Suara Kasih : Tunas Benih Cinta Kasih


Judul Asli:

Bertunasnya Benih Cinta Kasih yang Ditabur

Menghimpun cinta kasih untuk membantu korban bencana di Amerika Tengah

Benih kebajikan yang tersebar kini mulai bertunas Menginspirasi banyak orang untuk berjalan di jalan kebajikan

Cinta kasih dan rasa hormat menyinari banyak orang di berbagai daerah.


“Sekarang tak ada air yang dapat digunakan karena saluran air sudah rusak. Kapan terakhir kali kamu mandi?” tanya relawan Tzu Chi. “Hari Sabtu lalu,” jawab seorang warga. “Berarti sebelum gempa terjadi?” relawan Tzu Chi kembali bertanya. “Ya,” balasnya. “Kami berencana akan kembali hari Sabtu untuk menyalurkan bantuan makanan. Kami akan membagikan bantuan kepada sekitar 450 orang yang membutuhkan makanan. Jadi, kami akan kembali pada hari Sabtu,” jelas relawan.

Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Dalam bencana gempa di Meksiko kali ini, insan Tzu Chi pun telah meninjau keadaannya dan segera mempersiapkan penyaluran bantuan. Saat ini, mereka tengah berlomba dengan waktu karena tak tega melihat korban menderita untuk waktu yang lebih lama.

Setelah bencana, kita berharap para korban dapat merasakan perhatian, penghiburan, dan uluran tangan banyak orang. Insan Tzu Chi segera melakukan survei, membeli barang-barang yang akan dibagikan, dan akan segera menyalurkan bantuan. Di mana pun bencana terjadi, Bodhisatwa tetap datang tanpa mengenal jarak untuk mencurahkan perhatian.

Sumbangsih insan Tzu Chi sangat menyentuh. Yang lebih menyentuh adalah para relawan di Haiti. Semua orang tentunya masih ingat bahwa pada tahun 1998 Topan George dan Mitch membawa bencana besar bagi Amerika Tengah. Insan Tzu Chi dari Taiwan pun segera bergerak untuk bersumbangsih di Amerika Tengah. Mereka mengumpulkan pakaian layak pakai dan menggalang dana. Haiti adalah salah satu negara penerima bantuan. Ketika itu kita sudah mulai menggalang relawan setempat, namun benih-benih ini belum memiliki jalinan jodoh yang matang. Setelah penyaluran bantuan saat itu, pada tahun 2008 insan Tzu Chi kembali ke Haiti untuk meninjau kondisi pascabencana 4 badai tropis. Karena welas asihnya, insan Tzu Chi AS mulai melakukan survei di lokasi bencana.

Pada awal tahun 2009, bantuan pun mulai disalurkan. Saat penyaluran bantuan, untuk merapikan barang bantuan yang banyak itu, banyak relawan setempat yang digalang untuk turut membantu. Lewat kebersamaan tersebut, insan Tzu Chi memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memberi teladan cinta kasih agar mereka memahami bahwa para korban bencana sungguh-sungguh dikasihi. Terlebih lagi, bukan hanya dikasihi, melainkan juga dihormati. Warga setempat yang turut membantu dapat sungguh-sungguh merasakan teladan insan Tzu Chi di dalam lubuk hatinya dan memahami bimbingan yang diberikan. Ini pertama kalinya jalinan jodoh matang.


Tak disangka, setahun kemudian, yakni bulan Januari tahun ini, tepat setahun sejak penyaluran bantuan itu, Haiti kembali dilanda bencana besar, yakni gempa bumi. Menyusul gempa kali ini, insan Tzu Chi kembali bergerak. Insan Tzu Chi di lebih dari 30 negara menggalang tetes demi tetes cinta kasih untuk membantu para korban di Haiti.

Saya pun berterima kasih kepada insan Tzu Chi Amerika Serikat yang bertekad untuk segera bergerak membantu warga Haiti dengan penuh keberanian. Dengan kekuatan welas asih dan kebijaksanaan, mereka tidak hanya memberikan bantuan materi, melainkan juga memberi warga pekerjaan dan mengajak mereka untuk turut bersumbangsih agar jalinan jodoh yang ada semakin erat. Dengan demikian, semakin banyak orang yang mendengar dan memahami bahwa Tzu Chi adalah sebuah organisasi Buddhis dari Taiwan.

Insan Tzu Chi dengan tak kenal lelah berbagi kepada warga setempat tentang semangat Bodhisatwa dan warga setempat pun perlahan-lahan memahami bahwa niat baik dapat timbul dari lubuk hati dan sumbangsih harus dilakukan atas inisiatif sendiri, bukan karena diminta. Semua orang dapat berinisiatif untuk bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa diminta maupun diutus. Mereka melakukannya atas inisiatif sendiri.

Setelah memahami semua ini, mereka pun bertekad untuk menjadi Bodhisatwa dunia. Inilah bukti bahwa benih cinta kasih telah tertanam di Haiti. Relawan lokal pun kini dapat mencurahkan perhatian setelah mengikuti pelatihan dan praktik.

Kita pun melihat tiga relawan dari Haiti yang membentuk sebuah kelompok kecil dan pergi ke Dominika untuk memerhatikan sesama warga Haiti di sana. Setelah gempa terjadi, mereka kehilangan suami mereka. Di sana ada sekelompok ibu-ibu. Demi masa depan anak-anaknya, mereka menghadapi berbagai rintangan dengan meninggalkan Haiti dan masuk ke Dominika secara ilegal.


Puluhan keluarga ini sungguh menderita. Karenanya, tiga orang relawan tadi berusaha membantu keluarga-keluarga tersebut. Mereka bekerja sama dengan insan Tzu Chi Dominika untuk mencurahkan perhatian kepada warga Haiti yang kini sangat menderita di Dominika. Mereka mulai menyalurkan bantuan. Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Ketika jalinan jodoh matang, Bodhisatwa pun akan muncul. Jalinan jodoh ini sungguh luar biasa.


Para relawan setempat ini telah mampu menjadi guru yang tak diundang yang mewariskan cinta kasih kepada sesama. Lihatlah sekelompok relawan lokal di Haiti ini. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Meski kehidupannya sendiri juga penuh penderitaan, mereka masih rela membantu sesama bahkan di daerah-daerah yang sulit dijangkau atau di negara lain. Hal ini sungguh menyentuh. Intinya, ada cinta kasih di hati setiap orang. Setiap orang memiliki benih kebuddhaan dan mampu berjalan di Jalan Bodhisatwa. Asalkan jalinan jodoh matang dan cinta kasih terbangkitkan, sifat yang luhur dan bajik ini akan terbangun dalam hati setiap orang. Sehingga mereka merasa iba terhadap penderitaan orang lain dan dapat membawa cahaya cinta kasih untuk disebarkan kepada lebih banyak orang.

Kita bagaikan sebuah cermin di suatu tempat yang gelap. Asalkan ada sebuah cermin yang memantulkan cahaya matahari, tempat gelap tersebut akan menjadi terang. Demikian pula, para relawan lokal di Haiti telah menerima pantulan cahaya cinta kasih dan kembali merefleksikannya untuk menyinari dan membantu mereka yang menderita di tengah kegelapan.

Bodhisatwa sekalian, dunia membutuhkan Dharma. Jika cinta kasih ajaran Buddha dapat terus diwariskan, mereka yang menderita akan dapat tertolong. Saya sungguh bersyukur melihat insan Tzu Chi Dominika melihat mensosialisasikan “Kata Perenungan Jing-Si” sejak bulan Februari lalu. Dengan demikian, kita dapat menjalin jodoh dengan komunitas Tionghoa setempat.

Saya yakin kelak insan Tzu Chi Dominika akan bertambah secara signifikan. Saya sungguh merasa tersentuh dan bersyukur. Semoga setiap orang dapat bersatu hati menghimpun kekuatan cinta kasih universal. Terima kasih.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -