Suara Kasih: Pola Hidup Sederhana

   

Judul Asli:
Menerapkan Pola Hidup Sederhana dan Menghargai Sumber Daya Alam

Hidup sederhana dan menghargai sumber daya alam
Senantiasa hidup rajin, hemat, serta tak bergaya hidup mewah
Bersatu hati menghargai sumber daya alam
Mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan barang daur ulang

Saya sering berkata bahwa mudah untuk membuat tekad, namun sulit untuk mempertahankannya. Banyak orang yang terinspirasi untuk melakukan kegiatan daur ulang. Namun, untuk terus melakukan daur ulang setiap hari sungguhlah tidak mudah. Saya sangat berterima kasih kepada relawan Chen dan keluarganya yang berhati baik. Mereka menyediakan lahan bagi kita untuk melakukan daur ulang. Selain mendonasikan lahan, ia juga turut serta dalam kegiatan daur ulang. Inilah kontribusi relawan Chen.

Saya sungguh bersyukur. Tentu saja, kontribusi dari satu keluarga saja tidaklah cukup. Kita membutuhkan kontribusi para relawan daur ulang setempat. Turut berbahagia atas kontribusi orang lain merupakan pahala. Jika turut berkontribusi, pahala yang diperoleh pun tak terhingga.

Saya sungguh bersyukur. Tahun ini misi pelestarian lingkungan Tzu Chi telah memasuki tahun ke-20 dan kalian telah bersumbangsih selama 18 tahun. Mengapa kita melakukan daur ulang? Karena Buddha berkata kepada kita tentang fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Kini, bumi berada di fase kerusakan. Jika kita tidak segera mengendalikan nafsu keinginan dan mencari cara agar bencana dapat berkurang, maka fase kehancuran bumi ini akan datang lebih cepat. Karena itu, kita harus melestarikan lingkungan.

Setelah berkunjung ke banyak posko daur ulang, saya mendapati bahwa insan Tzu Chi memiliki satu kesamaan, yakni hidup hemat terutama penghematan sumber daya air. Kita sungguh harus menghemat penggunaan air. Karena itu, insan Tzu Chi memasang pipa air di genting posko daur ulang untuk menampung air hujan. Mereka berkata bahwa ”Air hujan pun kami tampung, apalagi barang daur ulang yang dibuang orang lain.Kami tentu harus mengumpulkannya.”

Jika kita dapat mendaur ulang barang-barang yang telah dibuang, maka kita dapat menghemat sumbedaya alam dan mengurangi emisi karbon. Jika kita hanya berbicara tentang pelestarian lingkungan tanpa mempraktikkannya, malah terus mengeksploitasi sumber daya alam untuk memproduksi barang sehingga menimbulkan polusi, maka kondisi bumi tak akan membaik.

Saya sungguh berharap setiap orang dapat turut berpartisipasi dalam melakukan daur ulang dan menjadi teladan bagi orang-orang di dunia serta menginspirasi lebih banyak orang. Saya berharap para Bodhisatwa sekalian dapat bekerja sama untuk mensosialisasikan kegiatan daur ulang di komunitas masing-masing. Saya berharap setiap orang dapat menjaga kebersihan barang daur ulang dan setiap keluarga dapat hidup hemat. Bila menggunakan kecap untuk memasak, kita harus menghabiskannya tanpa sisa. Kemudian, botol itu kita bilas dengan air dan air tersebut dapat digunakan lagi untuk memasak. 

Bila botol telah bersih, kita dapat mengumpulkannya untuk didaur ulang. Demikian juga dengan botol minyak. Janganlah karena takut repot kita membuang botol minyak yang masih ada sisa minyaknya dan membuka botol yang baru. Kita harus menghabiskannya terlebih dahulu. Inilah yang dimaksud menghargai berkah. Orang yang menghargai berkah akan hidup penuh berkah. Jika tak menghargai berkah dan terus hidup boros, maka berkah kita akan cepat habis. Karena itu, saya berharap kalian semua dapat mengajak orang-orang di sekitar kita untuk membersihkan barang daur ulang mereka. Dengan demikian, barang daur ulang yang kita kumpulkan akan tetap dalam kondisi bersih.

Saya ingin berkata kepada kalian bahwa meskipun relawan daur ulang di Taiwan telah mencapai lebih dari 60.000 orang, namun tetap tidaklah cukup jika dibandingkan dengan populasi manusia di dunia yang hampir mencapai 7 miliar orang. Melihat kerusakan bumi yang sangat parah ini, jika hanya kita yang melakukan daur ulang tentu tidaklah cukup. Karena itu, kita harus lebih bekerja keras untuk mengalirkan aliran jernih ke seluruh dunia agar dapat menginspirasi semua orang untuk melakukan daur ulang bersama-sama. Inilah tujuan kita.

Saya berharap kalian dapat lebih sering menyaksikan program Da Ai TV untuk melihat cara relawan lain melakukan daur ulang dan belajar dari mereka. Sebaliknya, kita juga dapat menunjukkan cara kita melakukan daur ulang kepada orang lain agar mereka juga dapat belajar dari kita. Dengan saling mendukung dan belajar, kita dapat menginspirasi semua orang di dunia untuk turut bekerja sama dengan kita. Sungguh merupakan pahala yang tak terhingga apabila kalian dapat bersumbangsih demi menyelamatkan bumi dan hati manusia. Kita harus mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi Bodhisatwa dunia.

Dharma tak hanya dibabarkan dan didengar, melainkan harus dipraktikkan. Buddha membabarkan ajaranNya agar kita dapat mempraktikkannya. Hal inilah yang kita lakukan di Tzu Chi. Kita tak hanya melantunkan Sutra, melainkan juga mempraktikkannya. Orang-orang masa kini sungguh membutuhkan ajaran Buddha dan Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa dunia membimbing orang-orang agar dapat mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Inilah tujuan kita.

Mengapa Buddhisme berkaitan dengan pelestarian lingkungan? Kita semua hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Kita harus menghormati langit, mengasihi bumi, dan menjalin jodoh baik dengan orang lain. Inilah yang dimaksud dengan menjunjung langit, mengasihi bumi, dan menghimpun berkah.

Mengapa kita harus menjunjung langit? Apakah berkaitan dengan pelestarian lingkungan? Ya. Kehidupan manusia zaman sekarang berbeda dengan kehidupan manusia zaman dahulu. Kehidupan pada zaman dahulu sangat sederhana. Orang-orang zaman dahulu mengetahui pentingnya menghargai sumber daya alam dan hidup hemat. Pepatah mengatakan, “Kekayaan besar datang dari langit dan kekayaan kecil datang dari kesederhanaan.” Semua orang mengetahui bahwa kita harus hidup hemat. Namun, masyarakat masa kini memiliki kebiasaan hidup boros. Segala barang akan dibuang setelah dipakai sekali. Orang-orang masa kini mengonsumsi air mineral dalam kemasan.

Dahulu, kita selalu memasak air sendiri. Air yang dimasak sendiri sangat bersih. Namun kini tak lagi demikian. Orang-orang selalu mengonsumsi air mineral. Sesungguhnya, apakah air mineral lebih bersih dari air yang kita masak sendiri di rumah? Orang-orang masa kini memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman dalam kemasan dan langsung membuangnya setelah habis diminum.

Makanan yang kita beli dari luar pun dikemas dengan kemasan plastik dan dibuang setelah selesai dimakan. Sampah adalah salah satu masalah di masyarakat kita sekarang ini. Untuk menangani masalah sampah, kini terdapat sebuah mesin yang dapat menghancurkan sisa makanan baik ikan, daging, dan sayur-sayuran. Sisa makanan tersebut dimasukkan ke dalam mesin dan digiling hingga hancur sehingga dapat melewati saluran pembuangan. Orang-orang berpikir bahwa cara ini dapat menjaga kebersihan rumah. Mereka tak menyangka bahwa sampah sisa makanan meski telah digiling hingga hancur tetap dapat menimbulkan masalah pada saluran pembuangan.

Kita harus tahu bahwa saluran pembuangan harus dibersihkan secara rutin. Sungguh, para pekerja tersebut harus bekerja keras. Kita harus memerhatikan segala perilaku kita agar tak menciptakan masalah bagi masyarakat. Akhir kata, pelestarian lingkungan harus dimulai dari meja makan kita. Janganlah kita membuang-buang makanan. Pepatah mengatakan, “Kekayaan kecil datang dari kesederhanaan.” Pendidikan dalam keluarga haruslah dimulai dari individu. Kita harus membimbing anak-anak kita untuk menghargai segala sesuatu. Semoga kalian semua dapat mulai melestarikan lingkungan dari rumah sendiri. Dengan membersihkan kemasan botol sebelum dibawa ke posko daur ulang, ini juga merupakan sebuah pahala.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
 Foto: Da Ai TV Taiwan
 
 
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -