Suara Kasih : Tanggung Jawab di Dunia

 

Judul Asli:

Memikul Tanggung Jawab
Atas Segala Hal di Dunia
 

Senantiasa menyelami Dharma agar batin tak ternoda
Mengembangkan welas asih dan melindungi akar kebajikan
Memikul tanggung jawab atas segala hal di dunia
Hidup dalam keterbatasan namun memiliki kekayaan spiritual

Dalam musibah kebakaran besar, kita dapat melihat kehangatan cinta kasih. Di dunia ini, insan Tzu Chi membabarkan dan mempraktikkan ajaran Buddha. Setelah membuka mazhab Tzu Chi, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Semua insan Tzu Chi memiliki tekad yang sama, yakni menyelami Dharma dengan hati yang murni. Setiap hari saya mengingatkan kalian semua agar menjaga hati dengan baik dan tak membiarkan pikiran menyimpang menodai batin kita. Sebagai manusia biasa, hati kita selalu digoda oleh pikiran buruk. Namun, setelah mengenal Dharma, kita harus mempraktikkannya dalam keseharian. Dharma dapat membuat hati kita tenang. Asalkan kita tak kekurangan sandang dan pangan, itu sudahlah cukup. Orang zaman kini selalu mengejar kepuasan dan tak pernah merasa cukup.

Baru-baru ini beberapa pengusaha dari luar negeri datang berkunjung. Mereka menceritakan kepada saya tentang bisnis mereka. Setelah mendengarnya, saya berpikir bahwa manusia sungguh tak pernah merasa puas. Meski bisnis mereka sangat besar dan diakui di dunia internasional, mereka masih merasa belum cukup dan merasa bertanggung jawab untuk lebih mengembangkan usahanya tersebut. Mereka menyebutnya “tanggung jawab”. Tanggung jawab kita sesungguhnya adalah menangani semua masalah yang terjadi di dunia, seperti permasalahan dalam masyarakat maupun pemanasan global. Jadi, tanggung jawab kita sebenarnya adalah memberi manfaat bagi semua orang di dunia. Kita harus saling menyadarkan agar semua orang memikul tanggung jawab ini. Kita harus menyelami Dharma dan membabarkannya kepada semua orang. Inilah yang harus kita lakukan setiap saat. Jadi, kita harus mengembangkan welas asih agar akar kebajikan terus tertanam dalam hati, juga saling mengasihi dan membantu antarsesama. Kita harus banyak belajar dari kebaikan dan kebajikan yang dilakukan orang lain serta membagikannya untuk menginspirasi sesama. Kita harus saling mendukung agar akar kebajikan tetap tertanam dalam hati. Kita harus saling mengasihi dan membantu agar kebenaran, kebajikan, dan keindahan dalam diri seseorang dapat terinspirasi.

Bukankah tadi kita telah melihat para insan Tzu Chi yang ada di berbagai negara? Mereka adalah Bodhisatwa dunia yang terus bersumbangsih untuk menginspirasi banyak orang. Mereka sungguh memanfaatkan setiap kesempatan dengan baik untuk berkontribusi serta giat menyebar benih dan menggarap lahan sehingga satu benih dapat tumbuh menjadi tak terhingga. Dengan sepenuh hati, insan Tzu Chi memanfaatkan tiap kesempatan untuk menginspirasi orang lain.

Dalam menyambut Tahun Baru Imlek, insan Tzu Chi mengadakan perayaan dan mengundang warga setempat untuk hadir. Tahun ini, selain di Taiwan, ada 36 negara yang mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun dengan total 264 perayaan yang dihadiri oleh lebih dari 300 ribu orang. Dalam acara tersebut, banyak orang yang menyerahkan koin-koin yang mereka tabung di celengan bambu.

Di Belanda, keberadaan Tzu Chi adalah hal baru di sana. Meski demikian, para relawan setempat mengoordinir acara ini dengan sepenuh hati. Sebanyak 160 orang menghadiri acara pemberkahan tahun ini. Setiap orang membawa celengan bambu dan menuangkan isinya. Kita dapat melihat kesediaan orang-orang dalam bersumbangsih dan mereka juga saling mendukung. Jumlah insan Tzu Chi di Inggris tak banyak. Namun, mereka tetap mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun setiap tahunnya dan berdoa bagi kedamaian dunia. Hal ini sungguh membuat saya tersentuh.

Demikian juga di Afrika Selatan. Setiap kali berbicara tentang sekelompok relawan dari Zulu ini, saya selalu merasa bahwa mereka sungguh adalah teladan bagi kita. Meski hidup serba kekurangan, mereka tetap membantu orang yang membutuhkan. Ini menunjukkan bahwa meski miskin materi, mereka memiliki kekayaan spiritual. Melihat kesungguhan hati mereka, kita harus berterima kasih kepada insan Tzu Chi dari Taiwan yang pergi ke Afrika Selatan. Mereka bertekad untuk berkontribusi bagi warga di negara kurang makmur ini dengan menjadi teladan bagi warga setempat. Meski relawan dari Taiwan tidaklah banyak, namun dengan sepenuh hati, mereka menginspirasi warga setempat. Kini, semua misi Tzu Chi tengah dijalankan dan berakar di sana.

Tak hanya di Afrika Selatan, para relawan juga menjejakkan kaki di Lesotho untuk berbagi dan menginspirasi warga lokal. “Sejak bergabung dengan Tzu Chi, saya paham makna cinta kasih universal. Setiap kali melihat orang kurang mampu, saya tahu apa yang harus saya lakukan. Meski hidup dalam kondisi serba sulit, mereka mampu membuat hidup penuh makna,” kata seorang relawan setempat.

Untuk membuat hidup kita bermakna, kita harus mengambil langkah sendiri. Di Thailand, ada seorang siswa dari Sichuan, Tiongkok. Melihat Tzu Chi menyalurkan bantuan ke Sichuan pascabencana, ia merasa tersentuh dan mulai menabung di celengan bambu. Suara koin yang dimasukkan ke dalam celengan sangatlah indah. Ini sungguh adalah suara cinta kasih. Tetes demi tetes cinta kasih yang terhimpun akan dicurahkan kepada orang yang membutuhkan. Pengalaman ini sungguh tak terlupakan.

Para Bodhisatwa sekalian, kita sungguh tersentuh melihatnya. Pada tahun 2004, terjadi bencana tsunami di Sri Lanka. Tzu Chi tak hanya memberikan bantuan darurat, namun juga memerhatikan orang kurang mampu hingga saat ini. Kita telah meringankan beban banyak orang dan warga setempat pun melihat kontribusi kita. “Saya sangat berterima kasih atas bantuan kalian bagi orang-orang di sini. Meski donasi dari setiap orang sangat sedikit, namun bila dihimpun, ia akan menjadi kekuatan yang sangat besar untuk menolong orang. Inilah yang selalu saya cari. Karenanya, saya sungguh senang,” kata seorang warga Sri Lanka. “Saya tak mengira ada orang yang hidup sangat menderita di sini. Saat datang ke tempat ini, barulah saya tahu kondisi kehidupan warga di sini. Ini adalah pelajaran yang baik bagi saya,” kata siswa Sichuan tersebut.

Akhir kata, kita berharap semua orang di dunia dapat berbuat kebajikan dan menyebar benih kebajikan ini ke berbagai penjuru dunia. Hal ini dapat terus dilakukan asalkan kita tak membeda-bedakan suku dalam memikul tanggung jawab ini. Bila kita dapat memikul tanggung jawab demi kesejahteraan semua orang di dunia, maka kita adalah Bodhisatwa dunia. Sungguh banyak hal yang membuat saya tersentuh dan bersyukur. Semua kisah yang menginspirasi harus sering kita bagikan kepada orang lain. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -