Suara Kasih : Tetap Mawas Diri
Judul Asli:
Tetap Mawas Diri Meski dalam Kondisi Selamat
Mengenang bencana badai topan 12 tahun silam
Bumi yang rentan membutuhkan cinta kasih
Bersatu hati membantu korban bencana
Kehidupan yang aman dan tenteram adalah berkah
Topan Megi telah berlalu 5 hari. Operasi pencarian korban masih terus dilakukan. Lebih dari 20 orang yang sebagian besar adalah turis dari Tiongkok masih belum ditemukan. Keluarga para turis tersebut telah datang ke Taiwan untuk melihat kondisi anggota keluarga mereka baik dalam keadaan hidup maupun meninggal. Kita dapat memahami perasaan keluarga korban.
Tim penyelamat melakukan pencarian di darat, laut, maupun dari udara. Mereka sungguh berusaha sekuat tenaga. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Beberapa hari lalu, tim penyelamat menemukan bagian-bagian bus yang hancur dan beberapa helai pakaian untuk diidentifikasi keluarga korban. Namun, ketika melihat barang yang ditemukan, keluarga korban merasa lebih sedih lagi. Sebelum melihat barang-barang tersebut, mereka masih menaruh sedikit harapan dan mengharapkan keajaiban. Namun, setelah melihat bagian bus yang hancur, barang, dan pakaian milik korban, kesedihan mereka makin tak terkira.
Bagaimana pun, semua orang telah berusaha keras. Bencana yang sama terus terulang. Saya ingat pada bulan Oktober tahun 1998 lalu, Taiwan terkena dampak dari 2 badai topan dalam waktu 2 minggu. Topan yang pertama adalah Topan Zeb. Kemudian, pada tanggal 26 Oktober 1998, Taiwan terkena dampak dari Topan Babs.
Topan Zeb adalah topan berkekuatan besar sedangkan Topan Babs adalah topan berkekuatan sedang. Kedua topan tersebut tak langsung melanda Taiwan sama seperti Topan Megi kali ini. Taiwan hanya terkena dampaknya, namun kerusakan yang diakibatkan amat parah. Keelung, Xizhi, Yilan, dan Hualien mengalami tanah longsor dan banjir. Bencana tersebut terjadi saat saya sedang melakukan perjalanan. Dari wilayah tengah, saya segera menuju Taipei. Saya melihat semua relawan sibuk mempersiapkan penyaluran bantuan.
Pascabencana pada tahun 1998 lalu, insan Tzu Chi sungguh bekerja keras dalam menyalurkan bantuan. Insan Tzu Chi dari wilayah tengah Taiwan pun turut membantu. Selama beberapa waktu itu, insan Tzu Chi sungguh bekerja keras. Sejak pertengahan Oktober hingga 9 November 1998, mereka bekerja tanpa kenal lelah. Melihat kerusakan yang terjadi, kita sungguh dapat merasakan rentannya bumi ini. Sejarah 12 tahun yang lalu kini terulang kembali. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan karena kehidupan ini tidaklah kekal. Meski topan ini tak langsung melanda Taiwan, namun tetap mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.
Kini, sebuah topan lain telah terbentuk di atas Samudera Pasifik. Kita harus sungguh-sungguh meningkatkan kewaspadaan. Bencana yang terjadi pada tahun 1998 lalu sungguh mirip dengan bencana kali ini. Hanya saja, kali ini daerah yang mengalami kerusakan parah adalah Suao. Selama 3 hari ini, hampir 3.300 insan Tzu Chi telah berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan. Setiap relawan membawa peralatan masing-masing dan berkumpul di stasiun kereta api pagi-pagi sekali.
Insan Tzu Chi bergerak dengan tertib agar tak mengganggu kenyamanan penumpang lain. Mereka sungguh memiliki pengertian serta menunggu kereta api dengan sabar. Saya juga sangat berterima kasih kepada instansi kereta api Taiwan. Saat mengetahui insan Tzu Chi akan menyalurkan bantuan ke lokasi bencana, mereka menambah sebuah gerbong khusus untuk mengangkut barang bantuan. Saya sangat bersyukur atas hal ini. Relawan yang bertugas mengurus tiket kereta api pun sangat bekerja keras.
Kegiatan pembersihan dilakukan selama 3 hari ini. Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi dari Taipei, Hualien, dan relawan setempat. Banyak relawan setempat yang rumahnya juga dilanda banjir. Setelah membersihkan rumah sendiri dengan dibantu oleh relawan lain, mereka segera bergerak untuk menyurvei lokasi, memerhatikan korban bencana, menyalurkan barang bantuan, dan membersihkan rumah-rumah warga. Lihatlah, insan Tzu Chi setempat memerhatikan korban dengan penuh cinta kasih dan menolong mereka membangun kehidupan kembali. Inilah cinta kasih insan Tzu Chi.
Seorang anak muda di Nanfangao segera menyuruh para tetangganya mengungsi ketika ia melihat dan mendengar suara tanah longsor. Seorang tetangga berteriak agar semua orang segera melarikan diri. Ia sungguh orang yang baik. Ia membantu menggendong anak kecil dan orang tua yang tak bisa berjalan. ”Saat itu, saya tak memikirkan keselamatan diri sendiri. Saya hanya berusaha menolong orang sebanyak mungkin karena jika satu orang meninggal, maka kami akan kekurangan satu tetangga,” kata pemuda tersebut.
Kontribusinya sungguh patut dipuji. Sumbangsihnya yang penuh cinta kasih sungguh mengagumkan. Sungguh, kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kehidupan manusia sangatlah singkat. Bencana demi bencana datang melanda dan kerusakan pun akan terus terjadi. Demi generasi penerus, kita harus mengasihi bumi ini. Karena itu, dalam keseharian, kita harus menjaga hati dengan baik sehingga kita tak melakukan hal-hal yang dapat merusak alam.
Jika iklim bersahabat, kehidupan manusia pun dapat aman dan tenteram. Kondisi iklim yang bersahabat adalah berkah. Kehidupan yang aman dan tenteram adalah kehidupan yang penuh berkah. Karena itu, kita harus memanfaatkan setiap saat untuk menciptakan berkah.
Beberapa hari lalu, usai kebaktian pagi, saya berbicara dengan insan Tzu Chi di Pakistan melalui konferensi video. Saya sungguh berterima kasih kepada para pengusaha Taiwan yang berada di sana, juga warga setempat yang sangat mendukung proses penyaluran bantuan Tzu Chi. Melalui konferensi video, saya menyaksikan kondisi setempat. Sungguh tak sampai hati melihatnya. Genangan air belum surut dan wabah penyakit menular mulai menyebar. Yang lebih mengkhawatirkan adalah kondisi setempat yang sangat tidak stabil akibat konflik politik. Hal ini sungguh mencemaskan. Kita harus berdoa dengan tulus agar cinta kasih para insan Tzu Chi yang berada di sana dapat menginspirasi banyak orang sehingga cinta kasih dari banyak orang ini dapat meredakan konflik politik setempat.
Baiklah. Singkat kata, sungguh banyak hal yang terjadi setiap hari. sungguh banyak hal yang terjadi setiap hari. Kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk melakukan kebajikan.
Diterjemahkan oleh: Lena