Suara Kasih : Senantiasa Menciptakan Berkah

 

Judul Asli:

Senantiasa Menciptakan Berkah bagi Dunia
 

Berdana dengan sukacita untuk menciptakan berkah bagi masyarakat
Menghimpun cinta kasih dengan menyisihkan beras
Tetap menciptakan berkah di tengah kondisi serba minim
Menyambut tahun baru yang penuh berkah dan kebijaksanaan

 

Tahun baru akan segera tiba. Marilah kita menyambut tahun baru dengan hati yang tulus. Semoga tahun yang baru ini dipenuhi berkah dan kebijaksanaan. Kita semua sangat berharap dapat melewati setiap hari dengan selamat dan penuh berkah. Terlebih lagi, dalam menyambut tahun baru kita harus berdoa dengan penuh ketulusan. Sesungguhnya, daripada berdoa, lebih baik kita menciptakan berkah setiap hari. Saya sering berkata kepada kalian bahwa cinta kasih berarti menciptakan berkah bagi semua orang. Apa yang harus kita lakukan agar dapat membawa berkah bagi orang lain? Kita harus mengajak orang lain untuk berbuat bajik karena memberi merupakan hal yang paling membahagiakan. Jika kita dapat membimbing orang lain untuk melakukan hal yang membahagiakan setiap hari, maka inilah wujud dari cinta kasih.

Ada relawan yang berkata kepada saya bahwa karena krisis ekonomi, beberapa donatur mereka ingin berhenti berdana. Saya menjawab, “Sungguh disayangkan.” Hal ini bagaikan petani yang telah bekerja keras untuk menggarap ladang dan menabur benih, namun saat benih mulai bertunas, benih ini dibiarkan kering sehingga tak dapat tumbuh besar. Saya sering berkata bahwa kita harus mendoakan diri kita sendiri. Janganlah karena krisis ekonomi, kita menutup kesempatan untuk berbuat bajik. Kesempatan ini harus kita ciptakan sendiri.

Lihatlah Myanmar. Badai Nargis pada bulan Mei 2008 lalu menelan lebih dari 100.000 korban jiwa. Pada saat itu, Tzu Chi meminta insan Tzu Chi Malaysia untuk pergi ke Myanmar karena Malaysia memiliki hubungan diplomatik dan berjarak lebih dekat dengan Myanmar. Setelah tiba di Myanmar, kita segera menyalurkan bantuan darurat dan merencanakan program bantuan jangka menengah. Kita juga membantu mereka memulihkan lahan pertanian agar mereka dapat segera kembali bercocok tanam dengan memberikan benih padi dan pupuk kepada mereka. Dari tahun 2008 hingga sekarang, kita terus mendampingi mereka. Kita dapat melihat warga setempat sungguh hidup dalam kondisi minim. Mereka tak mampu mendonasikan uang. Lihatlah kondisi rumah mereka, dari depan rumah kita dapat melihat hingga ke belakang rumah. Mereka bahkan tak memiliki 4 dinding pembatas yang lengkap.

Sebagian besar warga Myanmar hidup dalam kondisi demikian. Kita juga dapat melihat tempat anak-anak menuntut ilmu. Para siswa dari 7 kelas belajar bersama di sebuah ruangan yang luas. Meski tempat tersebut sangat luas, namun kondisi bangunannya sangat berantakan. Para siswa dari 7 kelas berbagi satu ruangan dengan menghadap arah yang berbeda.

Saat para guru mulai mengajar, para siswa selalu mendengar dengan sungguh-sungguh. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Di sebuah ruangan yang sama, para guru mengajar pada saat bersamaan, bagaimana mungkin para siswa dapat fokus pada pelajaran mereka tanpa terganggu oleh pelajaran kelas lain? Semua pelajaran bercampur aduk menjadi satu. Kita sungguh tidak tega melihatnya.

Karena itu, selain membantu warga setempat memulihkan kehidupan mereka dengan memberikan benih dan pupuk agar mereka dapat kembali bercocok tanam, kita juga membangun sekolah untuk mereka. Bantuan ini telah berlangsung selama lebih dari 2 tahun. Saat menyalurkan bantuan, kita juga berbagi kisah 30 orang ibu rumah tangga yang menyisihkan uang 50 sen setiap hari dalam celengan bambu dengan warga setempat. Mereka pun mengetahui bahwa ternyata Yayasan Buddha Tzu Chi bukan kaya materi, melainkan kaya cinta kasih sehingga dapat menghimpun kekuatan  untuk membantu sesama. Dengan menghimpun kekuatan banyak orang, kita dapat menolong orang yang membutuhkan. Kita tak hanya dapat menolong satu negara, melainkan dapat menolong seluruh dunia. Mereka pun paham tentang hukum sebab akibat dan mengetahui bahwa untuk mendapatkan berkah, kita harus menciptakan berkah terlebih dahulu. Dengan turut berdana sedikit, mereka dapat menolong banyak orang dan turut menciptakan berkah. Namun, karena tak memiliki uang untuk berdana, apa yang dapat mereka lakukan? Setiap hari saat akan memasak nasi, mereka akan memisahkan segenggam beras ke dalam sebuah tempat. Tempat ini disebut celengan beras.

Mereka berkata bahwa meski keluarga mereka harus makan, namun jika ia menyisihkan sedikit beras, mereka tetap dapat makan. Dengan mengurangi sedikit porsi makan, maka beras tersebut dapat digunakan untuk menolong orang lain. Karena memiliki cinta kasih, mereka rela hidup hemat. Mereka dapat membantu orang lain tanpa memengaruhi kehidupan mereka sendiri. Inilah wujud dari cinta kasih, inilah cara menciptakan berkah. Kita harus memberikan kesempatan kepada mereka untuk membangkitkan cinta kasih dan membantu orang yang membutuhkan.

Kita dapat melihat pada tanggal 12 Januari lalu, Haiti dilanda gempa bumi yang dahsyat. Hingga kini, kondisi Haiti masih belum pulih. Banyak warga Haiti hidup dalam kondisi sulit. Kita juga berbagi tentang semangat celengan bambu dengan warga setempat dan berharap mereka dapat terinspirasi dan berpikir bahwa meski hanya dengan berdana 10 sen, mereka dapat membantu banyak orang. Mereka turut berdana dengan penuh sukacita. Saat memasukkan koin ke dalam celengan, berarti mereka sedang menciptakan berkah. Terlebih lagi, saat semua donasi terhimpun, hasilnya sungguh dapat menolong orang lain.

Kegiatan ini harus kita pertahankan. Jika donatur kita berkata, “Karena krisis ekonomi, saya ingin berhenti berdana.” Kita harus berkata padanya, “Jangan berhenti. Anda dapat berdana lebih sedikit, namun terus menciptakan berkah.” Janganlah terus berkata bahwa kondisi ekonomi kita tidak baik. Jika dibandingkan dengan negara lain, Taiwan sungguh memiliki berkah. Janganlah kita menyumpahi ekonomi kita sendiri, sebaliknya kita harus lebih sering mendoakan masyarakat kita. Semoga setiap orang tak berhenti menciptakan berkah. Kita harus menjaga hati donatur kita sebaik mungkin.

Untuk itu, kita harus menjaga hati kita terlebih dahulu. Apakah kita masih antusias seperti saat pertama kali bergabung dengan Tzu Chi dan masih terus berbagi tentang Tzu Chi dengan orang lain? Apakah kita telah menjaga hati dengan baik? Saudara sekalian, kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia agar masyarakat dapat hidup damai dan harmonis. Untuk itu, kita harus mendamaikan hati manusia terlebih dahulu dengan mengajak mereka menciptakan berkah. Dengan begitu, barulah masyarakat akan damai. Jadi, agar setiap orang dapat hidup sehat, setiap keluarga dapat harmonis, masyarakat dapat penuh kedamaian, dan dunia dapat bebas dari bencana, kita harus mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan demikian, barulah kita dapat menciptakan dunia yang bebas dari bencana. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -