Suara Kasih: Pikiran dan Hati yang Murni

 

Judul Asli:

     

Menanamkan Pikiran dan Hati yang Murni

 

 

Kita harus menyerap ajaran-Nyauntuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita
Kita harus bersyukur kepada orang tua kita,semua makhluk, dan Tiga Permata
Kita sungguh harus senantiasa bersyukur.

Pada saat ini setiap tahunnya, kita memperingati 3 perayaan sekaligus, salah satunya adalah Hari Waisak yang mengingatkan kita bahwa Buddha pernah datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk mencapai pencerahan. Dalam menapaki jalan spiritual ini, kita dibimbing oleh seseorang yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang sempurna.

Pembabaran Dharma ke seluruh dunia tak lepas dari kebajikan dan kebijaksanaan. Kebajikan dan kebijaksanaan Buddha sangatlah sempurna sehingga dapat membabarkan Dharma ke seluruh dunia. Berkat keluhuran dan berkah yang dimiliki-Nya, Buddha dapat membimbing semua makhluk dengan welas asih dan kebijaksanaan-Nya. Bila tak memiliki kebajikan dan berkah, meski Dharma dibabarkan dengan sangat baik, orang tak akan terinspirasi. Karenanya, kita harus menanam benih baik dan menjalin jodoh baik dengan semua makhluk sehingga dapat mempraktikkan welas asih. Selain itu, kita juga butuh kebijaksanaan agar dapat menemukan metode yang tepat bagi masyarakat zaman sekarang. Inilah yang disebut mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan secara bersamaan.

Budi luhur Tiga Permata menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Buddha, Dharma, dan Sangha, inilah yang disebut Tiga Permata. Kita harus bersyukur kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Buddha datang ke dunia lebih dari 2.000 tahun yang lalu, namun ajaran-Nya masih ada hingga sekarang. Ajaran Buddha masih ada di dunia hingga kini karena ada yang melestarikannya, yakni para biksu/biksuni Sangha. Budi luhur Tiga Permata menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Merekalah yang mewariskan kebijaksanaan Buddha.

Setiap orang memiliki benih kebuddhaan. Untuk membangkitkan hakikat kebuddhaan dan memiliki kebijaksanaan Buddha, kita harus mengandalkan Tiga Permata. Budi luhur ibu memberikan kehidupan kepada kita. Setiap tahun kita memperingati tiga perayaan sekaligus. Selain bersyukur kepada Tiga Permata, kita juga berterima kasih kepada ibu kita.

 

 

 

Saya sering berkata bahwa sangat sulit untuk terlahir sebagai manusia. Tubuh kita ini berasal dari orang tua kita dan ibulah yang membesarkan kita dengan penuh cinta kasih. Karena itu, kita harus berterima kasih kepada ibu yang telah membesarkan kita. Setiap bulan Mei pada hari Minggu ke-2 kita memperingati Hari Ibu. Jadi, selain bersyukur kepada Tiga Permata, kita juga berterima kasih kepada semua ibu di seluruh dunia ini. Selain itu, kita juga memperingati hari jadi Tzu Chi.

 

Pencapaian Tzu Chi hari ini adalah berkat jerih payah banyak orang. Jadi, kita juga memperingati Hari Tzu Chi Sedunia yang ke-45. Sejak peringatan Hari Tzu Chi ke-35, kita menetapkan setiap hari Minggu ke-2 pada bulan Mei sebagai Hari Tzu Chi Sedunia. Pada hari peringatan ini, semua insan Tzu Chi berhimpun untuk saling berterima kasih dan berdoa dengan hati yang tulus sebagai balas budi kepada semua makhluk. Ini adalah hari yang terpenting bagi seluruh insan Tzu Chi. Kita memperingati 3 perayaan sekaligus. Kita berterima kasih kepada Tiga Permata, ibu kita, dan semua orang yang berjasa bagi Tzu Chi.

Jadi, pada hari peringatan ini, hendaknya semua orang bersyukur kepada semua makhluk dengan hati yang tulus. Namun, kita bersyukur bukan hanya  setahun sekali. Setiap saat, kita harus bersyukur kepada Tiga Permata, orang tua kita, dan semua makhluk. Kita harus giat dan pantang mundur. Setiap hari dan setiap saat, kita harus memiliki hati yang penuh syukur. Dengan memiliki hati yang penuh syukur, kita dapat setiap saat membersihkan hati dari kegelapan batin. Jadi, rasa syukur adalah hal yang sangat penting. Jika semua orang di dunia memiliki rasa syukur, maka dunia akan harmonis dan bencana akan berkurang.

Kita sungguh harus giat menapaki Jalan Bodhisatwa Tzu Chi dan membersihkan hati dari noda batin. Mengikuti upacara pemandian rupang Buddha berarti memurnikan hati sendiri. Makna sesungguhnya dari upacara ini adalah membangkitkan ketulusan dalam hati. Setiap kali kita akan melantunkan Sutra, kita akan memulainya dengan Gatha Pendupaan, yang berbunyi “Pendupaan mulai menghangat dan menyala-nyala.” Asap dupa akan membubung perlahan-lahan bagaikan awan yang penuh keharuman yang menyelimuti alam semesta. Syair selanjutnya berbunyi, “Para Buddha menampakkan diri-Nya.”

 

Ketulusan semua orang berubah menjadi Dharma yang membawa keharuman. Inilah yang disebut keharuman Dharma. Keharuman ini dapat menjangkau para Buddha hingga mereka menampakkan diri. Semua ini adalah berkat ketulusan hati kita. “Awan kebahagiaan terbentuk di mana-mana.” Di mana pun itu, asap dupa ini berubah menjadi awan yang harum. Saat-saat ini adalah saat hati kita berada pada kondisi tertulus. Pada saat-saat ini, semua orang sungguh bersatu hati. Ketulusan hati seperti ini dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa. Pada saat yang penuh keharmonisan ini, kita menyatakan perlindungan pada Tiga Permata. Kita mengucapkan, “Namo Buddhaya, Namo Dharmaya,” yang artinya, kita berlindung pada Buddha dan Dharma.

 

 

Pada saat-saat khidmat seperti ini, hati kita semua sungguh tulus dalam menyatakan perlindungan. Buddha seakan datang ke tempat pelatihan kita dan masuk ke dalam hati kita. Hati dan pikiran kita menyatu dengan Buddha. Saya sungguh berterima kasih kepada para biksu/biksuni dari berbagai wihara yang selama beberapa tahun ini telah memimpin upacara pemandian rupang Buddha kita. Saya juga berterima kasih kepada para staf empat misi  Tzu Chi yang bekerja sama dengan satu hati, terlebih lagi kepada seluruh insan Tzu Chi di dunia yang mengikuti upacara ini dengan tulus.

Kita berdoa dengan satu hati semoga dunia damai dan tenteram. Dengan demikian para Buddha dan Bodhisatwa tidak hanya akan menampakkan diri, namun juga akan berkumpul bersama, memuji, dan turut berbahagia. Ini adalah hari yang penuh berkah. Melalui upacara ini, kita juga diingatkan untuk semakin memahami ajaran Buddha dan menyucikan hati sendiri serta berdoa dengan tulus semoga dunia aman dan tenteram. Bodhisatwa sekalian, saya sungguh bersyukur. Semoga setiap orang, dalam setiap detik, setiap jam, setiap hari, dan setiap tahun dapat senantiasa menjaga pikiran tanpa lengah sedikit pun. Upacara Waisak ini mengingatkan kita akan kelahiran Yang Maha Sadar di Alam Semesta.

 

 
 
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -