Suara Kasih : Semangat Cinta Kasih

 

Judul Asli:

Semangat Cinta Kasih
yang Tak Mengenal Batas Negara
 

Relawan suku Zulu tetap bersumbangsih meski dalam kondisi sulit
Bertekad dengan tulus untuk mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan
Benih bodhi kini tumbuh menjadi hutan bodhi
Menyaksikan misi kemanusiaan yang tak mengenal batas negara

Kondisi pascagempa di Selandia Baru masih sangat mengkhawatirkan. Kita juga dapat melihat kekacauan di Libya yang membawa penderitaan bagi rakyat. Kedamaian adalah berkah. Jika dunia dapat terbebas dari bencana, empat unsur alam berjalan selaras, dan setiap orang menunaikan kewajiban dengan baik, maka alangkah baiknya.

Hati manusia hendaknya tak dibiarkan bergejolak. Ketika hati manusia tidak selaras, ia akan lebih berbahaya dari ketidakselarasan alam. Karena itu, setiap hari saya selalu membahas tentang hati. Ketahuilah bahwa manusia memiliki potensi yang tak terhingga, baik potensi kebajikan maupun potensi kejahatan. Jika pikiran buruk muncul, dampak yang ditimbulkan pun tidak baik. Namun, ketika niat baik timbul, kekuatan cinta kasih yang terhimpun akan besar, dapat menyelamatkan dunia, dan menciptakan keharmonisan masyarakat.

Semua ini berawal dari pikiran manusia. Karena saya melihat kebaikan dan semua yang para relawan ini lakukan, saya pun ingin menjadi bagiannya. Sungguh tersentuh melihat semua orang bekerja sama tanpa membedakan suku bangsa dan hanya berusaha memberi yang terbaik bagi masyarakat. Satu relawan dapat mengubah hidup banyak orang, dan saya ingin menjadi salah satu dari relawan yang mengubah hidup orang lain.

Baru saja kita melihat para relawan suku Zulu di Afrika Selatan. Mulanya, kehidupan mereka di sana sangatlah sulit. Namun, kini kehidupan mereka telah berubah karena mereka telah membangkitkan niat baik, dapat menolong diri sendiri dan orang lain. Meski mereka tidak luput dari buah karma yang mengondisikan mereka terlahir di sana dengan kondisi kehidupan yang minim, namun sifat hakiki mereka yang bajik telah terbangkitkan.

Kebajikan ini telah mengubah kehidupan mereka. Semua ini tentu terjadi berkat jalinan jodoh. Setelah bertemu insan Tzu Chi, mereka bersedia bertekad dan berikrar untuk mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan. Setelah welas asih dan kebijaksanaan mereka terbangkitkan, mereka pun mulai bertekad untuk bersumbangsih. Meski hidup sulit, mereka memiliki potensi, yakni welas asih, kebijaksanaan, dan kekuatan. Mereka masih dapat membantu orang lain. Singkat kata, dengan adanya welas asih dan kebijaksanaan, mereka dapat bersumbangsih bersama Tzu Chi dan menjadi kaya secara spiritual.

Lihatlah, 5.000 orang lebih relawan suku Zulu dapat memerhatikan dan merawat lebih dari 1.200 pasien AIDS dan 5.000 anak yatim piatu. Ini adalah sumbangsih dengan potensi yang tak terhingga. Mereka bahkan pergi ke luar negeri dan berbagi dalam pertemuan PBB di New York tentang kesulitan mereka dan bagaimana insan Tzu Chi masuk dalam kehidupan mereka dan membantu mereka memperoleh kehidupan yang stabil. "Kami membuat seragam ini untuk gereja-gereja. Kami membuatnya sesuai yang diajarkan Tzu Chi. Dari sini kami memperoleh uang, dan dapat menghidupi para anak yatim piatu. Kami merawat lebih dari 5.000 anak. Ada 5.000 relawan yang merawat bayi-bayi ini. Kami memberi makan anak-anak. Mereka kelaparan. Mereka hanya makan 3 kali seminggu, pada hari Senin, Rabu, dan Jumat," tutur salah satu relawan.

Dalam pertemuan berdurasi 90 menit ini, hadirin dapat melihat cinta kasih Tzu Chi yang tak berbatas. Para relawan suku Zulu berikrar untuk menyebarkan misi Tzu Chi ke seluruh dunia. Semua orang memiliki hakikat kebuddhaan dan potensi yang tak terhingga. Jadi, kita harus sungguh-sungguh meneladani para relawan suku Zulu ini. Mereka dapat menjalankan Tzu Chi meski dalam kondisi sulit. Kita yang berada dalam kondisi lebih baik, masa tidak bisa melakukannya?

Kita juga melihat kondisi di Lesotho. Wilayah Lesotho dikelilingi oleh Afrika Selatan, berada pada 1.400 meter di atas permukaan laut. Warga di sana hidup dari pertanian. Namun, bencana kekeringan telah memperburuk kondisi kehidupan di sana. Di sana juga pernah terjadi kerusuhan. Pada tahun 1991 dan 1998, pernah terjadi kerusuhan anti warga asing. Saat itu, relawan Wu Wen-zhang berada di sana.

Ia bekerja sama dengan relawan Tzu Chi setempat, insan Tzu Chi dari Afrika Selatan, dan para pengusaha Taiwan di sana untuk memberi penghiburan bagi warga. Meski terjadi sentimen anti warga asing, namun insan Tzu Chi tetap memberikan mesin jahit dan mengajari mereka berbagai keterampilan. Selain itu, insan Tzu Chi juga membagikan benih tanaman jagung.

Beberapa tahun ini, hati warga sudah mulai tenang. Mereka juga semakin giat bekerja dan mulai dapat memperoleh hasil panen. Sejak tahun lalu, mereka mulai turut bersumbangsih. Mereka dapat membantu sesama warga yang lebih menderita dari mereka. Pada acara ramah tamah Tahun Baru yang lalu, telah dilantik 3 anggota komite dari Lesotho. Inilah sebutir benih yang tumbuh menjadi tak terhingga. Kita telah menanam benih cinta kasih di sana dan kini benih tersebut mulai tumbuh sehingga warga setempat mulai dapat turut mengulurkan tangan untuk membantu sesama mereka.

Saya sungguh bahagia melihatnya. Selain memberikan bantuan materi, insan Tzu Chi juga berbagi kata perenungan. Lihatlah, insan Tzu Chi membasahi ladang batin warga dengan air Dharma sehingga benih cinta kasih dapat bertunas dan berkembang menjadi pohon besar. Semua ini membutuhkan air Dharma. Kemarin, ketika menyaksikan siaran berita Da Ai TV, saya baru ingat bahwa 24 Februari adalah hari yang sangat bersejarah bagi Tzu Chi. Pada tanggal 24 Februari 2003, terjadi gempa besar di Xinjiang, Tiongkok. Saat itu, selain menyalurkan bantuan darurat, kita juga membangun sekolah di sana.

Saya sering berkata bahwa setiap hari adalah hari bersejarah bagi Tzu Chi. Jadi, kalian harus sering melihat apa yang terjadi dalam sejarah Tzu Chi hari ini melalui situs Tzu Chi di internet. Kita juga harus sering menonton siaran berita. Akhir kata, banyak kisah yang menyentuh setiap hari. Namun, jejak cinta kasih ini ada karena adanya orang-orang yang menderita. Berkat mereka, insan Tzu Chi mengukir sejarah dengan penuh kesungguhan dan cinta kasih. Intinya, setiap hari kita harus menjaga pikiran dengan baik. Melihat begitu banyak bencana yang terjadi, kita harus mawas diri dan tulus serta lebih bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -