Suara Kasih : Teguh Menjalankan Niat Baik

Warga Perancis berunjuk rasa dengan mogok kerja
Senantiasa hidup rajin dan hemat
Kegiatan daur ulang mengurangi jumlah sampah
Teguh menjalankan niat baik

Kesejahteraan warga Perancis cukup baik. Mereka hanya bekerja 35 jam setiap minggunya. Dana pensiun mereka juga sangat tinggi dan pada usia 60 tahun, mereka sudah boleh pensiun.

Sekarang ini, karena pemerintah berencana menunda usia pensiun dari 60 tahun menjadi 62 tahun, jutaan pekerja melakukan unjuk rasa dengan mogok kerja. Akibatnya, kondisi masyarakat menjadi kacau karena SPBU tak beroperasi, dan yang lebih mengkhawatirkan, sampah berserakan di mana-mana sehingga timbul bau tak sedap yang sangat menyengat hidung.

Perancis adalah negara yang indah. Namun, lihatlah kondisi setempat sekarang ini. Sungguh sulit kita pahami. Karena para pekerja berunjuk rasa, tak ada yang mengumpulkan sampah. Pikirkanlah, semua orang menciptakan sampah setiap hari. Saat saya melakukan perjalanan, pemerintah daerah di wilayah mana pun berkata kepada saya bahwa berkat kegiatan daur ulang Tzu Chi, kini mereka tak perlu lagi membakar sampah. Di wilayah selatan pun demikian. Kegiatan daur ulang tak hanya dilakukan oleh relawan Tzu Chi saja, melainkan juga para warga yang terinspirasi. “Kegiatan daur ulang di Taiwan sangatlah baik. Banyak orang berkunjung ke Taiwan untuk melihat dan mempelajari cara melakukan kegiatan daur ulang ini. Kami sangat terkesan dengan relawan Tzu Chi. Kalian tak hanya melindungi bumi, namun juga membantu orang-orang yang menderita di dunia ini. Kami sungguh terkesan dengan organisasi ini,” kata seorang warga.

Saya sungguh bersyukur atas kesungguhan hati para relawan daur ulang. Jika dibandingkan dengan negara lain, Taiwan sungguh penuh berkah. Ini dikarenakan semua warga Taiwan bersedia turut serta melindungi bumi dan merasa bertanggung jawab atas bencana yang terjadi. Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi. Kita dapat melihat bahwa usaha pencarian korban di Jalan Tol Suhua masih terus dilakukan. Tim penyelamat terus bergerak di dataran maupun mendaki tanah pegunungan yang rentan. Meski hujan turun tanpa henti, mereka tetap melakukan pencarian.

Ini semua demi keluarga korban yang datang dari Tiongkok ke Taiwan untuk melihat anggota keluarga mereka. Meski kemungkinan korban ditemukan dalam keadaan selamat sangatlah kecil, namun tim penyelamat tetap ingin memenuhi keinginan keluarga korban untuk melihat korban dalam kondisi hidup maupun mati. Karena itu, mereka terus melakukan pencarian di darat, laut, maupun dari udara.

Beberapa hari lalu, insan Tzu Chi menerima telepon dari Dinas Kesehatan Yilan yang meminta bantuan agar para relawan Tzu Chi dapat mendampingi dan menghibur keluarga korban. Salah seorang keluarga korban sangat terpukul saat tiba di lokasi bencana sehingga ia jatuh pingsan. Ketika ambulans datang, insan Tzu Chi tengah mendampingi wanita itu. Saat di rumah sakit pun, para relawan tetap menemaninya. Di dunia ini, semua orang adalah keluarga kita. Saat mereka menderita, kita harus menolong. Di mana ada orang menderita, di situ pasti ada insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi tak mengharapkan pamrih, melainkan ketenangan hati semua orang dan berharap agar mereka dapat segera bebas dari penderitaan. Inilah Bodhisattva dunia yang mengisi kehidupannya dengan hal bermakna, yakni dengan mengulurkan tangan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Kita juga melihat petugas kebersihan saluran air. Lihatlah, mereka melakukan pekerjaan yang enggan dilakukan oleh orang lain. Mereka turun ke saluran air yang sangat kotor dan berbau tak sedap. Ketika ditanya apakah pekerjaan ini melelahkan dan mereka ingin berganti pekerjaan, mereka menjawab, “Saya pernah berpikir demikian saat masih muda. Namun, bila dilihat dari segi pandang lain, dini hari saat semua orang masih terlelap, kami sudah berada di sini untuk membersihkan saluran air. Dapat menolong orang lain membuat kami merasa bahagia.”

Banjir telah terjadi beberapa kali, bahkan genangan air ada yang setinggi satu lantai rumah. Saat banjir melanda, warga akan kehilangan harta benda karena rusak terendam maupun hanyut sehingga mereka harus membeli yang baru. Kita hendaknya menempatkan diri pada posisi mereka, bukankah demikian? Bila kita yang tertimpa bencana, bagaimana perasaan kita? Lihatlah, niat mereka yang baik ini telah membuat mereka menjadi Bodhisattva dunia. Mereka tak mengejar kesenangan pribadi. Mereka menjalankan pekerjaannya demi kesejahteraan orang banyak.

Asalkan dapat bermanfaat bagi orang lain, sesulit apa pun kondisinya, mereka akan tetap bertahan. Kotor dan bau tak sedap yang dihindari orang lain tak mereka pedulikan demi menolong orang banyak.

Singkat kata, janganlah kita terus mengejar kesenangan pribadi. Pikirkanlah, berkat kerja keras orang lain, kita dapat berjalan di atas jalan yang mulus, menikmati lingkungan yang bersih, dan melewati setiap hari dengan tenteram. Tidakkah kita menghargai kerja keras orang lain yang memberikan kemudahan hidup bagi kita? Intinya, kita harus meningkatkan makna hidup kita dengan memberi manfaat bagi orang lain. Dengan demikian, hidup kita tak sia-sia.

Kehidupan manusia sangatlah singkat dan hidup mati hanya sebatas tarikan napas. Apa yang akan terjadi pada detik berikutnya, tak ada orang yang tahu. Jadi, mengapa kita tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin? Sampai kapan kita akan menundanya? Jadi, manfaatkanlah waktu sebaik mungkin dan teguhlah dalam menjalankan tekad. Saat niat baik timbul dalam hati, kita harus mempertahankan dan menjalankannya dengan teguh. Semoga niat baik kita tidak seperti gelembung yang lenyap dalam sekejap. Akhir kata, saya berharap setiap orang dapat senantiasa memiliki niat yang baik dan teguh dalam menjalankannya.

 Diterjemahkan oleh: Lena 
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -