Suara Kasih: Semangat Celengan Cinta Kasih

 

Judul Asli:

Mendukung Semangat Celengan Cinta Kasih dan Mengendalikan Nafsu Keinginan

Mendukung semangat celengan cinta kasih dan mengendalikan nafsu keinginan
Menjalani hidup dengan sederhana dan menanami ladang berkah
Melepaskan kemelekatan dan mendalami Dharma
Mengasihi bumi dan menjaga keselarasan unsur alam

Pagi hari tadi saya berkunjung ke Jiali. Begitu turun dari mobil, saya merasa sangat panas. Akan tetapi, saya melihat setiap orang dipenuhi sukacita. Di ladang pelatihan di Jiali itu, saya melihat kerja keras dan kesungguhan hati setiap orang. Saya yakin tidak lama lagi, tempat tersebut akan penuh dengan tempat tersebut akan penuh dengan Bodhisatwa dunia. Lokasi tempat pertemuan itu sungguh lumayan bagus.

Kemudian, saya berkunjung ke Aula Jing Si Tainan dan melihat beberapa Bodhisatwa cilik yang datang untuk memberikan celengan mereka. Mereka berkata, “Saya menyimpan ‘celengan air’, ‘celengan waktu’, dan ‘celengan listrik’. Saya menyimpan ‘celengan beras’.” Bodhisatwa cilik lainnya berkata, “Saya berkata kepada adik dan ayah saya untuk tidak makan daging agar hewan tidak dibunuh.” Jadi, kamu meminta ayah tidak makan daging, lalu menyimpan uangnya di dalam celengan, benar? ”Ya,” jawabnya. Kini mereka sekeluarga sudah bervegetarian.

“Saya menyimpan ‘celengan air’. Saat mandi, saya menampung airnya agar tak terbuang dan bisa untuk menyiram jamban. Begitu juga saat mencuci piring,” ucap seorang anak.Ya, banyak yang bisa dihemat, kan? Anak lainya lagi pun berkata, ”Saya menghemat uang yang untuk beli mainan. Saya tidak perlu membeli mainan.”

Celengan yang diberikan oleh para Bodhisatwa cilik sangat menarik. Di antara mereka, ada yang memberikan “celengan waktu”. Saya bertanya kepada mereka, Apa itu “celengan waktu”? Anak tersebut menjawab, “Celengan waktu artinya kita harus bergerak dengan cepat agar memiliki waktu untuk melakukan hal lain.”

Benar. Kita harus bergerak dengan sangat cepat agar bisa menghemat waktu. Mengapa Kakek Guru tidak terpikir hal ini? Kita harus bekerja dengan cepat dan memanfaatkan setiap waktu. Inilah yang dimaksud “celengan waktu”. Dengan lebih banyak bekerja, Dengan lebih banyak bekerja, mereka akan mendapatkan uang untuk ditabung.

Ini semua berkat kebijaksanaan orang tua mereka. Orang tua berkata kepada anak mereka, “Jika kalian lebih cepat sedikit, kami akan memberikan koin untuk ditabung ke dalam celengan bambu dan kalian bisa mendonasikannya kepada Kakek Guru untuk menolong orang.” Dengan demikian, anak-anak akan belajar untuk melakukan hal dengan cepat. Kita sungguh harus memanfaatkan waktu dengan baik agar seiring berlalunya setiap detik, kita bisa melakukan banyak hal. Jadi, kita harus melakukan hal dengan cepat karena kita harus selalu giat. Saat bersekolah, kita harus memanfaatkan waktu. Saat menjalankan usaha, kita juga harus memanfaatkan waktu. Dalam melatih diri, kita juga harus memanfaatkan waktu. Jadi, mengenai “celengan waktu” ini, kita sungguh harus merenung secara mendalam. Kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Berikutnya adalah “celengan hadiah”. Saya bertanya, “Ada celengan hadiah?” Ini anak yang berbeda. Dia datang dengan membawa celengan yang sangat berat. Saya bertanya, “Ini celengan apa?” Dia menjawab, Celengan hadiah. Hadiah? Hadiah apa? Ia pun menjawab, “Saat berulang tahun, saya tidak meminta hadiah. Saya menabung uang yang tadinya untuk membeli hadiah guna berbuat baik.” Anak sekecil dia sudah tahu untuk hidup hemat. Kini banyak orang dewasa yang hidup boros, namun anak kecil sepertinya sudah mengerti untuk berhemat dan mengendalikan nafsu keinginannya. Kini banyak orang yang hidup konsumtif. Saat melihat orang lain memiliki sesuatu, mereka juga menginginkannya. Mereka ingin memiliki barang yang dimiliki oleh orang lain. Inilah nafsu keinginan. Kita hendaknya hanya membeli barang yang benar-benar kita butuhkan. Jika hanya didorong rasa ingin memiliki, kita sungguh tidak perlu membelinya.

Kita sungguh harus mengendalikan diri. Anak kecil seperti mereka saja bisa mengendalikan nafsu keinginan dengan tidak membeli hadiah.Dia memilih tidak membeli mainan. Dia menggunakan bambu untuk membuat mainan sendiri. Lihatlah, kita sebagai orang dewasa sungguh harus belajar hemat dari anak-anak. Ada pula seorang anak yang memberikan saya “celengan camilan”. Artinya, mereka tidak makan camilan. Mereka tidak makan camilan. Mereka mengendalikan nafsu makan.

 

Tadi kita sudah mendengar tentang pola hidup vegetarian. Seorang anak yang pergi ke perjamuan bersama dengan orang tuanya berkata kepada ayahnya agar tidak makan hidangan daging yang disajikan di atas meja. Biasa kita mendengar anak seusianya sangat suka makan daging. Setelah melihat pementasan adaptasi Sutra, mendengar tentang bulan vegetarian, dan lainnya, anak itu mulai memahami dengan jelas pentingnya mengendalikan nafsu makan. Dia tahu bahwa banyak hewan yang dibunuh demi memenuhi nafsu makan manusia. banyak sekali hewan yang dibunuh. Lihatlah, anak-anak biasanya gemar makan daging, namun kini dia bisa mengendalikan nafsu makannya dan mulai bervegetarian. Terlebih lagi, mereka juga mengendalikan diri untuk tidak makan camilan. Biasanya anak-anak paling gemar makan camilan.

Mereka tidak hanya berhenti mengonsumsi daging hewan, namun juga berhenti makan camilan. Lihatlah, mereka adalah anak-anak yang bijaksana. Bisa mengendalikan nafsu keinginan sungguh bukan hal yang mudah. Ada pula “celengan minuman”. Mereka hanya minum air putih, tidak minum minuman ringan. Uang untuk membeli minuman ringan juga mereka simpan di dalam celengan. Ada pula “celengan mainan”. Mereka tidak membeli mainan. Mereka membuat mainan sendiri dan tetap main dengan senangnya.

Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus belajar dari anak-anak. Saya sering berkata bahwa manusia pada dasarnya bersifat bajik. Di dalam diri anak yang semakin kecil, Karena itu, semakin kecil usia anak-anak, hatinya semakin bersih dan tanpa noda dan semakin dekat dengan hakikat kebuddhaan. Ini karena hati anak-anak bersih tanpa noda. Hati Bodhisatwa cilik paling dekat dengan hakikat kebuddhaan. Kini kekuatan kebaikan dan keburukan tengah tarik-menarik. Kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia agar bisa menyucikan hati manusia. Hati setiap orang harus disucikan.

Lihatlah ke seluruh dunia. Janganlah kita berpikir yang penting Taiwan aman dan tenteram. Sesungguhnya, udara mengalir ke seluruh dunia. Segala sesuatu di dunia saling berhubungan. Tak peduli berapa jauh jaraknya, gunung tetap terhubung dengan dataran rendah, daratan terhubung dengan laut. Kita semua hidup di atas bumi yang sama. Jadi,ketidakselarasan empat unsur alam, yakni unsur tanah, air, api, dan angin yakni unsur tanah, air, api, dan angin merupakan masalah besar bagi seluruh dunia. Karena itu, kita sungguh harus segera menyucikan hati manusia.  (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -