Suara Kasih : Wujud Rasa Bakti
Judul Asli:
Melanjutkan Misi dan Menjaga Keselamatan Sebagai Wujud Rasa Bakti
Melanjutkan misi meninggalkan jejak cinta kasih di dunia
Merasa kehilangan atas meninggalnya beberapa relawan
Jejak langkah Bodhisatwa terus berlanjut
Bersemangat melakukan kebajikan dan menyempurnakan kebijaksanaan
Kehidupan tidaklah kekal. Ketidakkekalan ini selalu membuat manusia menyesal dan berduka. Kita telah melihat Tuan Chen, anggota Tzu Cheng yang juga merupakan relawan daur ulang. Ia sangat menyukai dan sangat bersemangat dalam kegiatan daur ulang beberapa tahun ini. Ia tak pernah melewatkannya.
Selain itu, dalam Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Langkah, kontribusinya selalu dapat kita temukan. Ia adalah Bodhisatwa yang penuh semangat. Dalam kegiatan daur ulang tanggal 2 Mei lalu, ia pun ikut membawa sampah daur ulang ke posko. Karena kondisi jalan tidak rata, dua bungkus sampah daur ulang jatuh dari truk. Untuk mengencangkan ikatan kantong-kantong sampah, ia turun dan naik ke bagian belakang truk. Setelah mengencangkan ikatan dan hendak turun, ia terpeleset sehingga kepalanya terbentur. Meski dengan cepat dilarikan ke RS Tzu Chi Xindian dan segera memperoleh pertolongan, kondisinya sangat kritis dan kemungkinan untuk terselamatkan sangat kecil. Meski dokter segera melakukan operasi, nyawanya tetap tak tertolong.
Seorang anggota komite Tzu Chi yang bersamanya sangat terkejut. Meski telah mengantarkan Tuan Chen ke RS, namun ketika bertemu para anggota keluarga, ia tetap menyalahkan diri sendiri. Ia berkata kepada istri Tuan Chen, “Saya sungguh minta maaf dan sangat menyesal. Saya berada di sana saat itu, namun tak menjaganya dengan baik.” “Semua ini adalah kesalahan saya.” Namun, istri Tuan Chen menjawab, “Saya seharusnya berterima kasih kepada Anda karena telah dengan segera mengantarkan suami saya ke rumah sakit.” Putranya pun menambahkan, “Saya juga harus berterima kasih. Kegiatan yang paling disukai ayah semasa hidup adalah daur ulang. Ia sangat suka melakukan daur ulang. Ia sangat senang. Para relawan daur ulang selalu mendampinginya selama bertahun-tahun melakukan kegiatan yang disukainya. Kami harus berterima kasih kepada semuanya atas pendampingan kalian selama ini.”
Lihatlah, mereka sungguh penuh pengertian. Kebijaksanaan dan cinta kasih Bodhisatwa senantiasa terpancar dari diri mereka. Tuan Chen meninggal pada tanggal 8 Mei, sehari sebelum upacara pemandian rupang Buddha. Tuan Chen seharusnya berdiri dalam formasi daun bodhi. Putranya menawarkan diri untuk menggantikan posisi ayahnya. Ini adalah harapan ayah saya. Ia sangat menantikan upacara hari ini. Saya rasa saya harus membantu mewujudkan harapan terakhirnya.
Biar bagaimana pun, saya harus hadir dalam upacara ini. Selain itu, saat putrinya tengah merapikan tas milik Tuan Chen, ia menemukan bahwa tas itu penuh dengan buku penggalangan dana Tzu Chi karena Tuan Chen adalah seorang anggota komite sekaligus Tzu Cheng. Saat melihatnya, putrinya pun menyatakan bahwa ia akan melanjutkan penggalangan dana dari donatur-donatur ayahnya dan terus memerhatikan mereka. Lihatlah, putranya bersedia menggantikan posisi ayahnya, sedangkan putrinya bersedia melanjutkan pengumpulan donasi. Anak-anaknya ini begitu pengertian dan bersedia melanjutkan misi sang ayah. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.
Selain itu, ada pula Relawan Feng Liang He. Ia pernah mengalami serangan jantung dan sempat dirawat di RS Tzu Chi serta harus menggunakan alat bantu pernapasan. Meski dokter telah berusaha, ia tetap tak sadarkan diri. “Bangunlah, mari melakukan daur ulang, saya akan membantu tim konsumsi. Mau bangun tidak? Ayo bangun,” kata salah seorang relawan, “matanya akan terus menatap saya. Meski telah kehilangan fungsi geraknya, namun ketika mendengar tentang daur ulang, matanya akan terbuka lebar dan terlihat ingin berbicara. Sesungguhnya, ia melakukan daur ulang atas ajakan putranya. Mereka berdua menjadi relawan daur ulang. Melihat kondisi ayahnya, sang anak tak mengeluh sedikit pun. “Dulu saya melakukan daur ulang bersama ayah. Kami berdua bekerja sama. Sekarang saya harus melakukan lebih banyak untuk menyelesaikan bagian ayah,” kata sang anak. Melihat sang anak bersedia meneruskan dan mewarisi misi ayahnya, kita semua sungguh merasa tersentuh.
Kita juga melihat Relawan Zhang Qiu Xiong. Istrinya sangat giat melakukan daur ulang. Suatu hari tiga atau empat tahun lalu, ketika dalam perjalanan pulang dari posko daur ulang, istrinya tertabrak mobil pengaduk semen dan meninggal seketika itu juga. Ketika mendengar berita tersebut, saya segera menelepon dan menghibur Tuan Zhang. Tak disangka, Tuan Zhang malah berkata, “Master, tenang saja. Walaupun istri saya mengalami kecelakaan, namun dari ceramah Master yang sering kami dengar, kami tahu ini tak luput dari hukum karma. Saya akan tetap kuat. Donatur-donatur saya pun bertanya apakah saya masih akan terus menjadi relawan.
Saya pun menjawab ya, begitu pula saat Master bertanya apakah saya akan terus melakukan daur ulang. Saya pun menjawab ya. Menantu saya juga sangat mendukung. Setiap pagi, kami akan berkeliling mengumpulkan sampah kertas dan botol.”
Saya sangat berterima kasih kepadanya. Awalnya ia bekerja, namun berhenti setelah istrinya meninggal. Ia berhenti bekerja agar dapat mengurus rumah sehingga mertuanya dapat berkonsentrasi melakukan tugas-tugas Tzu Chi. Keluarga ini juga sungguh membuat orang tersentuh. Tadi kita juga telah melihat Tuan Zhang melakukan daur ulang. Ia mengangkut banyak sampah daur ulang dengan sepeda motornya. Melihat begitu banyak muatan yang ia angkut, saya pun merasa khawatir. Saya ingin mengingatkan para relawan daur ulang untuk memerhatikan keselamatan lalu lintas dan lebih berhati-hati ketika memuat sampah ke dalam kendaraan. Janganlah sembarangan. Ikatlah kantong-kantong sampah dengan kuat.
Agar lebih aman di jalan, setelah dimuat dengan rapi hendaknya ditutupi dengan penutup agar sampah-sampah tidak terguncang dan jatuh ke jalan, karena jika sampah-sampah terjatuh, relawan akan berhenti untuk memungutnya dan kembali merapikannya. Ini sangat berbahaya jika dilakukan di jalan. Semoga setiap orang selalu menjaga keselamatan dirinya sendiri dan berhati-hati dalam setiap tindakan. Para Bodhisatwa dunia ini telah meninggalkan jejak cinta kasih di dunia, terus bersemangat dalam berbuat kebajikan dan tak gentar akan kesulitan. Semua ini sungguh membuat orang tersentuh. Namun, jika semua orang senantiasa menjaga keselamatan diri, selalu waspada, saling mengingatkan serta memberi teladan, tentu akan lebih baik lagi.
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan