Suara Kasih: Rasa Syukur dan Cinta Kasih

Judul Asli:

 

   Rasa Syukur dan Cinta Kasih Penerima Bantuan

 

Memberikan bantuan beras kepada anak-anak kurang mampu
Penerima bantuan dipenuhi rasa syukur dan saling mengasihi
Mengenang kembali gempa bumi pada tanggal 21 September
Memberi ketenteraman bagi semua makhluk

“Semoga Tuhan memberkati kalian dan organisasi Tzu Chi karena telah memberi bantuan kepada sekolah kami. Kami sangat menghargainya. Terima kasih kepada semua warga Taiwan. Terima kasih atas segala bantuan kalian kepada kami. Kami mendoakan kalian. Inilah nama kami. Kami hanya memiliki satu nama, Tzu Chi," ucap seorang warga. Setiap kali melihat mereka dipenuhi sukacita, saya sungguh merasa tersentuh. Wilayah Afrika sangatlah luas. Insan Tzu Chi yang berada di sana selalu saling membantu. Setiap bulan mereka berkumpul bersama untuk mempelajari cara menyebarkan semangat cinta kasih agar dapat berakar di sana. Mereka bekerja keras untuk melatih relawan setempat. Karena itu, saya sungguh berterima kasih.

Warga Afrika Selatan memerlukan bimbingan agar kekuatan cinta kasih mereka dapat bangkit. Contohnya Relawan Pan. Ia bertanggung jawab untuk membimbing relawan dari suku Zulu. Ia telah menginspirasi ribuan relawan dan beberapa dari mereka telah kembali untuk dilantik. Insan Tzu Chi menginspirasi warga setempat agar bersumbangsih bagi sesama. Kesungguhan hati dan cinta kasih mereka bermula dari sebersit niat dan sebutir benih. Mereka yang berada di sana semuanya memikul tanggung jawab. Setiap orang bersedia menjadi guru yang tak diundang. Saya berkata kepada mereka bahwa karena telah hidup dan menetap di negeri orang serta menggunakan sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat, kalian harus membalas budi di sana. Jadi, memiliki pikiran seperti itu juga merupakan salah satu praktik Dharma. Mereka mempelajari dan mempraktikkan Dharma, menggarap ladang batin warga setempat, serta menaburkan benih cinta kasih.

 

Relawan Tzu Chi di Afrika Selatan selalu membantu warga Lesotho. Selama 3 tahun ini, relawan Tzu Chi di Afrika Selatan tak hanya memberikan bantuan pangan, namun juga memberikan bimbingan mengenai teknik bertani kepada warga Lesotho. Beberapa tahun ini, mereka telah memiliki hasil panen yang baik. Karena itu, mereka sangat berterima kasih dan ingin membalas budi insan Tzu Chi. Namun, insan Tzu Chi berkata kepada mereka, “Lakukanlah hal yang sama dengan kami. Itu sudah merupakan balas budi. Hal yang ingin kami lakukan adalah membuat orang yang hidup menderita menerima bantuan yang penuh cinta kasih.” Mendengar hal itu, mereka pun membantu sesama warga yang lebih menderita dari mereka. Sejak saat itu, selama 3 tahun ini, banyak warga kurang mampu yang membantu sesama.

 

Saya sungguh tersentuh melihatnya. Namun, bagaimana warga kurang mampu membantu sesama bila terjadi gagal panen akibat lahan yang terlalu kering?

Tahun ini, saya sungguh berterima kasih kepada Dewan Pertanian Taiwan yang bekerja sama dengan Tzu Chi untuk menyumbangkan beras dalam skala besar ke beberapa negara, yakni Afrika Selatan, Lesotho, Filipina, Indonesia, dan lain-lain. Tzu Chi telah mengirimkan beras ke negara-negara tersebut. Kita dapat melihat kini adalah musim dingin di Afrika Selatan. Tahun ini cuaca setempat sangat dingin. Sejak bulan Juli lalu, insan Tzu Chi Afrika Selatan mulai membagikan bantuan berupa beras, minyak, dan selimut. Bantuan telah dibagikan sebanyak beberapa kali. Setiap pembagian bantuan selalu berlangsung dengan ramai. Lihatlah betapa senangnya warga setempat saat menerima barang bantuan. Yang paling menyentuh adalah melihat mereka terinspirasi dan membuka hati. Mereka telah dibimbing untuk saling mengasihi dan saling menghargai. Hal ini sungguh tidak mudah.

Kali ini, Lesotho menerima 3 peti kemas yang berisi beras. Namun, mereka melihat warga di perbatasan Afrika Selatan hidup lebih minim dari mereka. Ada anak-anak yang pergi bersekolah tanpa makan dahulu karena keluarga mereka tak memiliki bahan pangan. Meski pemerintah setempat telah memberikan bantuan makan siang, namun masih tidak cukup. Karena itu, mereka pun memberi satu peti kemas yang berisi beras kepada sekolah agar anak-anak bisa makan nasi putih. Lihatlah anak-anak menikmati nasi putih dengan gembira. “Terima kasih, Tzu Chi. Sungguh lezat sekali. Rasanya seperti sudah diberi bumbu. Amitabha," ucap seorang anak. Lihatlah anak-anak makan nasi putih dengan gembira. Kini para relawan di Lesotho telah mulai berdiri sendiri. Selain itu, ada 3 orang yang telah dilantik. Ada pula relawan yang masih menjalani pelatihan dan akan dilantik pada tahun ini.

Singkat kata, kita telah menginspirasi banyak relawan Tzu Chi setempat. Saya sungguh gembira melihatnya. Tadi kita sudah melihat sejarah pada 21 September. Kalian tentu masih ingat dengan gempa bumi pada tanggal 21 September lalu. Kini 12 tahun telah berlalu. Bencana gempa bumi pada saat itu sungguh mendatangkan penderitaan tak terkira. Sejak hari itu, insan Tzu Chi bergerak untuk membantu bagai Bodhisatwa yang bermunculan dari dalam bumi seperti yang tertera dalam Sutra Bunga Teratai. Selain itu, Bodhisatwa dari segala penjuru pun mulai bertindak untuk membantu. Selama beberapa bulan pascabencana, kita tak hanya memberikan penghiburan dan menyediakan makanan hangat, namun juga segera membangun rumah sementara agar korban bencana memiliki tempat tinggal. Meski hanya rumah sementara, namun kita membuat lingkungan yang indah. Tujuannya adalah membawa kedamaian bagi hati mereka, agar mereka dapat pergi kerja dengan tenang dan pulang ke rumah setelah bekerja. Setiap orang duduk di halaman untuk saling mendukung dan berbagi. Insan Tzu Chi terus mendampingi mereka selama beberapa bulan.

Para anggota Tzu Cheng dan anggota komite Tzu Chi senior mungkin pernah pergi ke sana. Kalian pernah berkontribusi secara bergilir selama beberapa hari untuk menyediakan makanan hangat, memerhatikan kebutuhan harian, membantu membangun rumah sementara bagi mereka, dan lain-lain. Pascabencana, banyak sekali Bodhisatwa yang mulai terinspirasi untuk menghimpun kekuatan cinta kasih. Singkat kata, dunia ini penuh dengan bencana. Karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Di mana pun ada insan Tzu Chi, saya yakin korban bencana akan menerima cinta kasih, perhatian, dan hati mereka pun menjadi tenang. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia. Di mana pun bencana terjadi, mereka akan menjadi guru yang tak diundang dan mencurahkan perhatian. Baiklah. Banyak terima kasih yang tak habis saya ungkapkan. Intinya, kita harus mawas diri, berhati tulus, dan senantiasa bertobat. Kita harus senantiasa bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. 

 

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -