Suara Kasih: Tekad Mulia di Awal Musim Semi
Judul Asli:
Membangun ikrar agung di tahun baru | |||
Pada Tahun Baru ini, saya ingin mendorong kalian semua untuk bersama-sama membangun ikrar agung. Waktu sangat berharga bagaikan emas, bahkan lebih berharga daripada emas karena waktu yang sudah berlalu tak akan bisa kembali lagi. Jadi, kita harus menggenggam setiap detik yang ada untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Jadi, kita hendaknya membangun ikrar agung di tahun baru ini, membangkitkan tekad besar di awal musim semi, bersyukur atas yang sudah berlalu demi mengembangkan jodoh baik, berikrar menumbuhkan jiwa kebijaksanaan hingga masa depan. Saya harap beberapa patah kata ini dapat kita ingat dan jalankan bersama. Hari ini tanggal 9 Februari kalender Masehi. Dalam sejarah Tzu Chi hari ini, tepatnya 9 Februari 1969, kita mengadakan bantuan musim dingin untuk yang pertama kalinya. Sejak tahun 1966, kita sudah membagikan beras atau uang kepada penerima bantuan, tetapi tidak ada pembagian musim dingin. Dimulai tahun 1969, kita baru mengadakan pembagian bantuan musim dingin dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek. Sejak Badan Amal “Ke Nan” Tzu Chi didirikan pada tahun 1966, kita senantiasa mengembangkan niat baik dan terus mendorong setiap orang untuk membangkitkan niat baik. Kita masih ingat pada masa celengan bambu, saya tidak mau kalian menyumbang 15 dolar NT sekali per bulan, saya ingin kalian menyumbang 50 sen setiap hari karena saya ingin setiap orang senantiasa ingat untuk membangkitkan niat baik dengan menyisihkan 50 sen setiap hari. Setiap hari kita harus memiliki niat untuk berdana dan menolong orang. Dengan demikian, kita senantiasa memiliki niat baik, dan jiwa kebijaksanaan kita bertumbuh setiap hari. Benar, jika kita dapat membangkitkan niat baik setiap hari dan setiap saat, berarti setiap hari pula kita memiliki niat menciptakan berkah. Kita bersumbangsih bagi orang lain, tetapi juga mengembangkan berkah | |||
| |||
Mereka tak dapat berjalan jauh. Insan Tzu Chi mengatasi berbagai kesulitan dengan cinta kasih untuk menjangkau mereka bagaikan anak-anak yang pulang menjenguk para orang tua. Insan Tzu Chi membawakan selimut dan jaket yang hangat serta makanan. Sungguh penuh kehangatan. Mereka membutuhkan empat sampai lima hari untuk membagikan bantuan di sana karena kondisi pegunungan yang sulit. Mengetahui mereka menghadapi medan yang sulit, setiap hari saya merasa khawatir. Akan tetapi, melihat bagaimana warga setempat menyambut insan Tzu Chi dengan penuh sukacita dan bagaimana insan Tzu Chi membawa penghiburan dengan penuh kehangatan, hati saya sungguh merasakan rasa syukur yang sangat dalam. Kita juga melihat di daerah yang cukup maju seperti Jiangsu dan Shanghai juga masih banyak orang yang menderita. Insan Tzu Chi sangat bersungguh hati. Mereka meminta pemerintah setempat untuk memberikan data keluarga kurang mampu yang akan mereka kunjungi dan tinjau satu per satu. Kita juga memberi mereka keperluan Tahun Baru Imlek. Kita juga melihat beberapa murid yang cinta kasihnya telah terbangkitkan. Lewat bersumbangsih, mereka memahami bahwa berbakti dan berbuat baik tak dapat ditunda. Mereka pun dapat menyadari berkah setelah melihat penderitaan orang. Inilah metode pendidikan terbaik. | |||
| |||
“Di dunia ini tiada orang yang tak saya kasihi. Di dunia ini tiada orang yang tak saya percayai. Di dunia ini tiada orang yang tak dapat saya maafkan,” kata Cheng Cheng. Ini kalimat kesukaanmu?” tanya ibunya. “Ya,” jawabnya. Saat mendengar ibunya membaca tentang berjalan harus lembut agar tak menyakiti bumi, dia juga mulai mempraktikkannya. Dia tak berani melangkah dengan kasar. Dia selalu melangkah dengan ringan. Dia juga melakukan daur ulang. “Setiap hari kamu melakukan daur ulang? Di mana kamu melakukannya?” tanya relawan. “Di rerumputan. Apa saja yang kamu kumpulkan?” “Botol dan yang lainnya,”jawan Cheng Cheng. “Cheng Cheng, apa yang kamu ambil? Coba bibi lihat,” tanya relawan, “apa ini? Ini bisa didaur ulang?” “Bisa,” jawab Cheng Cheng. “Ini termasuk jenis apa?” “Kertas,” jawab Cheng Cheng. “Sebanyak ini mau kamu bawa ke mana?” tanya relawan. “Ke Tzu Chi,” jawabnya. “Dengan mendaur ulang bisa melindungi apa?” “Bumi,” jawab Cheng Cheng. Semua ini adalah berkat insan Tzu Chi. Saya selalu berkata bahwa saya sangat memerhatikan Tiongkok. Tiongkok amat luas, jumlah populasinya pun besar. Kita harus membawa semangat Tzu Chi ke sana agar orang-orang di sana juga dapat saling memerhatikan. Kita memerlukan lebih banyak Bodhisatwa dunia. Karena itu, para insan Tzu Chi bertekad untuk mewakili saya pergi ke sana. Di dalam diri anak itu kini telah tertanam benih Tzu ChiHatinya begitu cemerlang. Dengan adanya anak-anak seperti itu, di keluarga mana pun mereka terlahir dan berjodoh, mereka dapat menginspirasi orang tua mereka hingga orang-orang di sekitar mereka. Singkat kata, Bodhisatwa dunia berikrar untuk selama-lamanya membimbing orang-orang yang berjodoh di mana pun mereka berada. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou) | |||