Suara Kasih: Terus Mewariskan Cinta Kasih

 

Judul Asli:

Terus Mewariskan Cinta Kasih hingga ke Seluruh Dunia

Mewariskan ajaran Jing Si hingga ke Kanada
Merayakan ultah ke-20 kantor Tzu Chi Kanada dengan penuh sukacita
Mengajak ibu untuk bervegetarian demi membalas budi luhur orang tua
Tidak berhenti dalam mewariskan cinta kasih

“Kantor Cabang Tzu Chi Kanada berdiri pada tahun 1992, memegang teguh ajaran Master Cheng Yen, segenap kekuatan menyebarkan semangat bersyukur, menghormati, dan mengasihi. Kita semua  memahami yang dilakukan insan Tzu Chi.” Mereka berkontribusi di seluruh dunia tanpa keraguan. Saya tahu beberapa tahun lalu, sebuah kebakaran dahsyat terjadi di Burnaby. Pada pukul lima  dini hari, insan Tzu Chi sudah berada di lokasi bencana  untuk membantu keluarga yang rumahnya terbakar. Begitulah mereka. Di mana pun bencana terjadi, merekalah yang pertama tiba. Ada beberapa hal yang mungkin kalian tidak ketahui. Saat insan Tzu Chi pergi menyalurkan bantuan, mereka merogoh kocek sendiri untuk  membayar biaya perjalanan dan makanan karena prinsip mereka adalah bersumbangsih tanpa pamrih. Setiap kali saya memerlukan bantuan, sekali menelepon,insan Tzu Chi segera datang.”

Saya sungguh bersyukur melihat kantor cabang Tzu Chi di Kanada telah memasuki tahun ke-20. Benih pertama di Kanada adalah adalah Ji Heng dan istrinya, Ci Yu. Pasangan Bodhisatwa ini berangkat ke Kanada dan membantu menyebarkan benih Tzu Chi. Sebelum berimigrasi ke Kanada, mereka berikrar kepada saya bahwa mereka akan menyebarkan benih cinta kasih Tzu Chi di Kanada. Benih cinta kasih yang mereka sebarkan selama lebih dari 20 tahun itu kini telah membuahkan hasil. Setiap benih itu mengakar dengan kokohdan bertumbuh subur serta menghasilkan buah yang lebat. Insan Tzu Chi di Kanada berjalan maju dengan langkah yang sangat mantap. Mereka senantiasa terjun ke masyarakat untuk mencurahkan perhatian bagi lansia di panti jompo dan bagi tunawisma. Di sana ada banyak orang Tionghoa yang menjadi penghuni panti jompo. Karenanya, saat insan Tzu Chi datang, para lansia bagaikan melihat anak dan cucu sendiri yang sayang dan berbakti kepada mereka.Cara insan Tzu Chi berinteraksi sungguh membuat para lansia merasa sukacita. Ini sangatlah penting. Para lansia yang merupakan orang Tionghoa ini meninggalkan kampung halaman mereka dan menjadi lansia yang hidup kesepian di negeri orang. Mereka sungguh membutuhkan perhatian dan cinta kasih. Akan tetapi, ada pula seorang lansia berusia 90 tahun yang mendampingi para lansia yang lebih muda dibanding dirinya. Ini adalah Panti Jompo Little Mountain.

Saya sudah menjadi relawan di sini selama belasan tahun. Saya berusia 90 tahun. Ini adalah Bodhisatwa lansia bernama Guo Cui-rong.Lihatlah, dia sudah berusia 90 tahun.  Dia masih bisa berjalan dengan begitu tegap dan cepat. Selain itu, dia juga bisa berbahasa Inggris, Jepang, Mandarin, dan bisa berdialek Taiwan. Meski sudah berusia 90 tahun, pikirannya masih sangat jelas dan gerakannya masih energik.Ada pula seorang relawan berusia 85 tahun yang setiap harinya selalu menyiapkan makanan, membantu bersih-bersih, dan lain-lain.  “Saya berusaha melakukan apa saja yang saya bisa. Jika relawan lain tidak memiliki waktu, saya akan membantu melakukan pekerjaannya. Contohnya, jika relawan lain  tidak sempat memotong sayur, saya akan membantu memotong jika ada waktu. Jika ada tempat yang kotor, saya akan membantu membersihkan,” ucapnya. Jika ada anak muda yang hendak membantunya, dia selalu berkata, “Tidak perlu.”  Lihatlah semangatnya. Jadi, janganlah kita merasa sudah tua.

Tadi kita telah melihat dua Bodhisatwa lansia berusia 90 dan 85 tahun yang masih begitu energik dan memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Saat musim dingin, insan Tzu Chi juga memberikan kehangatan bagi para tunawisma. Mereka menyiapkan makanan hangat vegetarian bagi para tunawisma setiap bulannya. Jadi, gubernur dan wali kota setempat sangat memuji insan Tzu Chi. Dalam Festival budaya Taiwan setiap tahunnya, mereka selalu berinisiatif menghadiri kegiatan yang digelar oleh Tzu Chi. Sebagai bentuk pengakuan terhadap sumbangsih insan Tzu Chi, mereka memberikan beberapa penghargaan serta menetapkan satu hari sebagai Hari Tzu Chi. Tak hanya Hari Tzu Chi, pemerintah Vancouver bahkan menetapkan satu hari  sebagai Hari Master Cheng Yen. Ini mereka lakukan demi mendukung kontribusi para orang baik di masyarakat. Sekelompok orang baik di masyarakat ini memiliki hati yang lapang, pikiran yang murni,dan selalu bekerja sama dengan  harmonis untuk selalu bersumbangsih di masyarakat. Dengan bersumbangsih seperti itu, tentu saja mendapatkan  rasa hormat dan cinta kasih dari setiap orang. Inilah sumbangsih para insan Tzu Chi. Mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh, bukan demi mencari nama. Insan Tzu Chi telah bersungguh-sungguh menapaki Jalan Bodhisatwa yang terbentang di tengah masyarakat. Saya sungguh bersyukur.

Mereka juga menanam sayuran sendiri. Sayuran itu bukan untuk dikonsumsi sendiri, tetapi diberikan kepada orang yang membutuhkan melalui bank makanan. Sungguh, setiap benih yang mereka tabor kini telah menghasilkan buah. Inilah yang disebut sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih. Janganlah kita hanya berbicara  tanpa melakukannya. Dengan melakukan,  barulah kita bisa mendapatkan hasil. Saat benar-benar  menanam benih, barulah kita bisa menuai buah yang sangat indah ini. Ada banyak hal yang patut saya syukuri.

Kita juga melihat sebuah kisah penuh kehangatan tentang lima kakak beradik di Malaysia. Demi membalas budi luhur orang tua mereka, kelima kakak beradik ini menghabiskan waktu yang panjang untuk membujuk sang ibu agar menggunakan makanan vegetarian dalam memberikan persembahan bagi almarhum ayah mereka. Awalnya, saat sang ibu mendengar mereka ingin memberi persembahan makanan vegetarian, sang ibu sedikit tidak setuju. Akan tetapi, kelima kakak beradik ini  tetap tidak menyerah. Demi berbakti dan mensosialisasikan vegetarianisme mulai dari orang-orang terdekat, mereka tetap tidak menyerah. Melihat semangat mereka, saya  sungguh merasa kagum. Kita harus membangkitkan  cinta kasih setiap orang. Selain itu, kita juga harus melenyapkan karma buruk membunuh dari akarnya. Cara terbaik adalah  kita harus mensosialisasikan vegetarianisme. Dengan demikian, setiap orang bisa membangkitkan cinta kasih dan welas asih. Dengan bervegetarian, kita tidak akan menciptakan karma membunuh. Dengan begitu, kita baru bisa melenyapkan karma buruk dari akarnya.

Kita juga melihat Filipina. Lebih dari satu bulan ini, bencana terjadi silih berganti di sana. Asalkan ada angin topan  terbentuk di atas permukaan laut, Filipina akan terkena dampak yang membawa bencana. Jadi, lebih dari satu bulan ini, insan Tzu Chi setempat sangat sibuk memberikan bantuan di lokasi bencana. Program bantuan lewat pemberian upah masih terus dijalankan demi membersihkan lokasi bencana. Topan Sanba juga mendatangkan bencana banjir di sana meski tidak menerjang Filipina. Proses pembersihan di Filipina baru selesai. Akan tetapi, Topan Sanba  kembali mendatangkan hujan lebat. Karena itu, insan Tzu Chi segera bergerak untuk memberikan bantuan. Kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan mengembangkan cinta kasih. Janganlah kita berhenti menyebarkan cinta kasih. Kita harus terus mewariskan cinta kasih tanpa lengah sedikit pun. Inilah Bodhisatwa yang datang ke dunia karena adanya makhluk yang menderita. Jadi, untuk menjadi Bodhisatwa, janganlah kita takut bekerja keras. Dengan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa, barulah kita bisa memahami ajaran Buddha yang berkata bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Di dunia yang penuh Lima Kekuruhan ini, bencana terjadi silih berganti. Orang yang aman dan tenteram hendaknya menolong orang yang menderita. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -