chi Indonesia sungguh merupakan teladan. Terima kasih.”

Saya merasa ini seperti pertemuan para Bodhisatwa di Bukit Grdhrakuta dengan banyaknya percakapan antara mereka. Mereka juga saling berikrar. Saat itu, setiap orang berikrar dengan antusias. Pada hari itu saya sungguh melihat sekelompok Bodhisatwa ini penuh dengan antusias dan sukacita. Singkat kata, para Bodhisatwa ini telah membuat Tzu Chi berakar di 10 negara. Mereka pun bersumbangsih melindungi bumi serta bekerja untuk menyucikan hati manusia dengan penuh cinta kasih. Melihat segala kontribusi mereka, saya sungguh bersyukur. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -