Suara Kasih : Satu Hati Hadapi Bencana
Judul Asli:
Satu Hati Hadapi Bencana
Bekerja sama dalam menyalurkan bantuan bagi korban bencana
Menyalurkan bantuan ke Pakistan demi membangun kembali kehidupan warga
Hati manusia yang damai dapat menciptakan berkah
Saling membantu dan bergotong royong dalam menghadapi bencana
Setiap hari perasaan saya bercampur aduk. Saya terus berdoa agar dunia bebas dari bencana. Namun, seperti kata Buddha, dunia ini penuh dengan penderitaan. Beberapa hari ini, tim penyelamat sungguh mempertaruhkan nyawa mereka demi menyelamatkan para korban bencana. Tim penyelamat angkatan darat, laut, dan udara terus bergerak dan bekerja sama dalam usaha penyelamatan. Kontribusi mereka sungguh patut dipuji. Kita dapat memahami kecemasan yang dirasakan keluarga korban dan sangat berempati terhadap mereka.
Kita juga mendapat kabar tentang meninggalnya Guru Liu yang mengajar di Hualien. Usianya baru 50 tahun lebih. Ia mendedikasikan seluruh hidupnya dalam dunia pendidikan. Ia menganggap anak-anak bagai anak kandungnya sendiri. Ia adalah guru, orang tua, dan teman bagi anak-anak di sana. Dengan penuh cinta kasih, ia mendedikasikan hidupnya dalam dunia pendidikan.
Sungguh menyedihkan, beberapa hari lalu, mobilnya ditemukan bersamaan dengan tubuhnya yang telah kaku. Keluarganya sangat sedih saat mengetahui hal ini. Para reporter bertanya apakah mereka ingin meminta kompensasi dari pemerintah. “Tak ada yang berharap hal ini terjadi. Karena ini adalah bencana alam, kami tak akan meminta kompensasi apapun,” jawab keluarganya. Mereka sungguh penuh pengertian.
Kekuatan alam sungguh tak dapat dilawan oleh manusia. Terlebih lagi, kondisi pegunungan sudah sangat parah. Karena itu, saat dalam kondisi aman dan selamat, kita harus berterima kasih kepada bumi yang telah menopang kehidupan kita dan makhluk hidup lainnya. Namun, manusia terus membuka lahan di daerah pegunungan untuk membuat jalan raya. Truk yang mengangkut barang bangunan dan mesin-mesin berat terus berlalu-lalang. Namun, bumi tetap bertahan meski ia terluka dan harus menanggung beban dari kegiatan-kegiatan manusia.
Jasa bumi terhadap manusia sungguh besar. Karena itu, kita harus senantiasa melindungi dan berterima kasih kepada bumi. Ketika hujan atau badai topan melanda, kita merasa bagai berada di dalam sebuah perahu yang diterpa gelombang. Pada saat itu, kita semua harus bergerak dan mengulurkan tangan untuk membantu. Saat dalam kondisi aman dan selamat, kita semua harus menumbuhkan kesatuan hati dan memupuk keharmonisan. Kita harus bekerja sama dengan penuh keharmonisan. Ketika bencana terjadi, kita harus saling menolong dan bersyukur. Semua orang hendaknya saling bergotong royong dalam menyalurkan bantuan.
Tiga hari telah berlalu sejak terjadinya bencana. Setelah mendapat kabar tentang bencana, insan Tzu Chi segera bergerak. Mereka berangkat ke lokasi bencana untuk menyurvei. Insan Tzu Chi dari wilayah utara dan timur segera bergerak dan bergabung dengan relawan di Yilan. Dalam satu hari saja, sebanyak lebih dari 2.200 relawan terhimpun. Mereka terbagi dalam 36 tim yang menyebar ke Suao dan Nanfangao.
Para relawan mendampingi, memperhatikan, dan memberikan bantuan dana tunai kepada korban bencana. Ada pula yang bertugas membersihkan rumah warga. Staf medis dari rumah sakit Tzu Chi pun bergabung untuk memberikan pelayanan medis. Kita juga melihat anggota militer yang turut menyalurkan bantuan. Ada juga organisasi kemanusiaan lain seperti Palang Merah dan World Vision. Melihat insan Tzu Chi dan organisasi kemanusiaan lain yang bekerja sama membantu korban bencana sungguh membawa harapan bagi masyarakat.
Diperkirakan tim medis Tzu Chi akan berangkat lagi ke Suao. Lebih dari 700 insan Tzu Chi Taipei juga akan berangkat ke sana. Kali ini, saya juga sangat berterima kasih kepada instansi kereta api Taiwan yang telah turut membantu. Penyaluran bantuan kali ini mendapat dukungan dari berbagai pihak. Setiap orang bersumbangsih sesuai dengan kemampuan mereka. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Kita harus senantiasa bersyukur.
Sebuah tim Tzu Chi yang terdiri dari 10 orang juga telah berangkat ke Paskitan. Selama hampir 3 bulan, Pakistan dilanda bencana banjir dan warga mulai diserang wabah penyakit menular. Lebih dari 20 juta warga menderita kelaparan dan lebih dari 6 juta warga tak memiliki tempat tinggal. Lihatlah penderitaan warga setempat. Sungguh, belakangan ini kondisi di Pakistan sangat tidak stabil akibat adanya konflik politik dan ledakan bom yang terus terjadi.
Sesungguhnya, saya sangat mengkhawatirkan para insan Tzu Chi yang berangkat ke sana karena kondisi setempat sangat kacau. Ini semua akibat hati manusia yang tidak damai. Bencana banjir telah mendatangkan penderitaan, kini ditambah lagi konflik antarmanusia. Sungguh membuat orang sedih melihatnya.
Beberapa hari ini, kita harus berdoa dengan lebih tulus lagi bagi warga Pakistan agar kondisi dapat segera membaik agar kondisi dapat segera membaik dan konflik antarmanusia dapat berakhir sehingga para korban bencana yang berjumlah lebih dari 20 juta orang dapat membangun kembali kehidupan mereka dan memiliki harapan baru. Kita harus berdoa bagi keselamatan mereka. Saya juga ingin mengingatkan kalian bahwa di Samudera Pasifik tengah terbentuk sebuah topan, yakni Topan Chaba. Topan Megi baru saja meninggalkan Taiwan, kini terbentuk lagi topan yang lain. Semoga kita semua dapat sungguh-sungguh mawas diri dan berhati tulus serta sungguh-sungguh berdoa dan menciptakan berkah. Semoga dengan doa kita semua, kekuatan topan ini akan melemah bahkan menghilang.
Diterjemahkan oleh: Lena