Suara Kasih: Saling Membantu

Judul Asli:

 

  Saling Membantu dengan Penuh Cinta Kasih

 

Kehidupan tidak kekal dan bumi pun rentan
Padatnya populasi dunia menyebabkan terjadinya bencana
“Tsunami lambat” melanda Thailand
Saling membantu dengan penuh cinta kasih

Kehidupan manusia penuh dengan penderitaan. Lihatlah, belakangan ini, saya terus mengulas tentang bencana di dunia. Kita semua masih ingat saat gempa bumi mengguncang Turki pada tahun 1999, insan Tzu Chi turut membantu warga Turki. Sesungguhnya, selama belasan tahun ini, Pakistan dan Iran juga sering diguncang gempa bumi. Kita juga mencurahkan perhatian dan bersumbangsih ke negara-negara itu sebanyak beberapa kali. Pada tanggal 3 November 2005, Pakistan diguncang gempa bumi yang dahsyat. Saat itu, tim medis Tzu Chi di Taiwan juga berangkat untuk memberi pelayanan medis, bantuan materi, dan lain-lain. Pada saat itu, Relawan Hu yang merupakan umat Islam dari Turki dan Relawan Chen dari Yordania yang merupakan umat Buddha berkumpul untuk menyurvei lokasi bencana. Setelah itu, Relawan Hu kembali ke Turki untuk menggalang dana dari para pengusaha setempat dan mempersiapkan tenda, selimut, minyak makan, dan lain-lain. Demi mempercepat pengiriman, ia memesan pesawat khusus untuk mengirim barang dari Turki ke Pakistan.

Saat mendengar Relawan Hu berbagi tentang hal ini, saya sungguh merasakan kerja kerasnya. Ia harus membeli barang bantuan, mengantar barang bantuan ke bandara, lalu mengirimkannya ke Pakistan. Ia sungguh bekerja keras. Ia harus membeli barang bantuan, menggalang dana, membungkus paket bantuan, dan mengantarkannya ke bandara. Ia telah bekerja keras. Inilah sejarah pada tanggal 3 November. Insan Tzu Chi di Turki sangatlah sedikit. Karena itu, mereka tak dapat membentuk sebuah organisasi di sana. Ini karena peraturan untuk organisasi di sana sangat ketat. Untuk mengadakan rapat dengan beberapa orang saja, kita harus meminta izin kepada polisi setempat. Namun, pemerintah setempat mengetahui tentang Tzu Chi. Karena itu, saat Relawan Hu berkata bahwa ia ingin menyalurkan bantuan ke negara yang dilanda bencana, setiap orang sangat mendukungnya.

 

Pada tanggal 23 Oktober lalu, Turki kembali dilanda bencana. Lokasi bencana kali ini agak dekat dengan perbatasan Iran. Namun, lokasinya sangat jauh dari tempat tinggal Relawan Hu, yakni sekitar 1.850 kilometer. Perjalanan dengan pesawat saja membutuhkan waktu lebih dari 2 jam. Karena itu, penyurveian lokasi kali ini berlangsung dengan penuh kesulitan. Kali ini, insan Tzu Chi bekerja sama Organisasi Kimse Yok Mu. Organisasi itu adalah organisasi non pemerintah yang didirikan oleh umat Islam.

 

Mereka telah menjalin jodoh dengan Tzu Chi. Saat gempa bumi tahun 1999 lalu, demi membantu membangun Perumahan Cinta Kasih bagi para korban bencana, organisasi ini bekerja sama dengan Tzu Chi. Mereka sangat memahami filosofi Tzu Chi. Kali ini, mereka juga memiliki relawan di dekat lokasi bencana. Karena itu, pascabencana kali ini, insan Tzu Chi berangkat bersama mereka untuk menyurvei lokasi bencana.

Melihat mereka bersumbangsih bagi masyarakat, Relawan Yu berkata bahwa cara mereka hampir sama seperti Tzu Chi. Mereka juga menggalang relawan lokal dan memiliki peraturan sendiri. Sebagai umat Islam yang taat, mereka salat sebanyak 5 kali dalam sehari. Usai salat, dengan penuh ketulusan mereka saling berbagi tentang pengalaman saat menyurvei lokasi bencana, penderitaan apa yang mereka lihat, dan bantuan apa yang diperlukan oleh para korban bencana. Mereka saling berbagi. Selain itu, mereka juga membagi tim untuk melakukan tugas yang berbeda. Cara kerja mereka sungguh mirip dengan Tzu Chi. Organisasi Kimse Yok Mu adalah organisasi yang sangat baik. Tahun lalu, Ketua Pelaksana Kimse Yok Mu berkunjung ke Taiwan. Ia berkata bahwa pada tahun 1999 lalu mereka belajar banyak hal dari Tzu Chi. Ia pun mendonasikan 50.000 dolar AS kepada Tzu Chi untuk membantu proyek pembangunan rumah akibat bencana topan Morakot tahun 2009. Mereka adalah organisasi yang sangat bersahabat. Kali ini, kita kembali bekerja sama dengan mereka.

 

Kita juga melihat kondisi di Thailand. Kemarin pagi saya melihat siaran berita bahwa untuk membenahi bencana banjir di seluruh Thailand dibutuhkan waktu selama 3 bulan. Sungguh lama. Waktu selama 3 bulan sangatlah berat bagi perusahaan industri dan para pekerjanya. Warga setempat menyebut bencana banjir kali ini sebagai “tsunami lambat”. Sungguh seperti “tsunami lambat”. Meski tidak turun hujan, namun air banjir masih terus menggenang. Reporter Da Ai TV telah masuk ke lokasi bencana. Kita dapat melihat kondisi banjir jauh lebih parah dari yang kita bayangkan. Singkat kata, saya sungguh tidak tega penderitaan para warga dalam jangka panjang.

 

Beberapa hari lalu, staf dari divisi keagamaan dan beberapa relawan Tzu Chi telah pergi ke Bangkok. Kita juga mengundang insan Tzu Chi dari Filipina untuk berbagi pengalaman mereka untuk berbagi pengalaman mereka mengenai cara menginspirasi pengusaha dan warga setempat untuk bersama-sama membersihkan lokasi bencana. Mereka mulai berbagi pengalaman begitu tiba di Thailand.

Insan Tzu Chi di Amerika Serikat telah berada di Amerika Tengah selama 3 hari. Mereka membentuk 2 tim untuk berkunjung ke 3 negara. Selain menyurvei lokasi bencana, mereka juga mulai menyalurkan bantuan di beberapa wilayah. Hari ini, mereka juga membagikan bantuan. Pada tanggal 2 November lalu, mereka membagikan bantuan di Honduras dan El Savador. Di negara yang berbeda-beda, insan Tzu Chi menyurvei lokasi dan menyalurkan bantuan. Singkat kata, setiap orang harus memerhatikan segala hal yang terjadi di dunia ini. Setiap orang bertanggung jawab atas segala yang terjadi di dunia. Melihat negara lain dilanda bencana akibat ulah manusia dan bencana alam, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan dan berdoa dengan tulus. Janganlah kita bersikap lengah. Saya sungguh khawatir entah kapan ketidakselarasan unsur alam ini akan berakhir. Kita harus menyelaraskan hati agar bencana di dunia dapat berkurang. Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -