Suara Kasih: Sosialisasikan Moralitas dan Etika

Judul Asli:

 

Mensosialisasikan Moralitas dan Etika di Masyarakat

 

Moralitas dan tata krama masyarakat perlu ditingkatkan
Institut Teknologi Tzu Chi mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan Taiwan
Anggota Tzu Ching di Afrika Selatan memerhatikan orang yang menderita
Nenek yang hidup sebatang kara membuka hatinya

Lihatlah masalah di dunia,sungguh penuh penderitaan. Kini cuaca di Amerika Serikat sangat dingin. Angin ribut di Kalifornia Selatan mengakibatkan pemadaman listrik di beberapa tempat. Kondisi cuaca di sana sangat dingin, kekurangan pakaian hangat dan makanan. Insan Tzu Chi bisa merasakan penderitaan yang dialami oleh warga kurang mampu. Karena itu, mereka segera membentuk 3 kelompok untuk mengunjungi komunitas warga yang kurang mampu. Kehidupan warga kurang mampu di tengah musim dingin sungguh penuh penderitaan karena tidak ada aliran listrik. Melihat itu, insan Tzu Chi segera bergerak untuk menyalurkan bantuan. Di mana pun insan Tzu Chi berada, meski di tengah musim dingin, para warga kurang mampu tetap dapat merasakan kehangatan di dunia. Saya sungguh berterima kasih. saya tak bisa menahan diri untuk berterima kasih kepada insan Tzu Chi. Kita juga bisa melihat di Filipina. Sebuah pesawat kecil menabrak sebuah gedung sekolah saat akan mendarat. Kebetulan, pada hari itu anak-anak libur sekolah. Bila tidak, kita sungguh tak dapat membayangkan akibatnya. Kehidupan ini sungguh tidak kekal.

Kita juga dapat membaca sebuah berita di Koran Keng Sheng. Menteri Pendidikan Taiwan memberikan penghargaan kepada Institut Teknologi Tzu Chi. Di antara 165 perguruan tinggi di Taiwan, Institut Teknologi Tzu Chi berada di posisi pertama sebagai sekolah yang paling memiliki tata krama. Hubungan antara guru dan siswa juga sangat baik. Hal ini sungguh menggembirakan. Institut Teknologi Tzu Chi didirikan karena rumah sakit di Hualien kekurangan perawat. Selain itu, anak-anak di wilayah timur Taiwan mengalami kendala untuk mengenyam pendidikan,terutama anak perempuan. Karena berbagai faktor tersebut, kita pun mendirikan sekolah keperawatan. Setelah itu, kita mendirikan sekolah kedokteran. Tzu Chi berharap bisa memberikan pendidikan yang lengkap yang dimulai dari jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, pascasarjana, dan lain-lain.

Kini lebih dari 20 tahun sudah berlalu. Lihatlah, pendidikan para perawat, dokter, maupun orang berbakat dalam masyarakat, semuanya dimulai sejak kecil. Anak-anak adalah harapan masa depan kita. Kita juga bisa melihat anak-anak dari Sekolah Tzu Chi di Tainan mementaskan adaptasi Sutra. Saat saya berkunjung ke Tainan, kepala sekolah, guru, dan para murid dari Sekolah Tzu Chi berkumpul di kantor cabang Tzu Chi. Saya melihat para guru bekerja sama dengan harmonis dan berbagi cerita tentang kisah anak-anak yang menggemaskan. Anak-anak juga berbagi hal-hal yang mereka pelajari di sekolah. Saya sangat senang mendengarnya.

Para orang tua murid sangat berterima kasih kepada misi pendidikan Tzu Chi. Saat berada di rumah, anak-anak selalu berbagi hal-hal yang mereka pelajari di sekolah. Setelah mendengar cerita dari anak-anak, banyak orang tua yang terinspirasi. Sungguh, misi pendidikan Tzu Chi tak hanya diterapkan di sekolah saja. Kita berharap pendidikan sekolah dapat dibawa ke dalam keluarga.

Saya sering berkata bahwa pendidikan anak-anak dimulai dari orang tua, lingkungan keluarga, lalu sekolah, dan masyarakat. Itulah tempat anak-anak menerima pendidikan. Akan tetapi, kini pendidikan dalam keluarga mengalami penurunan. Ini karena moralitas orang tua masa kini terus mengalami penurunan dari generasi ke generasi. Orang tua masa kini selalu menuruti semua keinginan anak-anaknya sehingga mereka mengabaikan rasa bakti. Anak-anak menunjukkan sikap tidak sopan kepada orang tuanya, sedangkan orang tua sangat rendah hati dan selalu meminta maaf kepada anak-anak mereka. Dahulu, anak-anak harus mendengarkan semua perkataan orang tua mereka. Akan tetapi, orang tua kini lebih menuruti perkataan anak-anaknya. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Ini bagaikan pohon tanpa akar. Meski pohon tumbuh dengan subur, namun bila ada terpaan angin, pohon tersebut akan tumbang. Jadi, untuk menanam sebatang pohon, kita harus menanam benih terlebih dahulu agar akarnya bisa tertanam dan menjalar ke tempat yang lebih luas dan dalam.

Kita bisa melihat seorang nenek di Johannesburg, Afrika Selatan. Nenek ini ditinggalkan oleh anak-anaknya. Dia tinggal di pemukiman kumuh. Dia sangat gemar memungut barang-barang sehingga rumahnya menjadi sangat kotor, berbau tidak sedap, dan berantakan. Para tetangga sangat tidak menyukainya dan selalu ingin untuk mengusirnya. Saat itu, ada seorang relawan Tzu Chi bernama Nkwe Semenya melihat nenek yang hidup sebatang kara itu. Dia pun melaporkan kasus ini agar Tzu Chi bisa membantunya. Anggota Tzu Ching setempat pun turut memerhatikan nenek tersebut. Awalnya, nenek menolak bantuan Tzu Ching.

Dahulu dia pernah dirampok karenanya dia tidak percaya pada siapa pun. Saat sekelompok Tzu Ching ingin mencurahkan perhatian, nenek tersebut menolaknya. Akan tetapi, para Tzu Ching tak putus asa.

Sejak awal tahun ini, para Tzu Ching terus melakukan pendekatan secara perlahan-lahan sehingga nenek pun mulai memercayai mereka. Para Tzu Ching berkata kepada nenek bahwa mereka ingin membantu membersihkan rumahnya. Berhubung rumah nenek itu sudah sangat kumuh, para Tzu Ching dan relawan setempat pun membantu membangun rumah baru untuk nenek itu. Mereka membeli bahan bangunan dan membangun rumah sendiri agar nenek tersebut memiliki tempat tinggal yang aman dan bersih. Berkat pendampingan dan pendekatan yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi, hati nenek mulai tenang secara perlahan-lahan. Dia telah merasakan cinta kasih insan Tzu Chi. Dia juga menyisihkan uang dan mendonasikannya untuk membantu sesama.

Akhir kata, kita bisa melihat nenek tersebut menunjukkan senyumannya. Ia telah membuka hati untuk menerima begitu banyak orang di dalam kehidupannya dan merasa aman. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Insan Tzu Chi tersebar ke seluruh dunia. Kita bisa melihat insan Tzu Chi di Indonesia dan Filipina yang menyalurkan bantuan bagi kaum papa. Meski hidup ini penuh dengan penderitaan, namun asalkan ada cinta kasih, maka akan ada harapan. Asalkan ada cinta kasih, maka akan ada kehangatan. Insan Tzu Chi bersumbangsih dengan cinta kasih untuk membebaskan penderitaan orang lain. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia. Saya sungguh berterima kasih. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -