Suara Kasih: Sandaran Hati Para Korban

   

Judul Asli:
Menjadi Tempat Bersandar bagi Korban Bencana

Hidup menderita akibat tertimpa bencana
Bencana akibat ulah manusia jauh lebih menakutkan daripada bencana alam
Menenangkan hati korban bencana Topan Chanthu
Memerhatikan korban bencana bagai keluarga sendiri

Setiap hari, kita berdoa dengan penuh ketulusan agar dunia terbebas dari bencana. Namun, apakah hanya dengan berdoa saja dunia dapat menjadi damai? Yang terpenting adalah hati manusia. Bila hati manusia tak selaras, cuaca juga tak akan bersahabat. “Pemanasan global” yang kini sering dibicarakan, dalam ajaran Buddha disebut “ketidakselarasan empat unsur”.

Lihatlah kebakaran hutan yang terjadi di Rusia, Eropa yang telah berlangsung hampir seminggu. Di Taiwan, juga terjadi kebakaran di sebuah pabrik kimia. Asap dari kebakaran ini menimbulkan polusi di lingkungan sekitar. Bencana ini diakibatkan oleh ketidakharmonisan hati manusia yang timbul dari ketamakan berlebihan. Ada juga bencana yang terjadi akibat ketidakselarasan unsur angin. Kita semua tahu bahwa beberapa hari lalu dua jenis topan melanda wilayah Asia Pasifik. Yang pertama adalah Topan Conson, kemudian disusul Topan Chanthu. Kedua badai topan ini terbentuk dalam minggu yang sama dan mengakibatkan kerusakan parah di daerah Hainan dan Guangdong, Tiongkok.

Minggu lalu di Hongkong diadakan pameran buku dan Toko Buku Jing-Si adalah salah satu pesertanya. Meski tak melanda Hongkong, namun Topan Chanthu membawa curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan daerah pegunungan mengalami kerusakan parah. Insan Tzu Chi pun segera bergerak. Mereka segera membentuk tim untuk menyurvei lokasi bencana. Setelah mendapat kabar tentang bencana itu, anggota komite Tzu Chi yang bertugas di pameran tersebut juga segera membentuk tim untuk bergerak ke lokasi bencana. Dengan berpakaian seragam Tzu Chi yang berupa qipao dan sepatu bersulam, mereka menjejakkan kaki di tanah yang becek. Setelah badai berlalu, banyak organisasi kemanusiaan datang membantu. Insan Tzu Chi mendatangi lokasi yang mengalami kerusakan paling parah dan mengunjungi lebih dari 80 keluarga yang menjadi korban bencana.

Kondisi beberapa keluarga sangat memprihatinkan. Saat banjir melanda, seorang istri berteriak minta tolong, namun tak ada yang mendengar. Dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan suaminya terbawa arus air. Sang suami ditemukan keesokan harinya dalam kondisi telah meninggal. Dapat kita bayangkan perasaan sang istri. Entah bagaimana ia harus menerima kenyataan ini. Ketika insan Tzu Chi mengunjunginya, ia tengah diwawancarai beberapa media massa dan tak bersedia melepaskan maskernya. Setelah menenangkan hatinya, insan Tzu Chi pun berkata bahwa mereka hanya datang untuk memberikan bantuan dan akan segera pamit.
  
Saat insan Tzu Chi mohon diri, sang istri melepaskan maskernya dan memeluk insan Tzu Chi. Ia menangis dan menumpahkan kesedihannya. Insan Tzu Chi menghibur dan menenangkan hatinya serta berjanji, “Kami akan kembali mengunjungi Anda.” “Meski kehilangan suami, Anda masih memiliki banyak orang yang mengasihi Anda, juga anak-anak Anda.”

Insan Tzu Chi terus berusaha menghiburnya. Ada keluarga lain yang lebih menderita. Keluarga ini adalah penerima bantuan Tzu Chi. Tzu Chi memberi perhatian keluarga ini sejak sang suami meninggal akibat kanker beberapa hari lalu. Melihat kedatangan insan Tzu Chi, ibu yang memiliki 3 anak yang masih kecil ini langsung mencucurkan air mata dan menumpahkan kesedihannya. Insan Tzu Chi yang memahami kesulitannya dan segera menenangkan hatinya. Ia berasal dari Tiongkok daratan dan tak memiliki status legal di Hongkong. Anak-anaknya masih kecil dan mereka harus mempertahankan hidup, namun sang pencari nafkah telah meninggal. Karena itu, insan Tzu Chi berusaha membantu agar mereka mendapatkan izin tinggal resmi di Hongkong. Inilah bantuan yang diberikan insan Tzu Chi sebelum mereka tertimpa bencana.

Karena tahu keluarga ini juga tertimpa bencana, maka insan Tzu Chi pun menyusuri jalan pegunungan yang sulit demi mengantarkan barang-barang kebutuhan dan menenangkan hati mereka. Tak ada listrik dan air di sana. Karena itu, insan Tzu Chi segera turun dari gunung untuk membeli air minum dan mengantarkannya kepada keluarga ini. Insan Tzu Chi sungguh adalah Bodhisatwa dunia yang mengasihi orang-orang yang ingin saya kasihi. Saat melihat ada orang menderita, mereka akan segera menyalurkan bantuan dan memberi kabar kepada saya agar saya tak lagi merasa khawatir. Kesungguhan hati mereka sungguh membuat saya tersentuh. Bagaimana saya tidak berterima kasih kepada mereka? Semua orang di dunia adalah keluarga kita. Melihat para insan Tzu Chi memerhatikan orang lain bagai keluarga sendiri membuat saya sangat tersentuh.

Daerah Dazhou, Sichuan juga terkena bencana. Saat bencana terjadi, Relawan dari Dazhou yang penuh kesungguhan dan tekad yang luhur sedang berada di Luoshui untuk memahami kegiatan daur ulang agar dapat disosialisasikan di Dazhou. Saat mendapat kabar Dazhou dilanda banjir, mereka pun segera menelepon dan ternyata keluarga dalam keadaan selamat, hanya saja jalanan dan jembatan terputus, sementara di beberapa tempat lain, genangan air sangatlah tinggi. Mendengar hal ini, mereka pun makin berusaha untuk lebih memahami cara mendaur ulang agar dapat dijalankan di Dazhou.

“Keluarga saya dalam keadaan selamat, namun warga Wanyuan sangat menderita akibat bencana ini. Jadi, kami merasa khawatir. Bila kita tak melakukan daur ulang, maka sampah-sampah plastik akan memenuhi selokan air dan membuatnya tersumbat. Bukankah ini akan menyebabkan air selokan meluap keluar? Jadi, kami sedang menunggu beberapa informasi sambil mempelajari daur ulang. Bila informasi telah kami dapatkan, kami akan segera kembali ke Dazhou. Setibanya di sana, kami akan segera memerhatikan warga yang tertimpa bencana. Kami akan berkunjung ke rumah warga dan berbagi tentang Tzu Chi kepada mereka sekaligus mensosialisasikan kegiatan daur ulang. Jadi, kami harus bekerja keras. Kami, relawan di Dazhou, memiliki misi yang sama. Kami akan pergi ke berbagai daerah untuk mensosialisasikan kegiatan daur ulang,”kata seorang relawan

Para Bodhisatwa sekalian, kita harus bersikap tulus dan mawas diri. Beberapa hari ini hujan turun sangat deras di Taiwan. Sebagian wilayah selatan Taiwan mengalami banjir dan tanah longsor. Sebelum bepergian, amati dahulu kondisi di luar rumah. Bila tak berkepentingan, jangan keluar rumah. Kehidupan manusia sungguh tidak kekal. Kita harus senantiasa berdoa semoga selalu dalam keadaan aman dan selamat. Keadaan aman merupakan berkah bagi kita. Biar bagaimanapun, kita yang dalam keadaan selamat harus tetap waspada. Meski Taiwan penuh berkah, namun kita tak boleh lengah. Meski dalam keadaan selamat, kita tetap harus berhati-hati dan makin mawas diri. Dengan hati yang penuh ketulusan, kita berdoa semoga dunia terbebas dari bencana dan setiap orang hidup aman dan tenteram. Inilah doa yang harus senantiasa kita panjatkan. 
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -