Suara Kasih: Pertunjukan Sutra di Australia

 

Judul Asli:

 

Pertunjukan Sutra di Australia

 

Relawan Tzu Chi di Sydney menyelami sutra
Memikul tanggung jawab untuk mementaskan makna sutra
Memahami makna sutra dan menyucikan batin
Mengantarkan kehangatan dengan rendah hati

Lihatlah Australia. Insan Tzu Chi di Sydney, Australia, juga sangat giat dan bersemangat. Tahun ini, Federasi Buddhis Australia juga mengadakan upacara Waisak pada tanggal 29 Mei. Pada hari itu, berbagai kalangan Buddhis berkumpul di Sydney Town Hall untuk mengikuti upacara tersebut.

Kita dapat membayangkan betapa khidmatnya upacara itu. Para umat Buddha dan biksu/biksuni turut hadir dalam upacara tersebut. Relawan Tzu Chi juga diundang untuk mengadakan pertunjukan selama 15 menit. Bagaimana cara para relawan menggunakan waktu 15 menit untuk mengenalkan semangat Tzu Chi? Mereka menggunakan waktu dengan cermat. Meski jumlah relawan tidak banyak, namun mereka berusaha sekuat tenaga. Mereka mengadakan pertunjukan isyarat tangan Dharma Bagaikan Air.

Untuk memperagakan isyarat tangan Dharma Bagaikan Air di depan begitu banyak biksu/biksuni sungguh dibutuhkan sebuah keberanian. Untuk itu, mereka harus memiliki kesamaan tekad dan melatih pikiran agar dapat mementaskannya dengan baik. Agar dapat menyamakan setiap gerakan, setiap orang harus melatih diri. Dengan demikian, barulah kita dapat menjadi bagian dari keindahan kelompok. Kita harus tahu bahwa tidaklah mudah untuk menciptakan keindahan seperti itu.

 

Contohnya, Relawan Lam. Ia tidak bisa membaca karakter Mandarin dan hanya mengerti bahasa Mandarin yang sederhana. Relawan yang telah berusia 78 tahun ini adalah orang Vietnam keturunan Tionghoa. Meski begitu, ia tidak menyerah. Ia tetap mengikuti latihan meskipun daya penglihatannya sangat lemah dan tidak begitu mengerti bahasa Mandarin.

Apa yang ia lakukan untuk menyamakan gerakan dengan orang lain? ”Saya mengingat musiknya. Saya bergerak mengikuti musik,” katanya. “Bagaimana jika tak dapat mengikutinya?” tanya relawan lain. “Saya bisa mengikutinya,” tegasnya. “Apa Anda tahu arti syairnya?” “Tahu. Syairnya sangat bermakna. Saya mengikuti lirik dan musiknya serta berlatih perlahan-lahan,” jawabnya. Sungguh mengagumkan. Meski tidak bisa membaca, namun ia memahami arti dari syairnya. Karena itu, ia bersikeras untuk tetap berdiri di posisinya. Ia menolak saat akan dipindahkan ke posisi lain. Ia merasa bahwa turut berpartipisi dalam pementasan sutra adalah hal yang sangat penting dalam hidupnya. Karena itu, ia sangat bersungguh hati.

Ada pula Marie Chang yang bertanggung jawab sebagai sutradara. Mulanya, ia sangat sombong. Ia berpikir, “Saya adalah seorang penari, jadi hanya dengan mendengar irama, saya sudah tahu gerakannya.” “Awalnya, saya sangat sombong, karena itu saya tidak melihat DVD yang dikirim dari Taiwan dengan saksama. Saya merasa saya bisa lebih baik dari mereka dan lebih tepat dalam mengikuti irama. Jadi, saya tak memedulikan dan tak menonton rekaman video yang berisi pengarahan. Tetapi, saat mengajar, saya mendapati bahwa saya tidak dapat menjelaskan pertanyaan yang diajukan oleh peserta pementasan. Ini karena saya tak belajar terlebih dahulu. Karena itu, saya segera bertobat dan pulang ke rumah untuk menonton DVD tersebut. Bila tidak bertobat, saya yakin saya akan semakin salah dan semua orang juga akan salah. Lalu, pementasan ini akan sangat kacau dan tidak berlangsung dengan khidmat. Jadi, saya merasa bahwa bertobat adalah hal yang sangat penting,” tuturnya.

Kita sungguh harus bertobat dari lubuk hati dan mengubah tabiat buruk. Ia bertobat dan mengubah tabiat sehingga dapat menampilkan pertunjukan yang indah. Saya sungguh berterima kasih kepada setiap peserta. Karena kekurangan orang, ada seorang peserta yang harus mengikuti latihan sekaligus mengontrol musik. Ia adalah Julia. Lihatlah, ia harus mengikuti latihan sekaligus mengontrol musik. Lihatlah, asalkan bersedia, tiada hal yang tak bisa dilakukan. Ia bersedia meskipun harus bekerja keras.

Ada pula Relawan Ye yang mengajak seluruh keluarganya untuk berpartisipasi dalam pementasan. Bahkan anggota Tzu Ching yang kurang memahami bahasa Mandarin pun turut berpartisipasi. Sesungguhnya, mereka baru diberitahu agar mengadakan pertunjukan 3 minggu sebelumnya. Mereka baru menerima informasi ini 3 minggu sebelumnya. Ke mana mereka mencari orang dalam waktu 3 minggu? Karena itu, mereka segera berkumpul. Berapa orang yang mereka kumpulkan? 40 orang relawan bersedia berpartisipasi. Hal ini sungguh tidak mudah.

Selain itu, mereka mendengar saya terus berkata bahwa bumi sedang mengirimkan sinyal darurat dan setiap orang dihimbau untuk bertobat dan bervegetarian. Karena itu, mereka memutuskan untuk bervegetarian selama 108 hari. Meski pementasan telah usai, mereka tetap bervegetarian. Inilah tekad mereka. Karena hanya diberi waktu 21 hari sebelum acara digelar, bagaimana mereka bisa bervegetarian selama 108 hari? Kerena itu, mereka bertekad untuk tetap bervegetarian usai pementasan. Kini mereka masih tetap bervegetarian. Lihatlah betapa pentingnya berpegang teguh pada tekad.

Insan Tzu Chi di Australia berada sangat jauh dari saya. Meski jumlah relawan tidak banyak, namun mereka dapat membuat berbagai kalangan di seluruh Australia melihat keindahan dari semangat Tzu Chi. Untuk membabarkan ajaran Buddha, kita harus memulainya dari diri sendiri. Karena itu, mereka bervegetarian dan menyatakan ketulusan melalui tubuh, ucapan, dan pikiran. Untuk menyucikan pikiran, mereka menjalankan pola hidup vegetarian. Ketulusan mereka sungguh menyentuh hati banyak orang. Dengan pikiran yang murni, secara alami, mereka mampu menyentuh hati banyak orang.

Saat melafalkan syair, mereka menyerap setiap kata ke dalam hati, lalu menuangkannya ke dalam setiap gerakan secara bersamaan. Bila tidak melatih diri, maka mereka tidak dapat bekerja sama untuk menampilkan keindahan kelompok. Mereka menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran demi membabarkan ajaran Buddha melalui pementasan. Karena itu, saya sungguh bersyukur dan merasa tersentuh. Demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk, mereka mempraktikkan pertobatan, bervegetarian, dan menyelami Sutra. Mereka telah menampilkan budaya humanis dari sebuah keyakinan.

Selain itu, pembawa acara juga mengenalkan Tzu Chi secara khusus. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Tzu Chi diundang lagi untuk menghadiri perayaan Waisak tahun depan. Inilah yang terjadi pada tanggal 29 Mei lalu. Saya sungguh bersyukur. Kini para relawan di Australia telah menyadari ketidakselarasan empat unsur alam. Karena itu, mereka membangkitkan kesadaran, mengembangkan welas asih, dan menumbuhkan kebijaksanaan. Janganlah menunggu hingga bencana terjadi baru kita berkontribusi.

Kini di Australia sedang musim dingin. Suhu udara pada malam hari berada di bawah 10 derajat Celcius. Relawan Tzu Chi memerhatikan orang yang hidup di tengah kondisi sulit. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia. Saya sungguh berterima kasih atas kontribusi mereka. Ini semua berkat insan Tzu Chi di seluruh dunia yang bekerja sama dengan kesatuan hati dan penuh ketulusan. Yang terpenting adalah bertobat dan menjaga hati agar senantiasa murni. Singkat kata, saya sungguh berterima kasih. Setiap hari saya berterima kasih kepada kalian.

 

 

 
 
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -