Suara Kasih: Welas Asih dan Pengertian

 

Judul Asli:

Mengembangkan Welas Asih dan Sikap Penuh Pengertian

 

Berbuat baik dengan pandangan kesetaraan yang penuh welas asih
Memanfaatkan hidup sebaik mungkin untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Menyadari hukum karma setelah mendalami Sutra
Sikap penuh pengertian membuat kita terbebas dari kebencian

Saat gempa dahsyat melanda Cile, banyak relawan Tzu Chi dari negara tetangga merogoh kocek sendiri untuk membayar tiket pesawat dan biaya penginapan demi membantu para korban bencana di Cile. Lihatlah Cile di Amerika Selatan. Pada bulan Februari 2010, Cile diguncang gempa dahsyat berkekuatan 8,8 skala Richter yang menimbulkan kerusakan parah. Karena jalinan jodoh ini, insan Tzu Chi di Argentina, Brasil, dan Paraguay berangkat ke Cile.

Insan Tzu Chi dari Amerika Serikat juga memberikan bimbingan untuk membagikan bantuan. Karena pembagian bantuan itu, benih cinta kasih mulai tersebar di Cile. Di bagian Utara Cile terdapat sebuah wilayah bebas pajak, karenanya banyak pengusaha Taiwan di sana. Saat bencana terjadi, mereka juga ingin membantu, namun tidak tahu harus memulai dari mana. “Kami tidak tahu harus bagaimana karena tidak ada arahan. Kami semua ingin membantu, namun tidak ada arahan. Karena itu, kami ingin belajar dari Tzu Chi dan memulainya selangkah demi selangkah,” kata seorang warga. “Saya sungguh tersentuh. Saya memberi tahu relawan Tzu Chi bahwa selama saya masih ada di Cile, jika Tzu Chi membutuhkan bantuan, saya akan berusaha untuk membantu,” katanya.

Ini semua berkat penyaluran bantuan yang dimulai oleh Tzu Chi. Terlebih lagi, mereka dapat menonton Da Ai TV dan mengenal Tzu Chi. Karena itu, saat dihubungi oleh Tzu Chi, mereka sangat bersedia untuk ikut membantu. Benih Tzu Chi telah bertunas di sana. Selain itu, mereka juga sangat mendukung misi pelestarian lingkungan Tzu Chi. Sejak bulan Agustus tahun lalu, sepasang suami istri dari Taiwan mulai melakukan daur ulang di Cile dengan mengumpulkan kardus. Selain itu, mereka juga mengajak pengusaha Taiwan yang lain untuk melakukan daur ulang. Mereka juga memerhatikan organisasi kemasyarakatan lain dan mendapati sebuah tempat penampungan anak-anak penderita lumpuh otak.

Pada saat musim dingin, anak-anak di sana tak berani keluar ruangan karena cuaca yang sangat dingin. Suhu udara pada siang hari hanya sekitar 8 derajat Celcius, sedangkan suhu udara pada malam hari adalah di bawah nol derajat. Perbedaan suhunya sangat besar. Melihat anak-anak tidak dapat keluar ruangan karena cuaca yang terlalu dingin dan mengalami keterbatasan dalam bergerak, insan Tzu Chi pun memutuskan untuk membantu mereka dengan memasang kaca pada lubang-lubang di sepanjang koridor. Meski ada pengusaha yang berkata bahwa ia akan menanggung semua biayanya, namun para relawan memilih untuk berkontribusi bersama-sama. Jadi, mereka menghimpun tetes demi tetes pendapatan dari daur ulang untuk membantu tempat penampungan tersebut.

Suatu hari, saat sedang mengumpulkan barang daur ulang, mereka melihat setumpuk kaleng aluminium. Mereka merasa sangat senang dan ingin mengambilnya, namun tiba-tiba keluar seorang pria. Pria itu adalah seorang tunawisma. Ia berkata kepada para relawan bahwa ia yang mengumpulkan kaleng-kaleng itu untuk dijual. Para relawan pun menjelaskan tentang niat mereka untuk membantu anak-anak penderita lumpuh otak. Setelah mendengarnya, pria itu juga berkata bahwa ia ingin turut berkontribusi. Jadi, mereka bekerja sama untuk memasang jendela kaca tersebut. Pria itu juga diundang untuk mengikuti upacara pembukaan prasasti. Ia merasa tersentuh hingga menangis karena mengetahui dirinya juga dapat berbuat baik. "Saya merasa sangat tersentuh. Kini saya menyadari bahwa saya sangat sehat dan mampu berpikir, sedangkan mereka tidak memiliki apa pun. Mereka juga tidak memiliki keluarga. Karena itu, saya harus menjaga kesehatan dan terus melakukan daur ulang untuk membantu mereka," kata pria itu.

Kita dapat melihat Tuan Xie yang memeluk dan menghiburnya karena tidak tega melihatnya menangis. Interaksi penuh cinta kasih antara Tuan Xie dan tunawisma itu telah menampilkan pandangan kesetaraan yang penuh welas asih. Inilah ladang pelatihan bagi batin kita. Janganlah kita bersikap sombong. Kita harus menyelaraskan hati.

Belakangan ini saya terus mengulas tentang bertobat dan bervegetarian. Kita harus memiliki cara jitu untuk melenyapkan Tiga Rintangan. Metode Dharma pertobatan bagaikan air jernih. Karena itu, saya sering berkata bahwa Dharma bagaikan air. Air Dharma dapat membersihkan perbuatan buruk semua makhluk. berawal dari noda batin. Ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan menyebabkan manusia saling bertikai. Akibatnya, bencana alam dan bencana akibat ulah manusia terus terjadi tanpa henti.

Kini kita memiliki jalinan jodoh yang sangat baik, karena itu kita harus bertobat dengan penuh ketulusan dan menerima air samadhi welas asih. Samadhi berarti keteguhan. Welas asih adalah arah pelatihan diri kita. Kita harus mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan. Kita harus menggunakan air Dharma ini dan sungguh-sungguh bertobat untuk membersihkan noda batin.

Kita dapat melihat seorang relawan dari Kaohsiung yang bernama Jingwen. Pada bulan Oktober tahun lalu, ayahnya dibunuh oleh orang mabuk tanpa alasan yang jelas. Ia sangat benci dengan orang itu. Ia tak bisa melepas kebenciannya. Kemudian, saat Tzu Chi mengadakan pementasan adaptasi Sutra berskala besar, ia pun turut berpartisipasi dalam pementasan. Dalam buku Dharma Bagaikan Air, ia membaca "Setiap orang menerima buah karma yang berbeda-beda sesuai perbuatannya." "Buah karma terus mengikuti bagai bayangan." Syair itu menyadarkannya. Akhirnya, ia memahami bahwa segala hal yang menimpa ayahnya adalah karena hukum karma. Ia akhirnya terbebas dari kebencian.

"Dahulu, saya sangat benci dan marah terhadap orang itu. Kini saya sudah mengikhlaskannya. Dengan hati penuh Dharma, saya berdoa untuk ayah saya dan orang itu," katanya. Sungguh, inilah cara memperoleh kedamaian. Orang sering berkata, "Saya mempelajari Dharma untuk memperoleh pembebasan." Bagaimana cara memperoleh pembebasan? Bila hati terus terbelenggu oleh ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, bagaimana kita dapat terbebas? Jingwen telah terbebas dari kebenciannya. Ia mengubah kebencian menjadi doa. Jadi, hanya kita yang dapat membebaskan diri sendiri.

Kehidupan manusia tak terlepas dari hukum alam. Setiap orang harus menerima hukum alam. Saat bertemu dengan hal yang tidak diinginkan, kita harus segera bertobat. Segala sesuatu terjadi karena hukum karma. Saat seseorang meninggal, kita harus mendoakan mereka dengan hati yang tulus. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menjaga pikiran sebaik mungkin, mawas diri, dan berhati tulus. Kita dapat melihat Badan Meteorologi terus memberitakan tentang Topan Ma-on yang kekuatannya tampak semakin membesar. Mendengar bahwa topan mengarah ke Jepang, saya sungguh merasa khawatir. Pada pagi hari tanggal 15 Juli lalu, sekelompok insan Tzu Chi di Jepang bergerak menuju lokasi bencana dengan menempuh perjalanan bus selama 10 jam. Kali ini mereka akan membagikan bantuan selama 3 hari. Kita harus berdoa dengan tulus semoga pembagian bantuan selama 3 hari ini dapat berlangsung dengan lancar. Kita juga harus mengantisipasi curah hujan tinggi di Taiwan. Di mana pun bencana terjadi, kita harus turut meningkatkan kewaspadaan. Setiap hari kita harus berdoa dengan tulus semoga empat unsur alam dapat selaras dan dunia dapat bebas dari bencana. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
 
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -