Suara Kasih : Sumbangsih Bodhisatwa

 

Judul Asli:

Sumbangsih Bodhisatwa Bagi Dunia
 

Kerisauan akan keuntungan dan kehilangan tak ada habisnya
Melatih diri agar memiliki kesadaran dan cinta kasih
Mempersiapkan barang bantuan bagi korban bencana
Membebaskan sesama dari penderitaan

Belakangan ini Taiwan juga diguncang gempa bumi berkekuatan di atas 4 skala Richter. Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Bencana yang terjadi silih berganti mengingatkan kita agar senantiasa mawas diri dan tidak terus terbuai oleh nafsu keinginan.

Sebagai makhluk awam, manusia tak henti-hentinya mengejar keuntungan. Setelah memperoleh segalanya, mereka takut kehilangan. Contohnya, perang di Libya. Perang tersebut mengakibatkan seluruh warga negaranya mengalami penderitaan tak terkira. Hal ini karena mereka takut kehilangan. Kerisauan akan keuntungan dan kehilangan adalah penderitaan terbesar dalam hidup.

Manusia menghabiskan seumur hidupnya dengan pemikiran seperti itu. Saat memperoleh hal yang diinginkan, kita merasa bahagia. Namun, berapa lama kebahagiaan itu bertahan? Saat kehilangan, kita akan diliputi kerisauan dan penderitaan. Bagi orang yang memiliki kesadaran, mereka akan segera mengintrospeksi diri dan merenungkan arah hidup mana yang benar. Jika pernah melakukan kesalahan, mereka akan segera mengintrospeksi diri dan kembali ke jalan yang benar. Mereka selalu melenyapkan setiap kekotoran batin yang timbul. Mereka tak akan terpengaruh oleh dunia luar. Hal ini karena mereka senantiasa menjaga pikiran dengan baik. Karena itu, kita sungguh harus menjaga pikiran dengan baik. Itulah hidup yang bijaksana.

Lihatlah Sekolah Tzu Chi di Tainan, Taiwan. Para siswa melakukan acara doa bersama bagi warga Jepang. Mereka bertekad untuk bertobat dan bervegetarian. Melihat hal itu, saya sungguh tersentuh dan bersyukur. Inilah pendidikan yang baik dan benar. Kita dapat melihat para siswa berdiri dengan tegak, berpakaian dengan rapi, dan penuh tata krama. Mereka berdoa bagi korban bencana di Jepang dengan hati yang tulus.

Untuk itu, saya sungguh bersyukur. Sesungguhnya, insan Tzu Chi di Tokyo telah berangkat ke lokasi bencana pada pagi hari tanggal 24 Maret lalu. Lokasi yang mereka tuju berada sangat jauh dari Tokyo, sekitar 9 jam perjalanan dengan mobil. Tempat itu adalah Kota Ofunato, Prefektur Iwate. Mengapa insan Tzu Chi bisa pergi ke tempat sejauh itu? Hal ini berkat jalinan jodoh yang luar biasa. Seorang anggota Iwate Prefectural Assembly yang bernama Yoko Miura adalah teman baik dosen Wang dari Universitas Tzu Chi. Sebelumnya, ia pernah berkunjung ke Taiwan. Karena adanya jalinan jodoh ini, saat Jepang dilanda bencana, ia segera menghubungi insan Tzu Chi di Tokyo.

“Hari ketiga pascabencana, ia menghubungi kami. Ia datang ke Tokyo dengan bus. Ini berarti akses jalan masih bagus. Ia juga berkata kepada kami bahwa untuk melakukan penyaluran bantuan, kami dapat melewati jalan tol. Ini bukanlah masalah. Kami juga dapat mengisi bahan bakar hingga penuh sehingga dapat tiba di lokasi bencana,” kata seorang relawan Tzu Chi.

Ia bersedia membantu Tzu Chi dalam menyalurkan bantuan. Selain menyalurkan bantuan, kita juga terus menyurvei lokasi untuk mengetahui kondisi sekitarnya. Kali ini, staf Da Ai TV dan TVBS juga pergi bersama tim bantuan Tzu Chi. Semoga dengan berangkat ke sana, mereka dapat lebih memahami dan melihat kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana akibat ketidakselarasan empat unsur alam.

Semoga setiap orang dapat mengingat dan memetik hikmah dari bencana yang terjadi. Selama 13 hari pascabencana di Jepang, setiap hari kita terus membahas tentang kondisi setempat. Sesungguhnnya, kita juga tengah menyalurkan bantuan ke negara lain, contohnya Brasil yang ada di belahan bumi selatan.

Pada tanggal 12 Januari lalu, hujan deras mengakibatkan terjadinya tanah longsor. Insan Tzu Chi di Brasil segera menyurvei lokasi pada tanggal 15 dan 16 Januari. Setelah menyurvei lokasi bencana sebanyak 5 kali dan mengadakan penyaluran bantuan skala kecil, pada tanggal 19 dan 20 Maret, insan Tzu Chi mengadakan penyaluran bantuan berskala besar dan baksos pengobatan.

Saya sungguh merasakan cinta kasih Tzu Chi. Saya sungguh berterima kasih. Kita dapat melihat insan Tzu Chi dan para dokter TIMA yang berbudaya humanis memerhatikan para korban bencana dengan penuh kehangatan. Kita tak hanya memberikan perawatan medis, namun yang terpenting adalah memberikan kehangatan dan cinta kasih kepada mereka.

Pada penyaluran bantuan berskala besar dan baksos kesehatan kali ini, stasiun televisi terbesar di Brasil meliput berita ini agar dapat disaksikan oleh seluruh warga Brasil. Selain itu, Central News Agency dari Taiwan juga turut meliput kegiatan ini. Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi di Brasil. Dengan jumlah insan Tzu Chi yang sedikit, mereka mampu mengadakan penyaluran bantuan berskala besar serta menyurvei lokasi selama 5 kali dan penyaluran bantuan skala kecil. Melihat kerja keras mereka, saya sungguh bersyukur dan tersentuh.

Kita juga dapat melihat pascabencana di Selandia Baru, insan Tzu Chi juga mengadakan penyaluran bantuan skala besar. Selain itu, mereka juga mengadakan acara doa bersama bagi warga Jepang serta mensosialisasikan pola hidup vegetarian. Untuk itu, saya sungguh berterima kasih. Setiap insan Tzu Chi memiliki hati Buddha dan membangkitkan niat bajik setiap hari. Setelah mendengar himbauan saya, mereka segera mempraktikkannya. Untuk itu, saya sungguh berterima kasih. Mereka bekerja dengan kesatuan hati. Inilah semangat kita. Baiklah, kita harus berdoa dengan tulus agar para insan Tzu Chi di Jepang dapat tiba di Ofunato dengan selamat. Semoga semua orang di dunia hidup damai. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -