Suara Kasih : Tiga Perayaan Besar


Judul Asli:
Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi

Tiga perayaan penuh budi luhur diperingatan dalam satu hari upacara khidmat menampilkan keindahan ajaran Buddha Semua orang dari berbagai keyakinan bersatu hati dan berdoa dengan tulus Menyucikan pikiran, tindakan, ucapan sehingga tercipta keharmonisan di dunia

Bulan Mei adalah bulan penuh syukur dengan adanya Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi. Di bulan Mei setiap tahunnya, insan Tzu Chi memperingati tiga hari penuh budi luhur ini di satu hari yang sama. Sungguh banyak hal yang patut kita syukuri. Beberapa hari ini kita telah melihat semua orang mempersiapkan diri dan melakukan latihan serta geladi bersih untuk menampilkan keindahan Buddhisme lewat upacara yang khidmat dan agung yang dapat disaksikan semua orang di dunia.

Kita insan Tzu Chi berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Kini jalinan jodoh yang ada telah matang. Karenanya, kita harus memanfaatkannya untuk menyebarkan keindahan Buddhisme dan Dharma yang menakjubkan. Beberapa hari ini, melihat semua orang mempersiapkan diri, saya pun merasa tersentuh, karena dengan melakukan hal ini, mereka membawa keharmonisan dalam masyakarat dan membangkitkan kekuatan cinta kasih antarsesama manusia.

Kita juga melihat insan Tzu Chi Malaysia membawa rupang Buddha ke panti jompo sehingga para lansia dan orang sakit turut melakukan pemandian rupang Buddha meski tak dapat menghadiri upacara. Mereka pun mendengarkan para lansia bercerita. Selain itu, mereka juga membawa rupang Buddha ke rumah-rumah umat Buddha yang sakit. Mereka pun sangat berterima kasih. Karena menderita sakit, mereka tak dapat pergi ke wihara. Namun, dengan adanya insan Tzu Chi yang datang, mereka sangat bersyukur.

“Saya sangat gembira karena kalian datang merayakan Hari Ibu bersama saya. Semua orang sangat gembira. Jika kalian tidak datang, saya akan kesepian. Saya sungguh tersentuh. Dengan adanya kalian yang datang, saya merasa Buddha benar-benar datang ke hadapan saya. Saya bangun sekitar pukul 3 dini hari dan segera mencuci pakaian. Saya cepat-cepat menyelesaikan semua pekerjaan dan merasa sangat senang. Saya terus menunggu. Saya sangat gembira. Saya terus menunggu Buddha datang agar dapat merasakan kebahagiaan dalam Dharma. Saya sangat beruntung karena rupang Buddha masuk ke rumah saya. Saya juga merasa hal ini adalah kesempatan yang langka. Karenanya, saya sangat bersyukur,” kata salah seorang warga.

Singkat kata, kesungguhan insan Tzu Chi bukan hanya terlihat di Taiwan, Tiongkok Daratan, atau Amerika Serikat. Sesungguhnya, dalam lebih dari 40 tahun ini, semua orang sungguh berada di Jalan Bodhisattwa, berjalan selangkah demi selangkah dan menjadikan jalan ini semakin lapang. Saya sering mengatakan bahwa Jalan Bodhisattwa adalah jalan yang lapang dan lurus. Pada peringatan Waisak kali ini, kita berharap menampilkan Jalan Bodhi. Untuk itu, kita menggunakan formasi daun bodhi dan juga logo Tzu Chi.

Daun bodhi melambangkan pencerahan, sedangkan logo Tzu Chi berbentuk bunga teratai. Karenanya, kita juga membentuk formasi teratai. Ini mengandung harapan semoga di dunia ini hati setiap orang dapat tersucikan.

Dunia kita diliputi Lima Kekeruhan. Saya berharap di tengah dunia yang kacau ini, hati setiap orang dapat menjadi bagaikan bunga teratai yang tetap tak ternoda meski tumbuh di lumpur. Artinya, di tengah masyarakat yang mengejar keuntungan pribadi, masih banyak orang yang memiliki kesadaran dan cinta kasih. Mereka memahami ketidakkekalan dunia. Untuk melenyapkan bencana akibat ulah manusia, satu-satunya cara adalah menyucikan hati, yakni mengikis segala ketamakan, kebencian, dan kebodohan sehingga sifat hakiki manusia dapat terlihat.

Buddha berkata bahwa hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Makhluk awam dapat menjadi Buddha. Setiap orang memiliki benih kebuddhaan. Hanya saja ia terhalang oleh tabiat buruk kita. Jika kita melenyapkan semua tabiat buruk, maka cermin batin kita akan kembali jernih. Dengan demikian, cermin batin setiap orang ini akan mampu merefleksikan segala kondisi dengan jelas. Ini bagaikan kaca spion yang ada ketika kita mengemudi kendaraan. Meski mata kita melihat ke depan, namun lewat kaca spion kecil itu kita juga dapat melihat keadaan di belakang. Demikian pula, batin kita pun memiliki kemampuan ini. Asalkan kita dapat membersihkan cermin batin ini, ia dapat merefleksikan kebenaran dengan jelas sehingga kita mengetahui dengan jelas hal-hal yang patut maupun tidak patut dilakukan.

Di masyarakat masa kini, banyak orang melakukan hal yang tak seharusnya. Sebuah niat yang keliru dapat menimbulkan penyimpangan. Dengan adanya keyakinan, apa pun agamanya, asalkan dapat membimbing ke arah yang benar, kita harus menunjukkan nilai-nilainya. Pandangan Tzu Chi terhadap agama sangatlah luas. Agama berisi tentang tujuan hidup manusia. Asalkan arah tujuan itu benar, ia akan membawa pada jalan pencerahan, yakni jalan yang terang dan murni. Inilah yang disebut Jalan Bodhi. Apa pun agama yang diyakini, kita semua sesungguhnya terus mempelajari pendidikan kehidupan.

Inilah makna agama. Inilah pandangan insan Tzu Chi terhadap agama. Karenanya, di Tzu Chi kita dapat melihat umat dari berbagai agama saling menghormati.

Insan Tzu Chi sering berinteraksi dengan umat Katolik dan Kristen untuk bersama-sama merayakan Natal. Inilah kelapangan hati insan Tzu Chi. Pada Hari Waisak, banyak orang dari berbagai keyakinan juga turut berpartisipasi. Insan Tzu Chi di seluruh dunia mengundang orang-orang dari berbagai keyakinan agama. Beberapa tahun ini kita sering melihat para biarawati dan pastor menghadiri upacara pemandian rupang Buddha. Kita juga melihat pada tahun lalu para pastor dan suster dari Argentina menghadiri upacara pemandian rupang Buddha. Mereka mencelupkan jari ke air wangi, menghormat pada Buddha, beranjali, dan kemudian membentuk tanda salib. Sungguh mengagumkan.

Lihatlah keharmonisan umat beragama ini. Bukankah ini menunjukkan keharmonisan dunia? Ketika umat beragama berada dalam keharmonisan, saya percaya mereka semua dapat bersatu untuk menyucikan hati manusia. Kita sungguh harus menyucikan hati manusia. Ketika hati manusia tersucikan dan pikiran mereka mengarah ke arah yang benar, maka semua orang dalam keluarga, masyarakat, hingga seluruh dunia akan berada dalam jalan yang benar dan dunia akan terbebas dari bencana.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
 Foto: Da Ai TV Taiwan
 
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -