Suara Kasih: Ulang Tahun ke-20 Tzu Chi Singapura

 

Judul Asli:

Ulang Tahun ke-20 Tzu Chi Singapura

Membimbing umat manusia untuk menanam benih kebajikan
Ratusan insan Tzu Chi Singapura melakukan ritual namaskara
Anggota TIMA Singapura melakukan baksos kesehatan untuk melenyapkan penderitaan pasien
Mempraktikkan Empat Sifat Luhur dan Membangun Empat Ikrar Agung Bodhisatwa

Master dan para Bhiksuni di Griya Jing Siyang terkasih, kami seluruh insan Tzu Chi dari Singapura berikrar dengan hati yang tulus untuk menyelami Dharma, bertobat, bervegetaris, mengendalikan tindakan dan pikiran, membersihkan kekotoran batin, mengubah tabiat buruk, menyebarkan ajaran benar, dan merekrut banyak Bodhisatwa baru. Kami akan bekerja sama dengan harmonis dan mempraktikkan ajaran Master sebagai wujud persembahan kepada Master.

Hari ini merupakan peringatan ultah Tzu Chi Singapura yang ke-20. Lihatlah, mereka melakukan ritual namaskara dengan penuh semangat. Ratusan relawan berbaris dengan rapi untuk melakukan ritual namaskara. Saya sangat berterima kasih kepada mereka. Kehidupan ini bisa dibilang sangat panjang, tetapi jika dibilang pendek, sebenarnya juga tidak pendek. Asalkan kita memiliki niat dan memanfaatkan setiap detik dengan baik, maka meski kehidupan ini sangat singkat, kita tetap bisa mengembangkan jiwa kebijaksanaan hingga ratusan ribu tahun.

Tahun ini adalah peringatan ultah Tzu Chi Singapura yang ke-20. Tzu Chi di Singapura dimulai dari seorang gadis bernama Jing Lian. Saat muda, dia bekerja di toko seorang anggota komite senior kita yang bernama Jing Ci. Saat bekerja di toko, dia melihat nyonya pemilik toko sangat tekun dan bersemangat dalam mengemban misi Tzu Chi. Karena itu, dia menyatakan berguru kepada saya. Kemudian, dia menikah dan pindah ke Singapura. Dia membawa benih cinta kasih ini ke Singapura dan menyebarkannya di sana. Demikianlah awal jalinan jodoh Tzu Chi di Singapura.

Pada tahun 1993,Tzu Chi secara resmi terdaftar di sana. Kemudian, mereka membuka sebuah kantor cabang Tzu Chi di China town yang berlokasi di pusat keramaian. Selanjutnya, Relawan Ji Yuyang menjadi ketua Tzu Chi Singapura sangat mendedikasikan diri dan menggarap ladang berkah di sana. Di Singapura, mereka menjalankan misi amal dan misi kesehatan Tzu Chi dengan baik. Pada saat itu, mereka juga membentuk TIMA. Hingga kini, mereka telah memiliki Aula Jing Si yang cukup besar. Ketua Tzu Chi Singapura sekarang, Relawan Low Swee She sangat dikasihi oleh banyak orang. Dia menjalankan misi Tzu Chi di Singapura dengan sangat baik. Selain itu, TIMA Singapura juga menjalankan misi dengan sangat baik. Berhubung kehidupan di Singapura sangat sejahtera, banyak orang yang menjadi dokter.

Banyak dokter berhati baik yang mengikuti insan Tzu Chi melakukan baksos kesehatan lintas negara. Baik harus mendaki gunung, mengarungi perairan, menempuh perjalanan dengan pesawat maupun menempuh perjalanan dengan kapal, semuanya mereka lakukan dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih demi melenyapkan penderitaan dan memberikan kebahagiaan kepada pasien. Banyak anak penderita bibir sumbing, tumor, dan lain-lain yang menerima pengobatan. Para dokter TIMA sungguh telah mengembangkan keterampilan yang luar biasa. Mereka sungguh berniat baik. Mereka bukan hanya mengembangkan misi kesehatan Tzu Chi di Singapura, tetapi juga menyebarkan kekuatan cinta kasih Tzu Chi. Karena itu, dalam rangka peringatan ultah Tzu Chi Singapura yang ke-20 ini, mereka berbagi bahwa mereka tengah menjalani latihanuntuk pementasan adaptasi Sutra. Mereka semua akan bervegetaris. Saya bertanya kepada mereka, “Apakah kalian sungguh-sungguhbisa bervegetaris? Kalian adalah pengusaha, pasti sering ada perjamuan makan.”

Mereka menjawab, “Master, kami sudah mulai bervegetaris. Kami tahu Master pasti meminta kami untuk bervegetaris saat menyelami Sutra. Karena itu, kami sudah mulai bervegetaris.” Mereka sangat percaya diri. Terlebih lagi, lirik-lirik di dalam Sutra sangatlah dalam. Di Singapura, ada beberapa dokter yang tidak mengerti bahasa Mandarin. Akan tetapi, mereka tetap giat mengikuti latihan. Saya berkata, “Kalian hanya bisa bernyayi?” Mereka menjawab, “Kami mengerti makna yang terkandung di dalamnya. Kami meminta relawan untuk menjelaskan makna yang tersirat di dalam Sutra.”

Jadi, selain bisa bernyanyi dan menghapalnya, mereka juga bisa membabarkan Dharma dengan gerakan tubuh. Mereka menyerap setiap lirik Sutra ke dalam hati. Setelah itu, mereka membabarkannya lewat gerakan tubuh. Inilah harapan bagi masyarakat. Saya sangat berterima kasih. Sungguh, setiap misi Tzu Chi memerlukan kerja sama yang harmonis dan penuh cinta kasih dari banyak orang.

Dalam sejarah Tzu Chi hari ini, pada tanggal 6 Oktober 1995, saya bersama dengan para kepala dari Empat Misi Tzu Chi melakukan perjalanan ke Luye. Dahulu, di kuil Jepang selalu ada lengkungan di atas pintu gerbangnya. Kedua sisinya sangat indah. Jika berdiri di sini, di sebelah sana terlihat sebuah kuil yang sangat sederhana. Pemandangannya sangat indah. Pohonnya yang sangat rimbun. Kini telah berbeda. Setiap kali melewati sini, saya selalu mengunjungi tempat ini. Mereka semua sangat penasaran bagaimana awal perjalanan saya. Saya selalu bercerita tentang Luye, tetapi mereka tidak tahu bagaimana bentuknya. Karena itu, saya menemani mereka untuk melakukan kunjungan ke sana. Kami mengunjungi paviliun tempat saya sering membaca dahulu. Pohon-pohon besar itu adalah saya beristirahat jika saya sudah kelelahan memikul air. Dalam sekejap mata, 50 tahun lebih sudah berlalu sejak saya tinggal di sana.

Kehidupan ini penuh dengan ketidakkekalan dan perubahan. Tiada hal yang bisa bertahan selamanya. Semuanya terus berproses tanpa henti. Tanpa disadari, segala sesuatu terus mengalami perubahan tanpa henti. Tanpa disadari, kita terus menjadi tua. Tanpa disadari, suatu hari nanti, kita akan meninggal. Karena itu, saya berharap setiap orang bisa memanfaatkan setiap waktu yang ada. Hari ini adalah peringatan ultah Tzu Chi Singapura yang ke-20. Saya sangat gembira melihat setiap orang sangat tekun dan bersemangat. Meskipun tengah turun hujan, mereka tetap berkumpul di Aula Jing Si sesuai waktu yang telah dijadwalkan. Barisan relawan yang panjang melangkah maju dengan penuh semangat untuk mengikuti ritual namaskara. Setiap orang harus sangat tekun dan bersemangat. ”Semua insan Tzu Chi Singapura berikrar dengan hati yang tulus untuk membantu Master memanggul bakul beras. Hari ini, sebagai murid Master, kami berikraruntuk mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarkan mazhab Tzu Chi. Siapa lagi kalau bukan saya?”

Lihatlah, mereka sangat tekun dan bersemangat. Saya sangat berterima kasih atas segala yang mereka lakukan. Intinya, kita harus giat mempraktikkan ajaran Jing Si. Selangkah demi selangkah, kita berusaha untuk menginspirasi lebih banyak orang. Dengan begitu, Dharma akan selalu ada di dunia dan mazhab Tzu Chiakan selamanya berada di tengah masyarakat. Untuk terjun ke tengah umat manusia, kita mengembangkan Empat Sifat Luhur, yakni cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dalam pelatihan ke dalam diri, kita harus membangun Empat Ikrar Agung Bodhisatwa, yakni berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tak terhitung. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -